Senin, 14 Oktober 2019

DALIL NAQLI ISLAM, IMAN DAN IHSAN


ISLAM, IMAN DAN IHSAN
Dari Umar bin Khathab ra, ia berkata:”Ketika di suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki yang mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat darinya bekas perjalanan dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalinya.
Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut beliau, seraya berkata:”Hai Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah saw. bersabda , “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, engkau berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.”
Lelaki itu berkata”Engkau benar.”
Maka kami pun dibuat heran; ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi,”Beritahukan kepadaku tentang iman.”
Nabi saw bersabda,”Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para Rasul-Nya, kepada Hari Akhir dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk.”
Laki-laki itu kembali berkata,”Engkau benar.”
Dan ia bertanya lagi,”Jelaskan kepadaku tentang ihsan.”
Nabi saw bersabda,” Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihatnya sesungguhnya Dia melihatmu.’
Lelaki itu berkata lagi,”Beritahukan aku kapan terjadinya kiamat?”
Nabi saw kembali bersabda,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang bertanya.”
Dia pun bertanya,”Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab:”Jika seorang amat (budak wanita) telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, dan pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan yang menjulang tinggi.”
Setelah itu lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam sekian lamanya hingga Nabi saw bersabda kepadaku,”Wahai Umar, tahukah engkau lelaki yang bertanya itu?”
Aku menjawab,”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau saw bersabda,”Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.”
Hadits riwayat Muslim dari hadis-hadis yang sahih.
Secara bahasa iman berarti pembenaran, sedang menurut syariat,berarti pembenaran dan penetapan terhadap:
a.       Keberadaan Allah Yang Maha Pencipta, dan tidak ada sesuatu pun yang menjadi sekutubagi-Nya.
b.      Keberadaan makhluk Allah, yaitu malaikat. Mereka adalah hamba Allah yang dimuliakan, yang tidak pernah melakukan maksiat dan selalu mematuhi perintah Allah. Mereka diciptakan dari cahaya, tidak makan, tidak berkelamin (laki-laki atau wanita), tidak mempunyai keturunan, dan tidak ada yang tahu jumlahnya kecuali Allah.
c.       Keberadaan seluruh Kitab Samawi yang diturunkan Allah, dan meyakini bahwa kitab-kitab tersebut (sebelum diubah dan diselewengkan manusia) merupakan syariat Allah.
d.      Keberadaan seluruh Rasul yang telah dipilih dan diutus Allah untuk membimbing umat manusia, yang diturunkan bersamanya Kitab Samawi. Juga meyakini bahwamereka adalah manusia biasa yang terjaga dari segala dosa (maksum).
e.       Keberadaan hari kiamat. Pada hari itu Allah membangkitkan manusia dan memberinya balasan; bagi yang beramal baik maka akan mendapatkan balasan kebaikan, dan bagi yang jahat amalnya maka akan menuai balasan yang setimpalpula.
f.       Keberadaan takdir. Artinya, segala hal yang terjadi di alam semesta ini merupakan ketentuan (takdir) dan kehendak Allah semata, untuk suatu tujuan yang hanya diketahui oleh-Nya.
Keenam penetapan di atas adalah rukun Iman. Barangsiapa barangsiapa yang meyakininya akan selamat dan beruntung. Dan barangsiapa mendustainya akan celaka dan merugi.
QS Annisa ayat 136:
Artinya: 
Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya, serta kitab yang Allah turunkan kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Pentingya bertanya tentang suatu ilmu:
Seorang muslim, akan menanyakan sesuatu yang membawa manfaat baik untuk dunia maupun akhiratnya. Ia tidak akan menanyakan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Bagi orang yang menghadiri sebuah majelis ilmu, lalu ia melihat bahwa audien (orang-orang yang hadir di situ) sangat memerlukan suatu masalah, dan ternyata masalah tersebut tidak ada yang menanyakan, maka sepatutnya ia menanyakan meskipun ia mengetahui, agar orang-orang yang hadir bisa mengambil manfaat dari jawaban yang diberikan. Sedang jika orang yang ditanya tentang sesuatu itu tidak tahu, maka katakanlah bahwa dirinya memang tidak tahu. Selain dapat menambahkewibawaan, sikap demikian juga merupakan bukti sikap wara’ dan ketakwaannya.(Sumber : Buku Pokok-pokok Agama Islam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar