Prich Purwanti
(.....haji tidak rofas, tidak fasik dan tidak jidal.. . QS AlBaqarah 197)
HABIB
DAN ROUFI SAKIT
Ispha
adalah penyakit yang menyerang paru-paru. Penyakit ini terjadi karena udara
yang kering dan berdebu yang sering dihisap oleh manusia sehari-hari. Kahutla yang
terjadi dewasa ini banyak menjadi penyebab sakit paru-paru. Khususnya di
wilayah kahutla.
Kemarau yang panjang menyebabkan pepohonan
kering. Pohon yang kering menyebabkan pohon-pohon mudah terbakar karena puntung
rokok. Kebakaran menjadi marak akhir-akhir ini hampir selama pemerintahan
Presiden Jokowi.
Aku jadi ingat, ketika anakku mengalami
sakit ispha. Padahal rumahku jauh dari pengaruh kahutla dan dulu belum ada
kahutla semarak sekarang. Ispha yang menjangkiti anak lelakiku, ditandai dengan
badan yang lemas, dan sulit bernafas. Keadaan seperti itu amat menghkhawatirkan
sekali.
Habib anak sulungku sedang menghadapi
ujian kelulusan dari SD nya. Sedang adiknya masih di kelas 4 SD. Aku heran
sekali, sesibuk apa aku hingga anakku terjangkit Ispha. Kelihatan aku begitu
ceroboh. Aku amat takut kalau kedua anak suamiku ini mati. Bagaimana aku
mengatakan kepada suamiku tentang pengasuhan yang aku ampu ini.
Suamiku sesuai perjanjian nikah kami,
harus bekerja di kota ku. Dan ini disetujui oleh keluarga mereka yaitu pihak
laki-laki. Aku bersyukur, seusai menikah suamiku mengurus segala sesuatu untuk
kepindahannya ke Purbalingga. Beliau bersama pamanku Pak Lik Sodik, untuk
mngurus kepindahan tersebut. Setelah sampai di BKD Kabupaten Purbalingga,
suamiku mendapat janji untuk pindah setelah kepangkatannya IV/a.
Sudah sejak menikah dulu keadaan yang
demikian terjadi. Aku mengasuh anakku hampir seperti single paren. Tetapi aku
menjalankan dengan ikhlas. Kota tempat suamiku bekerja amat jauh dari rumah
ibunya yang sudah janda. Beliau menempuh perjalanan yang cukup melelahkan
sehari-hari. Beliau menempuh berkilo meter sampai tiga jam perjalanan. Alhamdulillah
sekarang sudah mendapatkan mutasi ke tempat dekat rumah eyang putri.
Sewaktu Habib dan Roufi sakit, ibu dan
bapakku telah membawanya ke rumah sakit. Aku sudah memriksakannya ke dokter,
akan tetapi karena badannya yang lemah ketika aku bekerja, membuat eyang kakung
dan eyang putri panik. Pulang kerja, aku mendapat kabar bahwa kedua anakku akan
segera dirawat di RSU HI . Aku bersyukur sekali karena hal tersebut yang luput
dari pengamatanku ditentukan Allah ketemu oleh orang tuaku.
Setelah tiga hari di RSU HI, suamiku
datang. Alhamdulillah , aku sebenarnya agak jengah karena keadaan kami, namun
amat bersyukur, Allah seakan menambah oksigen bagi kedua anakku. Subhanallah. Apa
yang terjadi malam harinya, beberapa rekan kerja suamiku datang mennegok
suamiku juga. Doa mereka menyebabkan anak-anakku lekas sembuh, juga doa
rekan-rekanku dari tempat kerjaku.
Apa yang kukerjakan selepas sembuh pulang
dari RSU HI, aku menghentikan semua langganan internetku, karena kuketahui
menjadi sumber sakit anak-anakku. Setiap malam ketika aku beristirahat keduanya
mengendap-endap bermain komputer di ruang yang pengap dan sempit itu. Astaghfirullahal’adziim.
Semoga Allah mengampuniku.
ROUFI
SAKIT
Diare
adalah penyakit yang menyerang pencernaan manusia. Penyebabnya adalah bakteri hitam
yang menyerang perut manusia. Diare menjadi wabah di sekitar wilayah Rembang di
tahun 2011. Sewaktu bulan Syawal datang, musim kemarau hampir setiap hari. Sumber
air menjadi kering. Lingkungan penduduk kotor. Maka berjangkitlah penyakit
diare.
Setelah empat hari dokter tidak kunjung datang,
aku bilang kepada untuk diberikan obat tambahan yaitu kunyit dan panegoang
seperti yang biasa ibuku berikan kepada aku dan cucunya ketika sakit diare. Aku
membujuk anakku Roufi yang sudah ingin pulang dengan dongeng anak, agar
terhibur. Aku ceritakan kisah si Wito anak seorang ibu yang ingin menjadi
burung. “ibu, jadikan aku burung agar aku bisa terbang.” Kata Wito kepada
ibunya. Ibu Wito amat kaget dengan permintaan anaknya itu. Karena pesan
mendiang nenek agar setiap permintaan anaknya dikabulkan maka Ibu Wito berdoa
agar anaknya diubah menjadi burung. Setelah menjadi burung Wito terbang dan
bernyanyi setiap pagi di belakang rumah. “ wiito..witto.”
Roufi masih amat lemah ketika jemputan
datang. Aku dan kedua anakku harus pulang dulu sebelum suamiku sempat mengantar
pulang. Karena kami dijemput. Untuk keperluan pengobatan dan studi di sekolah
yang hampir masuk. Dua hari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar