LAPORAN PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SUDUT DAN GARIS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BAGI SISWA
KELAS VII C SMP N 2 KUTASARI TAHUN AJARAN 2018-2019
Diajukan sebagai salah
satu syarat
pemilihan guru berprestasi dan kenaikan
pangkat IV/b pada pengembangan profesi
Oleh :
PRICH
PURWATI
SMP
NEGERI 2 KUTASARI
Alamat : Jl. Raya Tobong
Kutasari ( 0281-894743 * 53361
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
KABUPATEN PURBALINGGA
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Prich
Purwanti, S.Pd
NIP
: 1971909081998022002
Jabatan : Guru Madya
Pangkat : Pembina
Golongan : IV/a
Menyatakan bahwa laporan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika tentang Sudut dan Garis
dengan Menggunakan Metode Jigsaw Bagi Siswa kelas VII C SMP N 2 kutasari tahun
Pelajaran 2018/2019 ” telah dilaksanakan oleh peneliti.
Kutasari,
Maret 2019
Peneliti
Prich Purwanti,
S.Pd
NIP 197109081998022002
Disahkan oleh :
Kepala Sekolah SMP N 2 Kutasari Petugas Perpustakaan
Soderi,S.Pd,M.Pd Gusti Siskarsari,S.Pd
NIP 1973 1212 2003 12 1005 NIP 197908102008012009
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SUDUT DAN GARIS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BAGI SISWA
KELAS VII C SMP N 2 KUTASARI TAHUN AJARAN 2018-2019
Prich Purwanti
ABSTRAK
Penelitian dilakukan
selama tiga bulan dari bulan Januari sampai Maret tahun 2019 di SMP Negeri 2 Kutasari kabupaten
Purbalingga dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Kegiatan penelitian
ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus.
Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari, Perencanaan (Planning), Pelaksanaan
Tindakan (Acting), Pengamatan
(Observing ) dan Refleksi
(Reflecting). Pada siklus I,
pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada kelompok besar. Pada siklus II,
pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw pada kelompok kecil.
Data yang diperoleh
berupa hasil belajar matematika yang terdiri atas data kondisi awal, data
siklus I dan data siklus II. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data kondisi awal, data
siklus I dan data siklus II.
Sebelum menggunakan metode jigsaw, nilai rata-rata hasil belajar matematika
ulangan harian 74 dan 68 . Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar
matematika sebesar 80 . Nilai rata-rata hasil
belajar matematika pada siklus II sebesar 83.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik
secara teoretik maupun secara empirik, melalui melalui pembelajaran menggunakan
metode jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang Sudut dan Garis bagi
siswa kelas VII C SMP Negeri
2 Kutasari
pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Kata kunci : Hasil belajar, matematika, Jigsaw
Improving Mathematics
Learning Outcomes of the Corner and Line
using the method of Jigsaw
PRICH PURWANTI
ABSTRACT
The study was conducted during the six months from January to March of 2019 in SMP Negeri 2 Kutasari Purbalingga district with the aim to improve math learning outcomes .
The research activities of classroom action research method consisting of 2 cycles . The steps in each cycle consisting of , Planning ( Planning) , Implementation Measures ( Acting ) , observation ( Observing ) and Reflection ( Reflecting ) . In the first cycle , learning by using jigsaw in the large group . In the second cycle , learning by using jigsaw in small groups .
Data obtained in the form of math learning outcomes consisting of baseline data first cycle and second cycle of data . Data analysis was performed using the comparative descriptive analysis comparing baseline data first cycle and second cycle of data .
Before using the jigsaw , the average value of learning mathematics daily test results 74 and 68 . In the first cycle, the average value of 80 math learning outcomes . The average value of the results of learning mathematics in the second cycle of 83 .
The results show that both theoretically and empirically , through learning through jigsaw method can improve learning outcomes for mathematics on the Corner and Line C seventh grade students of SMP Negeri 2 Kutasari the midle even semester of academic year 2018/2019 .
Keywords : math learning, outcomes , Jigsaw
The study was conducted during the six months from January to March of 2019 in SMP Negeri 2 Kutasari Purbalingga district with the aim to improve math learning outcomes .
The research activities of classroom action research method consisting of 2 cycles . The steps in each cycle consisting of , Planning ( Planning) , Implementation Measures ( Acting ) , observation ( Observing ) and Reflection ( Reflecting ) . In the first cycle , learning by using jigsaw in the large group . In the second cycle , learning by using jigsaw in small groups .
Data obtained in the form of math learning outcomes consisting of baseline data first cycle and second cycle of data . Data analysis was performed using the comparative descriptive analysis comparing baseline data first cycle and second cycle of data .
Before using the jigsaw , the average value of learning mathematics daily test results 74 and 68 . In the first cycle, the average value of 80 math learning outcomes . The average value of the results of learning mathematics in the second cycle of 83 .
The results show that both theoretically and empirically , through learning through jigsaw method can improve learning outcomes for mathematics on the Corner and Line C seventh grade students of SMP Negeri 2 Kutasari the midle even semester of academic year 2018/2019 .
Keywords : math learning, outcomes , Jigsaw
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Selama dua tahun terakhir menurut data-data yang diinformasikan
bagian kurikulum, untuk hasil belajar matematika SMP N 2 Kutasari menunjukan gejala lemahnya hasil belajar
matematika.
Bagi siswa
SMP
Negeri 2 Kutasari, phobia tentang
matematika bahwa matematika merupakan matapelajaran yang sulit sampai sekarang
masih saja dominan dibandingkan anxiety. Hal ini sering terdengar dari percakapan siswa ketika membicarakan mata pelajaran matematika. Phobia terhadap
matematika berdampak pada lemahnya motivasi
belajar yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar matematika. Lemahny a hasil belajar matematika
tersebut, terjadi di kelas
VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada awal tengah semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
Bertautan dengan rendahnya hasil belajar matematika tersebut dapat
dilihat dari nilai hasil dua kali ulangan harian. Ulangan harian pertama dilakukan pada hari Jumat
tanggal 7 Februari 2019 jam ke- 4 dan 5 diikuti oleh 25 peserta didik dengan mengambil kompetensi
dasar 3.7 Menggunakan rasio atau perbandingan.
Berdasarkan hasil ulangan harian
diperoleh nilai tertinggi 75 dicapai 1, nilai rata-rata 35 dan nilai terendah 10. Dari hasil ulangan
harian tersebut jumlah siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) sebanyak 2 atau 0,8 persen, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM 23 siswa atau 0,92 persen. Ulangan kedua
dilaksanakan pada hari Selasa, 19
Februari 2019, jam ke 5 dan 6, diikuti oleh 20 siswa, dengan mengambil 3.8 Menentukan perbandingan senilai dan
perbandingan berbalik nilai. Berdasarkan nilai ulangan
harian kedua tersebut diperoleh nilai tertinggi 35, dicapai oleh 1 siswa, rerata nilai 15 dan nilai terendah 0. Dari
hasil ulangan kedua tersebut diperoleh siwa yang telah mencapai KKM 0 siswa atau 0 persen, siswa yang belum
mencapai KKM 20 siswa atau 100 persen. Berdasarkan
hasil dua ulangan harian tersebut
ternyata masih banyak sekali siswa yang hasil belajar matematikanya belum memenuhi KKM.
Sebelum
penelitian dimulai, tepatnya pada awal semester genap peneliti
mengajar menggunakan metode
ceramah dan kelompok besar, serta ceramah dan tanya jawab juga kelompok terbi
yaitu mencatat gejala alam dengan teliti dan membuat kesimpulan sesuai materi
himpunan yang sedang dipelajari. Dalam metode ini peneliti menerapkan pembelajaran yang menekankan
peran aktif, kesiapan, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak menggunakan alat peraga tetapi mengggunakan lingkungan belajar, pendekatan pembelajaran
maupun strategi yang bervariasi.
Kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran matematika
kelas VII C
adalah 60. Kriteria ketuntasan minimal 60 mengandung maksud, siswa dapat dinyatakan
telah tuntas jika minimal memperoleh nilai 60 pada setiap mengerjakan tugas dari guru, ulangan
harian, ulangan tengah semester maupun ulangan kenaikan kelas. Jika nilai siswa belum mencapai nilai
minimal 60
maka harus diadakan remidi atau perbaikan sampai mencapai nilai batas tuntas
minimal. Dengan demikian kondisi ideal atau harapan dari setiap ulangan harian,
nilai rata-rata kelas minimal 60 dan nilai yang dicapai setiap siswa minimal juga 60.
Sesuai
dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2008 tentang guru pasal 3 ayat 7, disebutkan bahwa guru
harus memiliki kompetensi profesional.
Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
dan budaya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan konsep dan metode
disiplin keilmuan dan teknologi. Guru profesional harus dapat mengembangkan siswa dalam
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Dengan demikian, agar siswa dapat
mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki, maka idealnya guru
harus merubah paradigma pembelajaran menggunakan metode restriktif menjadi pembelajaran yang bervariasi dan
menggunakan budaya pembelajaran yang menantang.
Beracuan
pada kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, jika dibandingkan
dengan nilai rata-rata hasil
belajar matematika pada ulangan harian
pertama terdapat kesenjangan.
Kesenjangan tersebut adalah dari nilai
rata-rata matematika hasil ulangan harian belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Sedangkan mengacu pada
permendikbud tahun 2013, tentang standar penilaian untuk kelulusan siswa dalam
aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan, maka telah ditetapkan target LULUS
untuk siswa pada keseluruhan program, termasuk setelah remidial yaitu 60,
dengan nilai C. Pada kondisi awal penelitian, telah ditetapkan target nilai
minmal 60, perolehan siswa yang belum mencapai target minimal memerlukan
tindakan yang berlangsung sampai dengan tercapai target minimal LULUS yaitu 60.
Pembelajaran ideal dengan paradigma
baru adalah pembelajaran yang bervariasi dari segi metode, pendekatan,
strategi, teknik, dan menggunakan budaya
pembelajaran
yang menantang. Pembelajaran yang dilakukan guru selama ini
adalah pembelajaran menggunakan
metode ceramah dan simulasi yang menggunakan cara
konvensional dan belum memanfaatkan budaya pembelajaran yang
baru. Dengan demikian desain pembelajaran yang dilakukan guru, antara yang
telah dilaksanakan dengan pembelajaran yang ideal terdapat kesenjangan.
Dengan
belum tercapainya kondisi yang
diharapkan ini, maka guru perlu mengupayakan solusi yang berupa suatu
tindakan agar nilai rata-rata hasil
belajar matematika meningkat sampai pada
kondisi yang diharapkan. Adapun tindakan yang akan dilaksanakan adalah langkah guru langkah pembelajaran
dengan menggunakan metode Jigsaw. Tindakan
pada tahap awal adalah menggunakan metode
Jigsaw pada kelompok yang terdiri dari maksimal empat peserta didik, dengan pemberian
nama kelompok urut ahli 1,2,3,4pada kelompok asal 1,2,3,4 pada Jigsaw I dan ahli
1,2,3,4, pada kelompok asal 1,2,3,4 pada
Jigsaw II. Karena kelas terdiri dari dua kelompok Jigsaw.
Sedangkan tahap berikutnya menggunakan metode Jigsaw pada kelompok kecil yang terdiri dari
empat siswa atau empat perwakilan kelompok untuk jigsaw
di luar kelas.
B.
Identifikasi Masalah
Suatu tindakan untuk memecahkan masalah
akan efektif jika tepat penggunaannya. Tindakan untuk memecahkan masalah akan
tepat penggunaannya jika permasalahan yang akan diselesaikan jelas dan
fokus. Dengan demikian agar tindakan
yang akan diterapkan dalam penelitian ini dapat dengan tepat memecahkan masalah
yang ada, maka diperlukan identifikasi masalah. Adapun masalah yang
teridentifikasi dalam penelitian ini adalah: (1) Mengapa hasil belajar
matematika rendah?. Pada hal jika
ditilik dari pemanfaatan waktu belajar, guru telah melaksanakan pembelajaran
dengan memanfaatkan waktu cukup efektif. (2) Apakah rendahnya hasil belajar
matematika disebabkan karena peserta
didik kurang
aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran?. (3) Apakah pembelajaran dengan menggunakan
metode yang bervariasi dapat
meningkatkan hasil belajar matematika?.
(4) Apakah pemanfaatan budaya pembelajaran berkarakter yang tepat
dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar matematika?. (5) Apakah
hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan pembelajaran
menggunakan metode Jigsaw?.
C. Pembatasan Masalah
Pembahasan untuk menemukan solusi dari
suatu permasalahan akan efektif jika permasalahannya jelas dan fokus. Supaya
penelitian ini dapat fokus pada penyelesaian permasalahan yang ada, maka
diperlukan adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
mengandung maksud agar permasalahan yang akan diselesaikan maupun tindakan yang
akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut menjadi jelas.
Dalam
penelitian ini menggunakan dua variabel, masing-masing satu variabel terikat
atau variabel dependen dan satu variabel bebas. Variabel terikat atau variabel
dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika tentang menggunakan Sudut dan garis dalam penyelesaian
masalah. Sedangkan variabel bebasnya adalah
pembelajaran dengan menggunakan metode
Jigsaw .
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap
tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 32
peserta didik, yang terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. kompetensi dasar yang dipakai adalah kompetensi dasar
nomor 3.10 Menganalisis
hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh
garis transversal.
.
Adapun indikator
pencapaiannya ada empat yaitu; (1) Menentukan garis. (2). Menentukan sudut. (3).Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sudut dan garis. (4) Melukis sudut dan Garis
Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode
Jigsaw. Jigsaw adalah budaya pembelajaran yang
menggunakan kerja sama interaksi antara guru dengan peserta didik. Pemanfaatan di kelas menggunakan alat peraga dan petunjuk
kerja yang dipilih oleh guru. Tindakan penggunaan metode Jigsaw dilakukan oleh guru dengan fokus
students
centered.
Tindakan yang dilakukan guru dikelas adalah menjelaskan materi dan membimbing
latihan secara interaktif dua arah melalui
alat peraga matematika
secara bertahap dan melalui tutor sebaya di dalam dan di luar kelas. Sesuai dengan
program tengah semester
yang telah disusun, tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode
Jigsaw, dilakukan
selama 10
jam pelajaran pada minggu pertama, dan
ketiga bulan Maret tahun
2019, penelitian dihentikan untuk PTS genap kelas VII dan
kelas VIII serta PAT kelas IX, dan selesai.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah tersebut di atas,
maka secara spesifik dapat diajukan rumusan masalah sebagai
berikut : apakah melalui pembelajaran
dengan menggunakan metode Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang Sudut dan Garis bagi siswa kelas VII C SMP
Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun pelajaran 2018/2019 ?.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini fokus pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu
secara umum penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar matematika bagi peserta didik SMP kelas
VII pada standar kompetensi Menganalisis
hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh
garis transversal.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar matematika pada kompetensi dasar Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar
yang dipotong oleh garis transversal
siswa kelas VII C SMP Negeri
2 Kutasari
pada tengah semester genap tahun
pelajaran 2018/2019 .
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian
ini bermanfaat : (1) Untuk mendapatkan pengetahuan atau teori baru
tentang: Meningkatkan hasil belajar matematika tentang Sudut dan Garis dengan menggunakan metode Jigsaw bagi siswa kelas VII C SMP
Negeri 2 Kutasari tahun ajaran 2018/2019. (2) Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat
bagi peserta didik
Bagi peserta didik penelitian ini bermanfaat
untuk: (1). Meningkatkan
hasil belajar matematika tentang
Sudut dan Garis. (2). Terpenuhinya kriteria ketuntasan minimal (3). Meningkatkan rasa senang dan
motivasi dalam belajar matematika.
(4). Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
menggunakan Sudut dan Garis untuk
menyelesaikan masalah yang kelak merupakan bagian dari materi ujian nasional.
b.
Manfaat bagi guru
Bagi guru
penelitian ini bermanfaat untuk :
(1). Mengembangkan dan mengimplementasikan kompetensi profesional dalam
bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan budaya pembelajaran. (2). Menyelesaiakan
permasalahan yang timbul dalam pembelajaran khususnya tentang menggunakan Sudut
dan Garis untuk menyelesaikan masalah, (3). Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan rasa
tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan khususnya dikelas yang menjadi
tanggungjawabnya.
c. Manfaat
bagi sekolah
Bagi sekolah
penelitian ini bermanfaat untuk :
(1). Meningkatkan mutu sekolah
dalam bidang akademik khususnya pada mata pelajaran matematika. (2). Meningkatkan kualitas sumber daya sekolah baik guru maupun
peserta didik.
d. Manfaat
bagi Perpustakaan
Penelitian ini
bagi perpustakaan bermanfaat untuk meningkatkan jumlah referensi perpustakaan.
BAB II.
KAJIAN
TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Kebenaran secara teori dalam penelitian perlu dilandasi
dengan teori-teori ilmu pengetahuan yang relevan. Bertalian dengan hal tersebut, berikut akan
dipaparkan beberapa teori-teori ilmu pengetahuan yang mendukung variabel penelitian ini.
1.
Hasil Belajar Matematika
tentang Sudut dan Garis
Pada
sub bagian dari sub judul ini akan diuraikan tentang empat hal yang berhubungan
dengan hasil belajar matematika tentang sudut dan garis. Empat hal tersebut adalah hakikat
matematika, hakikat belajar, hasil belajar, dan hasil belajar matematika
tentang
Sudut dan garis.
a. Hakikat Matematika
Matematika
merupakan mata pelajaran yang memiliki kontribusi yang sangat penting untuk
menentukan seorang siswa naik atau tidak naik kelas maupun lulus atau tidak lulus. Hal ini
dukung dengan kejadian di sekolah-sekolah dimana sering terjadi seorang siswa tidak naik ataupun
tidak lulus hanya karena nilai matematikanya belum memenuhi standar yang
ditetapkan. Pentingnya mata pelajaran matematika dapat dilihat dari struktur
kurikulum, baik dari kurikulum
1994, kurikulum 2004 maupun pada
struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada struktur
kurikulum 1994, mata pelajaran matematika pada jenjang SMP dalam satu minggu alokasi waktunya enam jam.
Pada struktur kurikulum 2004, mata
pelajaran matematika pada jenjang
SMP dalam satu minggu alokasi waktunya
sebanyak lima
jam. Sedangkan berdasarkan struktur KTSP, alokasi jumlah jam dalam satu minggu
untuk mata pelajaran matematika minimal sebanyak empat jam. Bahkan kenyataan dilapangan, khusus struktur KTSP
untuk mata pelajaran matematika yang
mengalokasikan dari lima jam. Menurut kurikulum 2013 yang sedang dilaksanakan di SMP N 2 Kutasari, pada saat
laporan penelitian tindakan kelas ini disusun, kemampuan siswa diukur
berdasarkan tiga ranah penilaian hasil belajar, yaitu ranah sikap, yang terdiri
dari ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa, Kejujuran, Kedisiplinan, dan etika
dalam belajar; ranah pengetahuan yang meliputi pemahaman, pengatahuan dan
penerapan; ranah katerampilan yang meliputi mencipta, membahas, dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal tersebut menjadi bagian dari penelitian
tindakan kelas dalam penelitian ini, yaitu dengan menerapkan metode jigsaw,
yang merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif dalam metode pembelajaran
yang berbasis CTL (contextual teaching learning).
Sifat alamiah
matematika yang dikenal sampai saat ini ada tiga mazhab yang dikenal dengan
nama silogisme, formalisme, dan intuitionisme. Mazhab silogisme yang dipelopori
oleh filosofi inggris Bertrand Artur Russel tahun 1903 (1872-1970)( Chapman. 1976:2-9 dan Bell. 1978:51-2)
berpendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi dengan
prinsip-prinsip logika. Dengan demikian,
matematika dan logika merupakan bidang yang sama dengan seluruh konsep dan
dalil matematika yang dapat diturunkan dari logika.
Mazhab formalisme
yang dipelopori oleh ahli matematika dari Jerman, David Hilbert berpendapat bahwa
sifat alamiah matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab
matematika bersangkut paut denga sifat-sifat struktural dari simbol-simbol
melalui berbagai
sasaran yang menjadi objek matematika.
Mazhab
intuitionisme dipelopori oleh ahli matematika
Belanda, Luitzen Egbertus Jan Brower berpendapat bahwa matematika adalah sama
dengan bagian dari eksakta dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil
matematika terletak pada akal manusia (human
intellect) dan tidak pada simbol-simbol di atas kertas. Matematika
berdasarkan suatu ilham dasar (basic
intuition) yang pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas berpikir yang
tergantung pada pengalaman, bahasa dan simbolisme serta bersifat objektif. (
Hamzah B. Uno, 2007; 126 )
Berdasarkan etimologi, matematika
berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Pengertian ini bukannya berarti ilmu lain
diperoleh tidak melalui penalaran akan
tetapi dalam matematika lebih menekankan
aktivitas dalam dunia rasio, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil
observasi atau eksperimen disamping
penalaran. Pada tahap awal matematika
terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia secara empiris kemudian diproses
dalam dunia rasio diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di
dalam struktur kognitif sehingga sampai pada konsep-konsep
matematika. ( Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 1, 2005; 8)
Berdasarkan definisi naif menurut Suryanto dalam
Davis dan Hers( 1981:6-7), hal ini sangat kuat dari kamus dan untuk pemahaman
inisialisasi, adalah bahwa matematika adalah sain tentang kuantitas dan ruang.
Isi matematika tidak didefinisikan sebagai definisi matematika bisa tentang
segala hal sepanjang sebuah subjek yang memperlihatkan pola-pola dalam
asumsi-deduksi-konklusi.
Dengan demikian matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
didapat dengan bernalar dan lebih menekankan dalam dunia rasio yang dimulai
dari pengalaman secara empiris.
Berdasarkan
uraian di atas, hakikat matematika selaras dengan kepentingan pembelajaran adalah
ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar
melalui suatu aktivitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bahasa
dan simbolisme serta bersifat objektif.
b. Hakikat Belajar
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
(Slameto, 2003 : 2) dan menurut Maier (2001:28-9).
Nana Sudjana (1989
: 5) berpendapat : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka
secara umum belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan seluruh aspek tingkah laku yang
meliputi pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
c. Hakikat Belajar Matematika
Menurut Hamzah B. Uno (2007; 130), hakikat belajar matematika adalah
suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta
simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Schoenfeld dalam
Hamzah B. Uno mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan
bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan
fenomena fisik dan sosial. Berkaitan
dengan hal ini, maka belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang
berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang
sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya membentuk
himpunan-himpunan baru yang lebih rumit. Demikian dan seterusnya, sehingga
dalam belajar matematika harus dilakukan secara hierarkis. Dengan kata lain,
belajar matematika pada tahap yang lebih tinggi, harus didasarkan pada tahap
belajar yang lebih rendah.
Mazhab
konstruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika yang dipentingkan
adalah bagaimana membentuk pengertian pada siswa. Hal ini berarti bahwa belajar matematika
penekanannya pada proses siswa belajar, sedangkan
guru berfungsi sebagai fasilitator. Dengan demikian orang mempelajari
matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri dan aktif mengkonstruksi
ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Aspek afektif dan psikomotorik siswa menurut Marsigit (2012:7-8), adalah
aspek yang penting dalam pembelajaran setelah aspek kognitif. Aspek afektif
menurut taksonomi Krathwhol, dkk (19810 dan taksonomi dalam Wilson (1971), yang
dikutip oleh Marsigit, meliputi menerima keadaan (receiving), merespon (responding),
pembentukan nilai (valuing),
organisasi dan karakterisasi. Proses internalisasi terjadi bila aspek-aspek
taksonomi tersebut menyatu secara hierarkis.
Disamping aspek kognitif dan aspek afektif, aspek ketrampilan motorik
(unjuk kerja) juga mempunyai peranan yang tak kalah penting untuk mengetahui
ketrampilan siswa dalam memecahkan permasalahan. Dalam kegiatan ini siswa
diminta mendemonstrasikan kemampuan dan ketrampilan melakukan kegiatan fisik
misalnya melukis segitiga, melukis persegi, melukis lingkaran, dsb. Untuk
mengetahui tingkat ketrampilan penilai dapat menggunakan lembar pengamatan.
Oleh karena itu, Marsigit (2012:5-6) menjelaskan bahwa Matematika sebagai
kegiatan pemecahan masalah membutuhkan pedoman bagi guru dan siswa dalam
pembelajaran matematika untuk mempelajari cara menggunakan berbagai alat peraga
matematika seperti: jangka, kalkulator, penggaris, busur derajat, dsb.
Matematika sebagai alat berkomunikasi, pedoman bagi guru dan siswa dalam
pembelajaran matematika adalah mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika
dengan teman yang lain, mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika, menjelaskan
jawaban siswa kepada teman yang lain. Agar siswa menyukai matematika maka guru
harus mengenali apa yang siswa tahu dan belum tahu, mencari materi dan kegiatan
yang menantang dari matematika, siswa perlu mencari teman untuk belajar bersama,
dan memberikan situasi dan suasana belajar yang bervariasi yang siswa perlukan.
Menurut Kroll dkk. (NCTM.1992:621), penyelesaian masalah kooperatif
meliputi sebuah kelompok kerja siswa pada sebuah masalah yang cukup rumit untuk
mencirikan siswa pada a) mendiskusikan
masalah, b) mensistematiskan masalah yang diinformasikan, c) peranan perbedaan
asumsi memungkinkan kelompok memanfaatkan sebagai contoh rekaman, menggunakan kalkulator, atau skeptis.
Dari pendapat dan
teori yang telah di uraikan di atas maka belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti
dan membentuk pengertian sendiri melalui aktif mengkonstruksi ilmu dan pengetahuan dengan cara
berinteraksi dengan lingkungannya serta
menerapkan pada situasi nyata.
d. Hasil
Belajar
Menurut Reigeluth sebagaimana dikutip Keller menyebutkan bahwa hasil
belajar adalah semua efek yang dapat
dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah
kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang. Oleh
karena itu hasil belajar merupakan efek
yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan
metode pengajaran tertentu.
Hasil pengajaran menurut Reigeluth, dapat diklasifikasikan menjadi
tiga aspek yakni, (1) kefektifan pengajaran, (2) efisiensi pengajaran, dan (3)
daya tarik pengajaran. Aspek keefektifan pengajaran biasanya diukur dengan
tingkat pencapaian siswa pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Efisiensi biasanya
diukur dengan rasio antara keefektifan
dan jumlah waktu dan/atau biaya yang terpakai, sedangkan aspek daya
tarik pengajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap/terus
belajar (Hamzah B. Uno; 138).
Menurut Slameto (2003 ; 3 ), Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
banyak sekali sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu sudah tentu tidak setiap
perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti hasil belajar. Perubahan tingkah
laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki
ciri-ciri khusus. Terdapat enam
ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian hasil belajar. Ciri-ciri tersebut antara lain :
(1). Terjadi secara sadar. Hal ini berarti seseorang yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. (2). Bersifat kontinu dan
fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
(3). Bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan
itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. (4). Bukan bersifat sementara. Hal ini berarti
tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. (5). Bertujuan
atau terarah. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perbuatan belajar terarah karena perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. (6). Mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah
melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruh tingkah laku dalam
sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang telah
diperoleh melalui kegiatan belajar
secara aktif otomatis akan tersimpan
dengan baik dalam ingatan siswa. Sehingga hasil belajar adalah
suatu perubahan yang dicapai oleh
proses usaha yang dilakukan seseorang
dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya yang tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa.
e. Hasil
Belajar Matematika tentang Sudut dan Garis
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar
matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran
yang dilakukan siswa. Atau
dengan kata lain, hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan
apa yang diperoleh siswa dari
proses pembelajaran.
Hasil
belajar siswa
pada mata pelajaran matematika, diukur mengacu pada tujuan
pembelajarannya. Tujuan pembelajarannya dikembangkan dan disusun berdasarkan
ranah kognitif Bloom yang meliputi (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3)
penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, (6) evaluasi.
Ranah
kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses
mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi
yakni evaluasi. Ranah kognitif terdiri
dari enam tingkatan yang secara hierarkis berurut dari yang paling rendah
(pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Tingkat
pengetahuan (knowledge), yaitu
kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali
pengetahuan yang pernah diterimanya.
(2) Tingkat
pemahaman (comprehension), diartikan sebagai kemampuan sesorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya
sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
(3) Tingkat
penerapan (application), diartikan
sebagai kemampuan sesorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Tingkat
analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan
membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori
dengan tujuan agar dapat menghubungkan
dengan data-data yang lain.
(5) Tingkat
sintesis (synthesis), yaitu sebagai
kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
(6) Tingkat
evaluasi (evaluation), yaitu sebagai
kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat
berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki (Hamzah B. Uno, 2007; 140).
Sesuai
dengan silabus pada semester genap kelas VII, salah satu materi matematika pada
semester genap diantaranya adalah . Dengan demikian hasil belajar siswa menganalisis hubungan
antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis
transversal, pada
mata pelajaran matematika dalam hal ini mengambil materi melukis sudut dan garis serta menghitung .
2. Pembelajaran dengan
Menggunakan metode Jigsaw
Pada sub bagian dari sub judul ini akan
diuraikan tentang tiga hal yang berhubungan dengan pembelajaran dengan
menggunakan metode
Jigsaw. Tiga hal
tersebut adalah pengertian metode Jigsaw,
hakikat pembelajaran, dan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw.
a. Pengertian Metode
Jigsaw
Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk, 1978
(Krismanto, 2000).
Langkah-langkah
pada model ini adalah sebagai berikut.
a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6
orang pada setiap
kelompok. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok
jigsaw
(gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian
sehingga setiap
siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut.
b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar
bersama dalam
sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group”
atau
Kelompok Ahli (KA).
c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi
bahan pelajaran
dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka
mengajarkannya
kepada teman mereka sendiri.
d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw
mereka, dan
mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada
temannya
dalam kelompok jigsaw tersebut. Hal ini memberikan
kemungkinan
siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi
baik di dalam
grup jigsaw maupun KA. Keterampilan bekerja dan belajar
secara
kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada
kedua jenis
pengelompokan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu
mengevaluasi proses pembelajaran mereka.
(Shadik.2009.26-27)
b. Hakikat Pembelajaran
Menurut Degeng dalam
Hamzah B. Uno, menyebutkan
bahwa pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan pelajar . Dalam pengertian ini
secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti
dari perencanaan pembelajaran. (Hamzah B. Uno, 2007: 83)
Selaras dengan Degeng, Soedjiarto dalam Hamzah B. Uno, (2007:
106) merekomendasikan bahwa memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan
:
(1) Learning to know, yaitu pelajar akan dapat memahami dan menghayati
bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam
lingkungannya.
(2) Learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar murid menghayati proses belajar
dengan melakukan sesuatu yang bermakna.
(3) Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan
lahirnya manusia terdidik yang mandiri.
(4) Learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma
ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidik akan
memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.
Menurut pernyataan-pernyataan di atas maka pembelajaran adalah
upaya untuk membelajarkan peserta didik melalui kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan yang
didasarkan pada empat pilar proses pembelajaran, yaitu learning to know, learning to
do, learning to be, learning to live together.
c. Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Jigsaw
Pemanfaatan alat peraga laboratorium matematika dewasa ini tidak lagi merupakan konsumsi
bidang bisnis atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia
pendidikan. Menurut Hannafin dan Peck dalam Hamzah B.
Uno, (2007: 126), menyatakan bahwa, potensi media komputer dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Efektivitas proses pembelajaran
tersebut antara lain sebagai berikut:
(1) Memungkinkan terjadinya
interaksi langsung antara peserta didik dan materi pelajaran. (2) Proses belajar dapat berlangsung secara
individual sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik. (3) Mampu menampilkan unsur audio visual untuk
meningkatkan minat belajar (multimedia). (4)
Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan
segera. (5) Mampu menciptakan proses
belajar secara berkesinambungan.
Heinich dalam Hamzah B.
Uno, (2007: 127) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam
merancang sebuah media pembelajaran.
(1) Program berbentuk praktik dan latihan (drill and practice). Program ini digunakan apabila peserta didik
diasumsikan telah mempelajari konsep, prinsip, dan prosedur sebagai materi
pembelajaran.
(2) Program tutorial.
Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topik-topik tertentu
diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus.
(3) Program permainan (games). Program ini menarik untuk diikuti dan
berisikan permainan yang dapat memberi motivasi bagi peserta didik untuk mempelajari informasi yang
ada didalamnya.
(4) Program simulasi
(simulation). Program ini berupaya melibatkan peserta didik dalam persoalan mirip dengan
situasi yang sebenarnya, namun tanpa risiko yang nyata.
(5) Program bentuk penemuan
(discovery). Dalam program ini, komputer mampu menayangkan masalah yang
harus dipecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error. Peserta didik harus mencoba sampai berhasil
menemukan solusi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Dengan cara ini peserta didik diharapkan dapat lebih memahami
prosedur yang ditempuh untuk memecahkan suatu masalah dan mampu mengingatnya
lebih lama.
(6) Program pemecahan masalah
(problem solving). Program ini dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan cara yang ditempuh peserta didik dalam memberikan respons. Pertama,
peserta
didik merumuskan
sendiri solusi masalah yang ditampilkan lewat komputer. Kedua, komputer
menyediakan jawaban yang mewakili respons peserta didik terhadap masalah yang ditayangkan komputer.
Metode Jigsaw tidak akan terlepas dari peranan komputer.
Merujuk pada aplikasi komputer pada pembelajaran seperti yang dikemukakan Heinich, pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw sejalan dengan program tutorial dan program bentuk penemuan (discovery). Hal ini karena pada pembelajaran dengan
menggunakan metode
Jigsaw , menyajikan
informasi dan pengetahuan dalam topik-topik
tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus. Disamping itu
pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw, juga menyediakan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error. Peserta didik harus
mencoba sampai berhasil menemukan solusi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah.
Karakteristik khusus laboratorium matematika
menurut Barson (dalam Cathcart.1977:43-45), adalah sebuah pusat aktivitas;
peserta didik ditempatkan dalam sebuah situasi problem-solving dan self-exploration
dan discovery, menyediakan sebuah
penyelesaian berbasis pada pengalamannya, atau kebutuhannya, dan
ketertarikannya.
Karakteristik umum laboratorium matematika
terdiri dari beberapa hal:
1.
Ruang yang diorganisasikan sebagai tempat beraktivitas dimana para
peserta didik (secara individu, dalam kelompok kecil, atau meliputi seluruh
kelas) mungkin bekerja secara terus-menerus pada materi yang berbeda-beda atau
pada materi yang rata-rata berbeda.
2.
Ruang adalah kekayaan materi, membuat pemakaian pada komersial, langkah
guru, dan langkah peserta didik ditunjukan.
3.
Guru bekerja dengan kelompok kecilnya, atau dengan cara individu, atau
dengan seluruh kelas dalam sebuah kemungkinan berpusat peserta didik dari pada
atmosfir yang didominasi oleh guru.
4.
Aktivitas adalah selalu open-ended
untuk membangkitkan peserta didik kepada perluasan penemuan mereka sejauh yang
mereka harapkan.
5.
Pengorganisasian dari kerja laboratorium adalah fleksibel sedemikian
sehingga seorang peserta didik dapat berpindah dari satu bentuk aktivitas ke
aktivitas yang lain, mengandalkan pada ketertarikannya dan kebutuhannya.
6.
Di sini juga ada sebuah pendekatan
multimedia atau multisensory untuk belajar, menggunakan
pita konsep, film-film, objek konkrit, rekaman, pemusatan pada pendengaran (listening center) dan seterusnya.
7. Buku paket (textbook) , pamflet, dan handout baik buatan guru atau hasil
unduhan dari internet, adalah digunakan sebagai referensi materi pelajaran
matematika peserta didik.mereka sering tidak bertingkat dan meliputi sebuah
variasi besar dalam topik.
Metode Jigsaw, menurut pendekatan teori Alan Barson,
memungkinkan peserta didik mengikuti langkah guru, untuk mencapai derajat
keberhasilan yang dikehendaki. Sehingga dalam hal ini metode Jigsaw menyediakan
pembelajaran yang memiliki dua arah, pertama langkah peserta didik, diikuti
langkah guru, dan selanjutnya langkah guru diikuti langkah peserta didik dalam
hal pemanfaatan komputer dan internet serta alat-alat peraga laboratorium
matematika.
A.
Hasil
Penelitian yang Relevan
1.
Clement
(1982:16-30), dalam ringkasan menyampaikan bahwa data dari kelompok testi
mengindikasikan bahwa secara signifikan mahasiswa perguruan tinggi melakukan
kesalahan dalam formulasi persamaan aljabar dari temuan ini. Protokol data
mengindikasikan bahwa kesalahan memiliki dua sumber: sintaktik proses menautkan
kata pesan, dan semantik, proses simbolisasi statis. Kesalahan kedua-proses
prediksi muncul dengan bebas duduk-dalam, strategi intuitif simbolisasi yang
dapat menyebabkan mahasiswa untuk mengapkir sebuah penyelesaian benar mereka
sudah dibangkitkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran peneliti
tentang kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas VII C SMP N 2 Kutasari.
2.
Poffenberger
dan Norton (1959) dalam Bell (1978), dalam sebuah studi di USA menanyakan
kepada 390 mahasiswa tahun pertama di universitas tentang faktor yang
menentukan bakat terhadap matematika. Seperti beliau berdua mungkin sudah
menduganya, daftar faktor-faktor terpenting adalah pengaruh rumah, yang
pengharapan dan bakat datang dari orang tua, dan yang kedua pengaruh dari para
guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran peneliti tentang peran guru
yang harus dimunculkan secara nyata dalam udaya pembelajaran di kelas VII C SMP
N 2 Kutasari.
3.
Biggs (1962)
dalam Bell (1978), penelitian hubungan antara keinginan, aspek perbedaan dan
penampilan dalam aritmetika, dan metode dari pengajaran. Beliau menemukan bahwa
sebuah penampilan anak mengandalkan pada tingkat keinginan, sukses, cara dalam
mana pembelajaran mengambil tempat dan jenis kelamin dari anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pemikiran peneliti tentang phobia
matematika yang dirasakan akan dapat diubah menjadi anxiety(kecemasan akan keberhasilan) matematika siswa kelas VII C
SMP N 2 Kutasari.
4.
Sumarno
(2009:71-72) menginformasikan bahwa berdasarkan hasil belajar siswa yang selalu meningkat
mulai dari.
awal, siklus I, dan siklus II maka pembelajaran
dengan menggunakan animasi matematika dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang keliling dan luas
bangun segitiga dan segiempat bagi siswa
kelas VII B SMP Negeri
1 Kaligondang pada semester
genap tahun pelajaran 2008/2009. Berdasarkan uraian hasil
penelitian pada bab IV, yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran dengan menggunakan
animasi matematika dapat meningkatkan
hasil belajar matematika maka
dapat disimpulkan, hipotesis yang berbunyi
“melalui pembelajaran dengan menggunakan animasi matematika dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang keliling dan luas
bangun segitiga dan segiempat bagi siswa
kelas VII B SMP Negeri
1 Kaligondang pada semester
genap tahun pelajaran 2008/2009”,
terbukti. Hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran peneliti yang
akan menerapkan metode jigsaw bagi siswa kelas VII C SMP N 2 Kutasari tahun
ajaran 2018-2019.
A. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat gambarkan dalam skema berikut mengikuti aliran Kemmis & Wilkinson (1998)
dalam John W. Creswell(2008:610):
|
|
|
SIKLUS I :
Pembelajaran dengan
menggunakan metode Jigsaw matemat pada kelompok besar yang terdiri 4 siswa
Pembelajaran
dengan
TINDAKAN menggunakan M J
|
Diduga melalui pembelajaran dengan
menggunakan MJ matematika dapat
meningkatkan
hasil belajar matematika
KONDISI tentang Sudut dan garis
AKHIR
Bagi SISWA SMP Negeri 2 Kutasari
Pada tengah semester genap tahun ajaran
2018/2019
Gambar
1. Skema kerangka berpikir
Berdasar pada skema
kerangka berpikir di atas, alur penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut : Pada kondisi awal, sebelum guru menerapkan pembelajaran dengan metode Jigsaw hasil
belajar matematika tentang pada KD 3.7 Menggunakan rasio dan perbandingan dan Kd 3.8
Menentukan
perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai bagi siswa
kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019 lemah.
Lemahnya hasil belajar matematika tentang menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat
dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal, tersebut merupakan suatu
permasalahan yang harus dicarikan solusinya. Tindakan yang dilakukan guru dalam upaya untuk meningkatkan hasil
belajar matematika tersebut adalah dengan melakukan variasi pembelajaran.
Variasi pembelajaran yang dilakukan adalah menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan metode Jigsaw.
Tindakan penelitian yang
dilaksanakan guru melalui pembelajaran interaktif dengan metode Jigsaw terdiri dari dua siklus. Pada siklus
I, pembelajaran dengan menerapkan metode Jigsaw dilakukan pada kelompok besar yang
terdiri empat siswa dalam dua kelompok
besar jigsaw . Pada proses pembelajaran, peserta didik dikelompokkan
menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompoknya maksimal empat siswa. Pada
siklus II, pembelajaran dengan
menggunakan metode Jigsaw dilakukan pada kelompok kecil yang terdiri empat sampai satu siswa. Pada proses pembelajaran siswa dikelompokkan
menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap kelompoknya empat sampai satu siswa.
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan skema kerangka
berpikir tersebut di atas diduga: Melalui pembelajaran dengan menerapkan metode Jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang Sudut dan
garis bagi siswa
kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan skema kerangka berpikir
yang telah diuraikan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Melalui
pembelajaran dengan
menggunakan metode Jigsaw matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang Sudut dan garis bagi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019?
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting penelitian
adalah suatu rancangan tentang pelaksanaan dari
kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini, setting penelitian yang akan
diuraikan meliputi dua hal yaitu setting tentang waktu yang akan digunakan
dalam proses penelitian dan setting tentang tempat dimana penelitian ini dilaksanakan.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan
selama tiga bulan berturut-turut padatengah semester genap tahun 2019.
Pelaksanaan penyusunan rencana proposal penelitian
dilakukan pada bulan kesatu yaitu bulan Januari. Pada bulan kedua dan keempat yaitu bulan Februari sampai dengan bulan Maret minggu ke-3
digunakan untuk persiapan penelitian dan pelaksanaan penyusunan
instrumen penelitian serta
pengumpulan data siklus Idan II. Pembahasan dan
analisis data hasil penelitian dilakukan pada minggu kedua sampai minggu
keempat bulan Maret. Bulan Maret atau bulan ketiga dan sekaligus bulan
terakhir digunakan untuk menyusun
laporan hasil penelitian. Tindakan
penelitian dilakukan pada awal dan akhir bulan Maret, sebelum penilaian tengah
semester kelas VII pada semester genap tahun 2019. Sesuai Surat Keputusan
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kutasari Nomor / / 2019 tanggal Desmber 2019 tentang pembagian tugas
mengajar guru pada tengah semester genap tahun 2019 peneliti diberi tugas mengajar matematika
kelas VII C.
Untuk memperjelas setting waktu yang digunakan dalam penelitian ini, keterangan
seperti tersebut di atas, dapat disajikan dalam bentuk tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
SETTING WAKTU PENELITIAN
No
|
Uraian Kegiatan
|
Bulan
|
|||||
Jan
|
Feb
|
Mar
|
|
|
|
||
1
2
3
4
5
|
Menyusun rencana proposal penelitian
Persiapan penelitian dan
penyusunan instrument penelitian
Pengumpulan data/melakukan
tindakan
a.
Siklus I
b.
Siklus II
Pembahasan dan analisis data hasil
penelitian
Menyusun laporan penelitian
|
X
|
X
|
X
X
X
X
X
|
|
|
|
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan
di SMP Negeri 2 Kutasari Kabupaten Purbalingga.
Tempat penelitian dipilih di SMP Negeri 2 Kutasari karena sesuai
dengan tempat tugas mengajar dari
peneliti. Peneliti tidak akan meneliti
seluruh siswa tetapi hanya mengambil kelas VII C. Selain itu pengambilan subjek penelitian di
kelas VII C
dilakukan peneliti karena untuk memudahkan
penelitian, pengamatan maupun
dalam pengambilan data.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Kelas VII C dipilih oleh peneliti sebagai subjek dalam
penelitian ini karena kelas VII C merupakan bagian dari salah satu kelas VII diantara tujuh kelas
lainnya. Selain itu kelas VII C merupakan salah satu
kelas yang nilai rata-rata ulangan hariannya rendah.
Kelas VII C berjumlah 32
peserta didik
yang terdiri dari 16 peserta
didik laki-laki dan
16 peserta didik perempuan.
Dari keseluruhan jumlah siswa kelas VII C sebagian besar orang tuanya kurang mampu. Menurut data dari guru
bimbingan dan konseling maupun wali kelas VII C sebagian
besar orang tua siswa tingkat kepedulian terhadap pendidikan anaknya masih kurang.
C. Sumber
Data
Sumber data dalam
suatu penelitian terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data
sekunder. Sumber data primer adalah data yang diambil dari subjek
penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang
berasal bukan dari subjek penelitian.
Dalam penelitian
ini menggunakan sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer yang
dikumpulkan dalam penelitian ini
diambil dari hasil belajar
siswa yang
berupa nilai dari
tes yang telah dikerjakanpeserta
didik. Dalam hal
ini tes diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan tindakan untuk memperoleh nilai ulangan harian
yang merupakan hasil belajar siswa. Data sekunder diambil dari
hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat ketika proses tindakan
berlangsung.
D. Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
1. Tenik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam suatu
penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data hasil
penelitian setelah dilaksanakannya suatu tindakan. Teknik pengumpulan data ada
dua macam yaitu teknik tes dan teknik non tes.
a). Teknik Tes
Pengumpulan data melalui teknik
tes adalah teknik pengumpulan data hasil penelitian dengan cara memberikan
suatu soal atau petunjuk yang harus selesaikan atau dikerjakan oleh subjek
penelitian. Sehingga bentuk tes yang dapat digunakan antara lain tes tertulis,
tes lisan dan tes perbuatan.
b). Teknik
Non Tes
Pengumpulan data melalui teknik
non tes adalah teknik data hasil penelitian didapat tidak melalui tes. Bentuk
non tes dapat berupa wawancara, pengamatan, chek list.
Teknik pengumpulan
data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes. Soal tes yang digunakan dalam penelitian
ini berbentuk pilihan ganda. Bentuk soal
esay, pilihan
ganda atau objektif tes dipilih oleh peneliti karena memiliki beberapa
keunggulan. Keunggulan dari soal tes berbentuk pilihan ganda karena dapat mencakup
semua indikator ketercapaian kompetensi peserta didik yang telah digariskan. Selain itu
soal pilihan ganda dapat dikoreksi dengan cepat dan hasilnya tidak dipengaruhi
oleh korektor. Teknik tes ini digunakan
untuk mengumpulkan data kemajuan hasil
belajar siswa setelah adanya tindakan. Teknik non tes dalam
penelitian ini menggunakan observasi atau pengamatan.
2. Alat Pengumpulan Data
Selaras dengan teknik pengumpulan data yang dipergunakan, maka alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
butir soal tes dan lembar observasi atau pengamatan. Penyusunan butir soal tes dilakukan oleh
peneliti sendiri. Agar butir soal dapat mengukur kompetensi peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan maka sebelum menyusun butir soal disusun kisi-kisi soal.
Sebelum menyusun kisi-kisi soal yang dilakukan peneliti adalah menentukan kompetensi dasar, indikator, jumlah soal
setiap indikator dan bentuk soal.
Setelah rangkaian kegiatan sebelum menyusun kisi-kisi selesai maka peneliti
baru menyusun soal, nomor soal, kunci jawaban dan norma penilaian. Dalam
penelitian ini alat pengumpulan data berupa butir soal tes. Butir soal tes
digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam mengukur hasil belajar matematika
setelah dilakukan tindakan. Sedangkan lembar observasi atau pengamatan
digunakan sebagai alat pengumpulan data berupa proses pembelajaran selama dilakukan tindakan.
E. Validasi Data
Penelitian ini
menggunakan sumber data primer yang berupa hasil tes maka validasi data berupa
validasi butir soal. Validasi butir soal tes dalam penelitian ini
berupa penyusunan kisi-kisi butir soal sebelum
instrumen atau butir soal tes tersebut disusun. Penyusunan kisi-kisi soal mutlak diperlukan sebelum
menyusun butir soal. Dengan
kisi-kisi butir soal maka materi yang yang akan dibuat butir soal.
Selain itu indikator pencapaian kompetensi dasar menjadi jelas. Dengan demikian butir soal yang
disusun mengacu pada kisi-kisi butir soal diharapkan akan menjadi instrumen atau alat pengumpulan
data yang dapat dipertanggungjawabkan.
F. Analisis
Data
Metode dan jenis
data yang dikumpulkan merupakan acuan untuk menganalisis data hasil
penelitian. Data yang dianalisis dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data primer yaitu analisis hasil
belajar matematika tentang menghitung
sudut dan garis. Hasil belajar matematika tentang menghitung sudut dan garis dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif
yaitu membandingkan nilai data awal dan data antar siklus. Data sekunder
dianalisis dengan deskriptif komparatif antar siklus.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan ini dilakukan pada tiap-tiap siklus. Penelitian ini terdiri
dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari :
Perencanaan (Planning), Pelaksanaan Tindakan (Acting), Pengamatan
(Observing ) dan Refleksi
(Reflecting).
1. Prosedur Penelitian Siklus I
Pada siklus I, pembelajaran interaktif dengan menggunakan metode Jigsaw diberikan
pada kelompok besar. Dalam pembelajaran ini siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok besar yang masing-masing kelompok
terdiri dari empat siswa. Langkah-langkah dalam siklus
I adalah sebagai berikut :
a). Perencanaan
(Planning)
Kegiatan yang
dilakukan dalam perencanaan
(planning) ini
adalah (1). Penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
(2). Mempersiapkan instrumen
pengumpulan data berupa butir soal tes. (3). Mempersiapkan instrumen pengumpulan data yang berupa lembar
observasi atau lembar pengamatan.
b). Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Tindakan
dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dipersiapkan, antara lain : (1). Dengan
alat bantu berupa , lingkungan serta alat-alat laboratorium matematika yang
dibutuhkan, guru melaksanakan pembelajaran interaktif
dengan menggunakan metode
Jigsaw pada kelompok
besar. (2). Melaksanakan
tahapan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun.
c). Pengamatan (Observing)
Tindakan pada tahap
pengamatan atau observing adalah: (1). Melalui lembar pengamatan atau lembar
observasi melakukan pengamatan tentang jalannya proses pembelajaran
dari awal sampai
akhir pada setiap
pertemuan. (2). Mengoreksi lembar
jawab yang dikerjakan
siswa pada
akhir tindakan. (3). Mengamati kemajuan belajar peserta didik ditilik dari
hasil belajar matematika. (4). Mendokumentasikan hasil belajar matematika yang
diperoleh pada akhir tindakan.
d). Refleksi (Reflecting)
Tindakan pada siklus I direfleksi
setelah seluruh rangkaian tindakan siklus I selesai dilakukan. Refleksi pada
siklus I bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana efektivitas
pelaksanaan tindakan. Kekurangan
dan kelebihan yang timbul pada
pelaksanaan siklus I tersebut,
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan tindakan pada siklus
berikutnya.
Dua hal yang direfleksi dalam
penelitian ini meliputi hasil belajar matematika setelah diberi tindakan dan
proses pembelajarannya. Berdasarkan rekapitulasi
hasil belajar, direfleksi tentang kemajuan belajar siswa. Dari proses pembelajaran, direfleksi
tentang efektivitas penerapan
pembelajaran dengan menggunakan metode
Jigsaw. Keaktivan dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran direfleksi berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat.
2. Prosedur Penelitian Siklus
II
Pada
siklus II, penerapan pembelajaran
interaktif dengan menggunakan metode Jigsaw dilaksanakan
pada kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap
kelompok dua
orang. Langkah-langkah dalam siklus
II adalah sebagai berikut :
a). Perencanaan
(Planning)
Kegiatan yang
dilakukan dalam perencanaan
(planning) ini
adalah (1). Penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
(2). Mempersiapkan instrumen
pengumpulan data berupa butir soal tes. (3). Mempersiapkan instrumen pengumpulan data yang berupa lembar
observasi atau lembar pengamatan.
b). Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Tindakan
dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dipersiapkan, antara lain : (1). Dengan alat bantu berupa lingkungan , serta alat-alat laboratorium
matematika yang dibutuhkan, guru melaksanakan
pembelajaran interaktif dengan
menggunakan Jigsaw matematika
pada kelompok kecil. (2). Melaksanakan tahapan proses
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
c). Pengamatan (Observing)
Tindakan pada tahap
pengamatan atau observing adalah: (1). Melalui lembar pengamatan atau
lembar observasi melakukan pengamatan tentang jalannya proses pembelajaran
dari awal sampai
akhir pada setiap
pertemuan. (2). Mengoreksi lembar
jawab yang dikerjakan
siswa pada akhir tindakan. (3). Mengamati kemajuan
belajar siswa ditilik dari hasil belajar matematika. (4). Mendokumentasikan hasil
belajar matematika yang diperoleh siswa
pada akhir tindakan.
d). Refleksi (Reflecting)
Tindakan pada siklus II direfleksi
setelah seluruh rangkaian tindakan siklus II selesai dilakukan. Refleksi pada
siklus II bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana efektivitas
pelaksanaan tindakan. Kekurangan
dan kelebihan yang timbul pada
pelaksanaan siklus II tersebut,
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan tindakan pada siklus
berikutnya jika masih diperlukan.
Dua hal yang direfleksi dalam
penelitian ini meliputi hasil belajar matematika setelah diberi tindakan dan
proses pembelajarannya. Berdasarkan
rekapitulasi hasil belajar, direfleksi tentang kemajuan belajar peserta siswa. Dari proses pembelajaran, direfleksi
tentang efektivitas penerapan pembelajaran
dengan menggunakan jigsaw matematika. Keaktivan dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran direfleksi
berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat.
BAB IV
HASIL TINDAKAN
DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Phobia tentang matematika bahwa matematika merupakan
matapelajaran yang sulit dan tidak menarik
berdampak pada rendahnya motivasi belajar yang berimplikasi pada lemahnya hasil belajar
matematika. Kelas VII C yang merupakan satu dari tujuh kelas paralel di SMP Negeri 2 Kutasari pada awal tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019, hasil belajar
matematikanya juga rendah.
Satu kali ulangan harian, hasil
belajar matematika kelas VII C belum mencapai standar
minimal. hari Jumat tanggal 7
Februari 201(
jam ke- 4 dan 5 diikuti oleh 26
siswa dengan mengambil kompetensi dasar 3.7 menggunakan rasio
dan perbandingan. Berdasarkan hasil ulangan harian diperoleh nilai tertinggi 75 dicapai 1 siswa,
nilai rata-rata 35 dan nilai terendah 15. Dari hasil ulangan harian tersebut jumlah siswa yang telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) sebanyak 1 siswa atau 3 persen, sedangkan jumlah
peserta didik yang belum mencapai KKM 25 peserta didik atau 97 persen. Ulangan kedua dilaksanakan
pada hari Selasa, 12 Maret 2019, jam ke 5 dan 6, diikuti oleh 16 siswa, dengan mengambil kompetensi dasar 3.8 menentukan perbandingan
senilai dan berbalik nilai. Berdasarkan nilai ulangan harian kedua tersebut diperoleh nilai
tertinggi 35,
dicapai oleh 1 siswa, rerata nilai 15 dan nilai terendah 0. Dari hasil ulangan kedua
tersebut diperoleh siwa yang telah mencapai KKM 0 siswa atau 0 persen, siswa yang belum mencapai KKM 16 siswa atau 100 persen.
Berdasarkan hasil dua ulangan harian tersebut
ternyata masih banyak sekali peserta didik yang hasil belajar matematikanya
belum memenuhi KKM.
Data
selengkapnya mengenai rekapitulasi hasil kedua ulangan harian, yang
dilaksanakan sebelum dilakukan tindakan kelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
REKAPITULASI NILAI ULANGAN HARIAN
SEBELUM TINDAKAN
KELAS
NO
|
URAIAN
|
ULANGAN
HARIAN I
|
ULANGAN
HARIAN II
|
1
|
Nilai tertinggi
|
75
|
35
|
2
|
Nilai rata-rata
|
35
|
15
|
3
|
Nilai terendah
|
15
|
0
|
4
|
Jumlah siswa yang telah mencapai
KKM
|
1
|
0
|
5
|
Persentase siswa yang telah
mencapai KKM
|
3,8
|
0
|
6
|
Jumlah siswa yang belum mencapai
KKM
|
96,2
|
100
|
7
|
Persentase siswa yang belum
mencapai KKM
|
39,71
|
65,62
|
Dari tabel rekapitulasi nilai ulangan harian
sebelum tindakan di atas, nilai
tertinggi 100
terjadi pada ulangan harian pertama . Nilai terendah sebesar 60 terjadi pada ulangan
harian pertama. Sedangkan jumlah siswa
yang belum mencapai KKM paling banyak terjadi pada ulangan harian pertama sejumlah
12 siswa
atau persen. Dari tabel rekapitulasi
nilai ulangan harian sebelum tindakan di atas,
nilai tertinggi 80 terjadi pada ulangan harian kedua . Nilai terendah sebesar 60 terjadi pada ulangan harian kedua. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai
KKM paling banyak terjadi pada ulangan harian kedua
sejumlah 21 siswa atau 65,62 persen .
B. Deskripsi
Hasil Siklus I
1. Perencanaan
Tindakan
Tindakan pada tahap siklus I
direncanakan selama 5 jam pelajaran dengan 3 kali tatap muka. Setiap
tatap muka alokasi waktunya 1 jam pelajaran selama 1 x 40 menit dan 2 jam
pelajaran selama 2x 40 menit. Setiap kali tatap
muka proses pembelajaran dibagi menjadi
tiga tahap yaitu apersepsi atau pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup. Alokasi waktu untuk, apersepsi atau pendahuluan
10 menit, kegiatan inti 20 menit atau 60 menit dan penutup
alokasi waktunya 10 menit.
Tahap apersepsi atau
pendahuluan bertujuan memotivasi siswa untuk memperhatikan dan fokus pada
materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kegiatan apersepsi antara
lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, menyampaikan
pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, mengingatkan
materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, dan membahas tugas yang telah dikerjakan siswa di
rumah.
Kegiatan inti adalah kegiatan pokok yang dilakukan dalam pembelajaran. Dalam
setiap tatap muka pada siklus
I kegiatan intinya adalah sebagai
berikut :
a. Siswa
dikelompokkan menjadi delapan kelompok dengan jumlah anggota kelompok masing-masing empat orang dengan anggota
yang heterogen dari segi kemampuan,
dari delapan kelompok tersebut dibagi lagi dalam tiga bagian yaitu kelompok
asal 1, kelompok ahli 2 dan kelompok asal3.
b. Melalui tanya jawab dan demonstrasi matematika
yang berisi program tutorial, guru menjelaskan materi
pembelajaran tentang seitiga dengan metode tanya jawab,
diskusi, maupun demonstrasi yang melibatkan peran aktif siswa secara kelompok maupun individual.
c. Melalui tahapan metode jigsaw
matematika yang berisi program bentuk penemuan
(discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan
pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa.
d. Secara berkelompok, siswa
berdiskusi menyelesaikan berbagai macam
permasalahan dan latihan soal.
e. Pembahasan
hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap
kelompok.
f. Dengan bimbingan
guru, dan melalui jigsaw program tutorial, program bentuk penemuan (discovery) dengan cara trial and error siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari
hasil diskusi siswa.
Tahap ketiga atau terakhir
adalah penutup. Tahap ini merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
satu kegiatan tatap muka. Kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup antara
lain refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, bersama-sama dengan siswa
membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari, memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan
secara berkelompok maupun individu.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada
siklus I, merupakan realisasi dari perencanaan tindakan yang telah disusun
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama
tatap muka antara lain:
apersepsi, kegiatan inti, dan penutup.
Tahap apersepsi atau
pendahuluan dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit. Kegiatan apersepsi
antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar
kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa, menyampaikan pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan
sebelumnya, membahas tugas yang dikerjakan siswa di rumah dan membagi siswa
dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas delapan kelompok siswa dan dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan
asal3, yang ditentukan berdasarkan nilai ulangan yang lalu.
Kegiatan inti dalam
setiap tatap muka pada siklus I
ini berlangsung selama kurang lebih 20 atau 60 menit. Adapun urutan kegiatannya adalah sebagai
berikut :
a. Siswa dikelompokkan menjadi lima kelompok kecil yaitu I, II, III, IV, dan VIII. Karena jumlah siswa dalam kelas VII C 32 siswa, maka masing-masing
beranggotakan empat
orang siswa, setelah itu dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3 .
b. Melalui metode jigsaw matematika
yang berisi program tutorial, guru menjelaskan materi
pembelajaran tentang bangun sudut dan
garis dengan
metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang melibatkan peran
aktif siswa secara kelompok maupun
individual. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa mengikuti tutorial interaktif baik secara individu maupun kelompok.
c. Melalui metode jigsaw matematika
yang berisi program bentuk penemuan
(discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan
pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa. Pada kegiatan ini secara
bertahap siswa mengikuti alur
interaktif secara kelompok untuk
menemukan solusi dari pemecahan masalah.
d. Setelah siswa mengikuti serangkaian
tutorial dan latihan pemecahan masalah menggunakan metode jigsaw matematika, secara
berkelompok siswa berdiskusi
menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal .
e. Pembahasan
hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap
kelompok, setelah kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3, kembali ke kelompoknya
masing-masing untuk mengajarkan hasil diskusinya dalam tim ahli 2.
f. Dengan cara
trial and error dan bimbingan
guru, siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi
siswa.
Penutup merupakan tahapan
terakhir untuk mengakhiri satu kegiatan tatap muka. Pada tahap ini alokasi
waktu yang digunakan selama 10 menit. Kegiatan yang dilakukan antara lain refleksi pembelajaran yang telah
dilaksanakan, bersama-sama dengan siswa
membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari, memberikan tugas-tugas yang harus
diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
Pada tahap pelaksanaan
tindakan, selain pelaksanaan tindakan
dalam kegiatan pembelajaran, juga dilaksanakan observasi. Observasi dilakukan
oleh peneliti dan teman sejawat. Sedangkan yang diobservasi adalah kegiatan
yang dilakukan oleh siswa maupun guru selama tindakan penelitian berlangsung
dari tahap apersepsi atau pendahuluan, tahap kegiatan inti, maupun penutup.
3. Hasil Observasi
Hasil observasi selama proses tindakan pada siklus I ini
meliputi dua hal yaitu proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu deskripsi hasil observasi
pada siklus I juga terdiri dari dua hal yaitu deskripsi hasil pengamatan
berlangsungnya proses pembelajaran dan deskripsi hasil pembelajaran yang berupa
nilai matematika tentang Segitiga.
a. Proses
Pembelajaran
Setiap tahapan kegiatan pembelajaran
berlangsung dari tahap pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan
penutup, mulai pertemuan pertama sampai
dengan pertemuan yang terakhir, semua
siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan
pendahuluan menuju lagu-latadik matematika. Ketika sampai pada latihan soal untuk didiskusikan
terjadi diskusi aktif antar anggota kelompok, walaupun masih
terlihat ada anggota kelompok yang masih agak pasif.
b. Hasil Belajar
Pada akhir siklus I dilakukan pengambilan data hasil belajar
matematika siswa. Dari 32 siswa kelas VII C, yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM sebanyak 22 siswa
atau sebesar 100 persen, absen 10. Jumlah siswa yang belum lulus atau
belum memenuhi KKM sebanyak 0 siswa atau sebesar 0 persen. Dari data hasil
belajar matematika, nilai tertingginya 100 diraih 1 siswa, nilai
terendah 75 sedangkan nilai rata-rata
kelas sebesar 83 . Untuk lebih jelasnya hasil
belajar siswa dapat dilihat pada tabel
3 berikut.
Tabel 3
HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
SIKLUS I
NO
|
NILAI
|
FREKUENSI
|
PERSENTASE
|
1
|
90 - 100
|
1
|
4,5
|
2
|
80 - 89
|
20
|
91
|
3
|
70 - 79
|
1
|
4,5
|
4
|
60 - 69
|
0
|
0
|
|
JUMLAH
|
22
|
100
|
Berdasarkan tabel di atas perolehan nilai dikelompokkan menjadi
empat kelompok rentang nilai dengan interval setiap rentangnya sama. Empat
rentang nilai tersebut adalah 90 -
100 , 80 - 89 , 70 - 79 dan 60 - 69. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai 90 sampai dengan 100 sebanyak
0 siswa dari jumlah keseluruhan 30 siswa atau sebesar 0 persen. Siswa yang
mendapatkan nilai 80 sampai dengan 89 sebanyak 29 anak atau sebesar 96,67
persen. Siswa yang mendapatkan nilai 70 sampai dengan 79 sebanyak 1 anak atau sebesar 6,33 persen.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60 sampai dengan 69 sebanyak 0 siswa atau sebesar 0 persen.
Berdasarkan tabel 3 dan uraian di atas data hasil belajar matematika pada siklus
I dapat dilihat dari sajian
histogram berikut ini.
Gambar 2
HISTOGRAM HASIL BELAJAR MATEMATIKA SIKLUS I
4. Refleksi
Refleksi pada siklus I ini meliputi dua jenis yaitu refleksi proses
pembelajaran dan refleksi hasil belajar.
a. Proses
pembelajaran
Pada tatap muka yang pertama, ketika guru memulai pelajaran yaitu
pada tahap apersepsi semua siswa memperhatikan penjelasan guru. Antusiasme
siswa ini dikarenakan siswa banyak yang penasaran dan ingin tahu peralatan yang
akan digunakan dalam pembelajaran. Ketika guru mulai menjelaskan kegiatan
pembelajaran yang akan laksanakan, semua
siswa juga memperhatikan secara serius.
Pada saat mulai pada pembagian kelompok sebagian besar siswa mulai
agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Siswa
agak ramai dikarenakan penasaran dengan siapa saja anggota kelompoknya. Pada pertemuan tatap muka kedua, tahap apersepsi berjalan
lancar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran berlangsung seperti tatap muka
sebelumnya.
Ketika mulai kegiatan inti pada tatap muka pertama keadaan kelas
gaduh dan siswa berlalu lalang menggeser meja dan kursi. Pengaturan tempat
duduk kelompok siswa sedikit gaduh karena baru pertama kali. Setelah setiap kelompok baik ahli 2 wakil dari
masing-masing keahlian, siap semua, guru menjelaskan
materi pelajaran dengan menggunakan
jigsaw matematika diselingi metode tanya jawab
dilanjutkan dengan diskusi.
Pada pertemuan kedua kegiatan inti berjalan sesuai rencana. Setiap
tahapan kegiatan pembelajaran dari
pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan penutup semua kelompok terjadi peningkatan semangat
belajar dan diskusi aktif antar anggota
kelompok, walaupun masih ada yang pasif dalam mengikuti proses diskusi dan masih kelihatan bingung.
Nilai karakter yang dikembangkan dalam siklus I
adalah ketaqwaan yaitu tampak pada awal pelajaran dan akhir pelajaran selalu
dimulai dengan berdo’a. Nilai yang lain adalah kerja sama, disiplin, tanggung
jawab dan demokrasi, tampak dalam kerja kelompok besar, yaitu kelompok ahli 2,
yang berasal dari perwakilan kelompok kecil asal 1. Nilai percaya diri
ditampilkan dalam tindakan simulasi oleh siswa yang mendapat tugas maju ke
depan kelas.
b. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil ulangan harian setelah diberikan tindakan pada
siklus I, jumlah siswa yang dinyatakan lulus
memenuhi KKM sebanyak 22 siswa atau sebesar 100 persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau
belum memenuhi KKM sebanyak 0 siswa atau sebesar 0
persen. Hasil belajar
matematika siswa ini nilai tertingginya 100 diraih 1 siswa.
Nilai terendah 75 didapat oleh 1 siswa, sedangkan nilai rata-rata kelasnya sebesar
83 . Dari hasil belajar pada siklus I ini berarti
telah terjadi peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pembelajaran
sebelum penggunaan metode jigsaw matematika
dan terjadi peningkatan jumlah siswa yang nilainya telah mencapai KKM.
Berdasarkan uraian refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil
belajar di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 4
REFLEKSI SIKLUS I
No
|
Uraian
|
Kondisi Awal
|
Siklus 1
|
Refleksi
|
01
|
Tindakan
|
Dalam pembelajaran matematika belum menggunakan metode jigsaw matematika
|
Dalam pembelajaran matematika sudah menggunakan metode jigsaw matematika
secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8, masig-masing disebut kelompok
asal1, ahli 2, dan asal 3.
|
Terdapat perubahan dari pembelajaran tanpa menggunakan
metode jigsaw matematika menjadi pembelajaran dengan menggunakan menggunakan metode jigsaw matematika
|
02
|
Proses pembelajaran
|
Masih banyak siswa yang pasif, masih ada siswa yang
mengantuk, motivasi dan antusiasme
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah
|
Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama masih
gaduh, siswa berlalu lalang menggeser meja dan kursi.
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme
yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar namun masih terdapat siswa yang pasif.
|
Terdapat peningkatan motivasi dan antusiasme siswa
dalam pembelajaran. Semangat belajar yang tinggi dapat mengurangi siswa yang
pasif dalam diskusi. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan tugas dan semangat
mengerjakan soal meningkat
|
03
|
Hasil Belajar
|
Ulangan Harian I: Nilai terendah 60.
Nilai Tertinggi 100. Nilai rata-rata . Jumlah siswa yang
mencapai KKM siswa sebesar persen.
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM siswa sebesar persen.
. Ulangan Harian II: Nilai terendah .
Nilai Tertinggi . Nilai rata-rata . Jumlah
siswa yang mencapai KKM siswa sebesar persen. Jumlah siswa yang belum mencapai
KKM siswa sebesar persen.
.
|
Ulangan Harian pada Siklus 1:
Nilai terendah dicapai
siswa.
Nilai Tertinggi dicapai siswa. Nilai rata-rata . Jumlah siswa yang
mencapai KKM siswa sebesar persen. Jumlah siswa yang belum mencapai
KKM siswa sebesar persen.
|
Deskriptif Komparatif: Nilai terendah yaitu .
Nilai tertinggi tetap .
Nilai rata-rata meningkat dari menjadi .
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM siswa atau persen.
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM siswa atau persen.
Refleksi: penggunaan metode jigsaw matematika dapat meningkatkan nilai
rata-rata hasil belajar matematika dan sekaligus meningkatkan jumlah siswa yang telah mencapai KKM.
Karena jumlah siswa yang belum mencapai KKM masih relatif banyak, maka perlu
tindakan berikutnya yaitu penggunaan metode jigsaw matematika pada kelompok kecil yang setiap anggota kelompoknya
terdiri dari 4 siswa dengan penamaan
kelompok Geometri 1,2,3, sampai 8, dari masing-masing kelompok dibagi lagi
dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3, untuk melaksanakan tutor sebaya.
|
C. Deskripsi
Hasil Siklus II
1. Perencanaan
Tindakan
Tindakan pada tahap siklus II direncanakan selama 10 jam pelajaran
dengan 6 kali tatap muka. Setiap tatap muka alokasi
waktunya 1
jam pelajaran dan 2 jam pelajaran selama 1x
40 menit dan 2 x 40 menit. Setiap kali tatap muka proses pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap
yaitu apersepsi atau pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup. Alokasi waktu untuk, apersepsi atau
pendahuluan 10 menit, kegiatan inti 60 menit dan penutup alokasi
waktunya 10
menit.
Tahap apersepsi atau
pendahuluan bertujuan memotivasi siswa untuk memperhatikan dan fokus pada
materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kegiatan apersepsi antara
lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, menyampaikan
pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, mengingatkan
materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, dan membahas tugas yang telah dikerjakan siswa di
rumah.
Kegiatan inti adalah
kegiatan pokok yang dilakukan dalam pembelajaran. Dalam setiap tatap muka pada siklus II
kegiatan intinya adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan
menjadi delapan kelompok dengan jumlah anggota kelompok masing-masing empat orang dengan anggota
yang heterogen dari segi kemampuan
dengan penamaan 1,2, 3 sampai 8, tiap kelompok dibagi dalam kelompok asal 1,
ahli 2 dan asal 3.
b. Melalui metode jigsaw matematika
yang berisi program tutorial, guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang
melibatkan peran aktif siswa secara
kelompok maupun individual.
c. Melalui metode jigsaw
matematika yang berisi program bentuk penemuan (discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan
dengan latihan pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan
siswa.
d. Secara berkelompok, siswa
berdiskusi menyelesaikan berbagai macam
permasalahan dan latihan soal.
e. Pembahasan
hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap
kelompok, setelah kelompok ahli kembali ke kelompok asal 3 dan membahas hasil kerja
pada kelompok ahli 2 bersama anggota kelompok asal 3.
f. Dengan bimbingan
guru, dan melalui jigsaw program tutorial, program bentuk penemuan (discovery) dengan cara trial and error siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari
hasil diskusi siswa.
Tahap ketiga atau terakhir adalah
penutup. Tahap ini merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengakhiri satu
kegiatan tatap muka. Kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup antara lain
refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, bersama-sama dengan siswa
membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari, memberikan tugas-tugas yang harus
diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada
siklus II, merupakan realisasi dari perencanaan tindakan yang telah disusun
sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama
tatap muka antara lain:
apersepsi, kegiatan inti, dan penutup.
Tahap apersepsi atau
pendahuluan dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit. Kegiatan apersepsi
antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar
kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa, menyampaikan pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan
sebelumnya, membahas tugas yang dikerjakan siswa di rumah dan membagi siswa
dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas empat siswa dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8.
Kegiatan inti dalam
setiap tatap muka pada siklus II
ini berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Adapun urutan kegiatannya adalah sebagai
berikut :
a. Siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok yaitu
kelompok Geometri I sampai dengan VIII. Karena jumlah siswa dalam
kelas VII H 32 siswa, maka
masing-masing beranggotakan empat orang siswa.
b. Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program tutorial, guru menjelaskan
materi pembelajaran segitiga dengan metode tanya jawab, diskusi kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3, maupun demonstrasi
yang melibatkan peran aktif siswa secara
kelompok maupun individual. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa mengikuti tutorial interaktif baik secara individu maupun kelompok.
c. Melalui metode jigsaw matematika
yaitu
menggunakan format hasil unduhan yang berisi program bentuk penemuan
(discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan
pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa mengikuti alur interaktif secara kelompok untuk menemukan solusi dari
pemecahan masalah.
d. Setelah siswa mengikuti serangkaian tutorial
dan latihan pemecahan masalah melalui metode jigsaw matematika, secara berkelompok siswa
berdiskusi menyelesaikan berbagai macam
permasalahan dan latihan soal .
e. Pembahasan
hasil diskusi kelompok asal 3 dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap kelompok ahli 2 dan memberikan penilaian atas pekerjaan
kelompok ahli 2 lain, dalam kelompok asal 3.
f. Dengan cara
trial and error dan bimbingan
guru, siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi
siswa.
Penutup merupakan tahapan
terakhir untuk mengakhiri satu kegiatan tatap muka. Pada tahap ini alokasi
waktu yang digunakan selama 10 menit. Kegiatan yang
dilakukan antara lain refleksi
pembelajaran yang telah dilaksanakan,
bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman untuk semua materi yang
telah dibahas dan dipelajari, memberikan
tugas-tugas yang harus diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
Pada tahap pelaksanaan
tindakan, selain pelaksanaan tindakan
dalam kegiatan pembelajaran, juga dilaksanakan observasi. Observasi dilakukan
oleh peneliti dan teman sejawat. Sedangkan yang diobservasi adalah kegiatan
yang dilakukan oleh siswa maupun guru selama tindakan penelitian berlangsung
dari tahap apersepsi atau pendahuluan, tahap kegiatan inti, maupun penutup. Observasi pelaksanaan tindakan juga dilaksanakan
pada saat ulangan yang menggunakan
sebagai penyerta buku bse, karena ulangan yang dilaksanakan adalah close book. Perbedaan pelaksanaan
ulangan dengan proses pembelajaran adalah dalam ulangan pekerjaan dilaksanakan
secara individual dan waktunya khusus.
3. Hasil Observasi
Hasil observasi selama proses tindakan pada siklus II ini
meliputi dua hal yaitu proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu deskripsi hasil observasi
pada siklus II juga terdiri dari dua hal yaitu deskripsi hasil pengamatan
berlangsungnya proses pembelajaran dan deskripsi hasil pembelajaran yang berupa
nilai matematika tentang luas dan
volume bangun ruang.
a. Proses Pembelajaran
Setiap tahapan kegiatan pembelajaran
berlangsung dari tahap pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan penutup, mulai pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan yang terakhir, semua siswa
terlihat antusias mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan lagu-latadik matematika.
Ketika sampai pada latihan soal untuk didiskusikan, terjadi diskusi aktif
antar anggota kelompok. Diskusi antar anggota dalam satu kelompok
terlihat lebih hidup dan lebih serius dan tidak ada anggota kelompok yang
pasif. Semua anggota kelompok terlibat aktif dalam diskusi dan keberanian
mengemukakan pendapatnya lebih baik.
b. Hasil Belajar
Pada akhir siklus II dilakukan pengambilan data hasil belajar
matematika siswa. Dari 32 siswa kelas VII C, yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM sebanyak
27
siswa atau sebesar 84,9 persen. Jumlah siswa
yang belum lulus atau belum memenuhi KKM sebanyak 5 siswa atau sebesar 15,1 persen. Dari data hasil
belajar matematika, nilai tertingginya 100 diraih 10 siswa, nilai
terendah 40 dicapai 5 siswa sedangkan nilai
rata-rata kelas sebesar 78. Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa
dapat dilihat pada tabel
5 berikut.
Tabel 5
HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA
SIKLUS II
NO
|
NILAI
|
FREKUENSI
|
PERSENTASE
|
1
|
90 – 100
|
10
|
31,25
|
2
|
80
- 89
|
0
|
0
|
3
|
70
- 79
|
12
|
37,50
|
4
|
60 - 69
|
10
|
31,25
|
|
JUMLAH
|
32
|
100
|
Berdasarkan tabel di atas perolehan nilai dikelompokkan menjadi
tiga kelompok
rentang nilai dengan interval setiap rentangnya sama. Tiga rentang nilai
tersebut adalah 70 - 79 , 80 - 89 dan 90-100. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai 70 sampai dengan 70 sebanyak 8 siswa dari jumlah keseluruhan 32 siswa atau sebesar 25 persen. Siswa yang mendapatkan nilai 80 sampai dengan 89 sebanyak 8 anak atau sebesar 25 persen.. Sedangkan
siswa yang memperoleh nilai 90 sampai dengan 100 sebanyak 16 siswa atau sebesar 50 persen.
Berdasarkan tabel 5 dan uraian di atas, data hasil belajar matematika pada siklus II
dapat dilihat dari sajian histogram berikut ini.
Gambar 3
HISTOGRAM HASIL BELAJAR MATEMATIKA SIKLUS II
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini meliputi dua jenis yaitu refleksi proses
pembelajaran dan refleksi hasil belajar.
a. Proses pembelajaran
Pada tatap muka yang pertama, ketika guru memulai pelajaran yaitu
pada tahap apersepsi semua siswa memperhatikan penjelasan guru. Antusiasme
siswa ini dikarenakan siswa banyak yang penasaran dan ingin tahu kegiatan
pembelajarannya seperti apa. Ketika guru mulai menjelaskan kegiatan
pembelajaran yang akan laksanakan, semua
siswa juga memperhatikan secara serius.
Pada saat mulai pada pembagian kelompok sebagian besar siswa mulai
agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Siswa agak ramai dikarenakan
penasaran dengan siapa saja anggota kelompok yang baru. Pada pertemuan tatap muka tersebut, tahap apersepsi
berjalan lancar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran berlangsung seperti
tatap muka yang sudah direncanakan
dalam case studi atau rencana pelaksanaan pembelajaran..
Ketika mulai kegiatan inti pada tatap muka keadaan kelas tidak
gaduh dan siswa hanya menggeser meja dan kursi. Meja yang sebelumnya tertata
untuk dua siswa, kemudian dijajarkan jadi satu untuk tempat diskusi. Setelah
setiap kelompok siap semua, guru menjelaskan materi pelajaran dengan
menggunakan metode jigsaw matematika diselingi metode tanya jawab dilanjutkan dengan diskusi serta tutor sebaya.
Pada siklus kedua siswa mengikuti serangkaian
pembelajaran dari pembukaan, kegiatan inti, sampai dengan penutup dengan lebih
menampilkan bentuk diskusi kelompok dan kerja sama antar kelompok yang baik
serta telah memperlihatkan adanya tutor sebaya di dalam kelompok masing-masing
maupun antar kelompok, yaitu menerangkan bagaimana model pembuktian teorema
pythagoras dipilih dan disusun. Dibandingkan dengan
siklus I terjadi peningkatan semangat
belajar dan diskusi aktif antar anggota
kelompok. Dalam proses diskusi semua siswa terlibat aktif dan tidak ada lagi
siswa yang pasif.
Nilai karakter yang dikembangkan dalam siklus I
adalah ketaqwaan yaitu tampak pada awal pelajaran dan akhir pelajaran selalu dimulai
dengan berdo’a. Nilai yang lain adalah kerja sama, disiplin, tanggung jawab dan
demokrasi, tampak dalam kerja kelompok besar. Nilai percaya diri ditampilkan
dalam tindakan presentasi yaitu menempel hasil kerja di media tempel dan
memberikan penilaian oleh siswa yang mendapat tugas maju ke depan kelas. Nilai
karakter bersungguh-sungguh mulai tampil pada siklus II ini.
b. Hasil Belajar
Berdasarkan hasil ulangan harian setelah diberikan tindakan pada
siklus II, jumlah siswa yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM sebanyak 27 siswa atau sebesar 84,9 persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau
belum memenuhi KKM sebanyak 5 siswa atau sebesar 15,1 persen. Hasil belajar matematika siswa ini nilai tertingginya 100 diraih 10 siswa. Nilai
terendah 40 didapat oleh 5siswa, sedangkan nilai
rata-rata kelasnya sebesar 78.
Dari hasil belajar pada siklus II ini, jika dibandingkan dengan hasil belajar pada
siklus I berarti terjadi nilai rata-rata
dari 83 menjadi 78 .
Jumlah siswa yang nilainya telah mencapai KKM meningkat dari 22 siswa menjadi 27 siswa atau dari 100 persen absen 7 siswa ,menjadi 84,9
persendengan
absen 0. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM terjadi penurunan dari 20 siswa menjadi siswa atau dari 0 persen menjadi 0 persen.
Dari 32 siswa kelas VII C, yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM sebanyak 32 siswa atau sebesar 84,9 persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau
belum memenuhi KKM sebanyak 5 siswa atau sebesar 15,1 persen.
Dari data hasil belajar matematika,
nilai tertingginya 100 diraih 1 siswa, nilai
terendah 40 dicapai siswa sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 78 ,
siswa hadir semua.
Berdasarkan uraian refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil
belajar di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 6
REFLEKSI SIKLUS II
No
|
Uraian
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Refleksi
|
01
|
Tindakan
|
Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok
terdiri dari 4 siswa, dengan penamaan
kelompok 1,2,3 sampai 8.
|
Dalam pembelajaran matematika sudah menggunakan metode jigsaw matematika
secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, dengan penamaan
kelompok geometri 1,2,3 sampai 8, selain itu kelompok kecil dibagi menjadi
kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3.
|
Terdapat perubahan dari pembelajaran menggunakan metode jigsaw
matematika pada kelompok kecil, tiap kelompok 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8 , menjadi kelompok kecil, tiap kelompok 4 siswa, dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8 dan pembegian siswa
dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3.
|
02
|
Proses pembelajaran
|
Pembentukan kelompok pada pertemuan masih belum terihat nyata, siswa mempe rlihatkan seolah-olah kelompok hanya untuk
hasil kerja, karena setiap siswa menerima lembar kerja satu-satu
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme
yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar namun masih terdapat siswa yang pasif.
|
Pembentukan kelompok pada pertemuan kelihatan
nyata , siswa cukup menggeser meja dan kursi yang
berjajar untuk dihimpitkan.
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme
yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar, semua siswa terlibat aktif
dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
Kegiatan
mempresentasikan hasil kerja kelompok yang sungguh-sungguh merupakan karakter
yang berasal dari kerja sama yang baik, melihat dan menilai hasil kerja
kelompok lain juga merupakan karakter menghargai hasil karya orang lain dalam
arti siswa sanggup menunjukkan karakter berkasih sayang dalam kegiatan
belajar .
|
Terdapat peningkatan motivasi dan antusiasme siswa
dalam pembelajaran. Penamaan kelompok yang lebih spesifik pada jenis
materi yang dipelajari , berefek pada meningkatnya semangat
belajar yang tinggi dan dapat meningkatkan keaktivan siswa sekaligus tidak memberikan
kesempatan siswa untuk pasif. Kreativitas dalam mengemukakan pendapat, dalam menyelesaikan tugas dan semangat
mengerjakan soal meningkat, tetapi
siswa mengalami pengalaman baru yaitu menyatakan penilaian kepada pekerjaan
kelompok lain, dalam hal ini merupakan tutor
sebaya.
|
03
|
Hasil Belajar
|
Ulangan Harian pada Siklus I:
Nilai terendah 70 dicapai 1
siswa.
Nilai Tertinggi 100
dicapai 1 siswa. Nilai rata-rata
80. Jumlah
siswa yang mencapai KKM 30 siswa sebesar 100
persen . Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 0
siswa sebesar 0 persen.
|
Ulangan Harian pada Siklus II:
Nilai terendah 70 dicapai 8 siswa.
Nilai Tertinggi 100
dicapai 10
siswa. Nilai rata-rata 83 . Jumlah siswa yang mencapai KKM 32
siswa sebesar 100 persen. Jumlah siswa
yang belum mencapai KKM 0 siswa sebesar 0
persen.
|
Deskriptif Komparatif: Nilai terendah tetap yaitu 70 , namun jumlah siswa yang mendapatkan nilai terendah meningkat dari 1 siswa menjadi 8 siswa.
Nilai tertinggi berubah, dari 80 menjadi 100 , namun jumlah siswa
yang mendapatkan nilai lebih
turun dari 29 siswa menjadi 24
siswa.
Nilai rata-rata naik dari 80 menjadi 83 .
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM meningkat dari 30 siswa menjadi 32 siswa atau dari 100 persen menjadi persen.
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM menurun dari 0 siswa menjadi 0 siswa atau 0 persen menjadi 0 persen.
Refleksi: penggunaan metode jigsaw matematika dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar matematika dan
sekaligus tidak meningkatkan jumlah siswa
yang tidak
mencapai KKM.
|
D. Pembahasan
Tiap Siklus dan antar Siklus
1. Perencanaan Tindakan
Untuk mengetahui lebih jelas perbandingan maupun perbedaan
perencanaan tindakan yang akan
dilaksanakan antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7
PERENCANAAN TINDAKAN SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
1
|
Siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok kecil, tiap kelompok beranggotakan4 siswa dengan nama kelompok I, II, III sampai VIII dan dibagi lagi dalam kelompok
asal 1, ahli 2 dan asal 3.
|
Siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok kecil, tiap kelompok
beranggotakan 4 siswa
dengan nama kelompok geometri I , II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan dibagi lagi dalam kelompok asal 1,
ahli 2 dan asal 3.
|
2
|
Tatap
muka dilaksanakan sebanyak satu kali dan satu kali
tes
|
Tatap
muka dilaksanakan sebanyak satu kali dan satu kali
tes
|
3
|
Pelaksanaan
tindakan dilaksanakan sebanyak 1 jam pelajaran dan 2 jam
ulangan
|
Pelaksanaan
tindakan dilaksanakan sebanyak 1 jam pelajaran dan 2 jam
ulangan
|
4
|
Pada
tahap kegiatan inti, pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika
secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3, sampai 8 dan pembagian kelompok asal 1,
ahli 2 dan asal 3.
|
Pada
tahap kegiatan inti pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika
secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok geometri1,2,3 sampai 8
. dan pembagian kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
|
5
|
Pengambilan
hasil belajar setelah selesai tatap muka kedua. Dilaksanakan selama dua jam pelajaran pada
jam pelajaran tersendiri
|
Pengambilan
hasil belajar setelah selesai tatap muka kedua. Dilaksanakan selama dua jam pelajaran pada
jam pelajaran tersendiri
|
6
|
Bentuk
soal yang digunakan untuk ulangan harian berbentuk pilihan ganda dengan empat option dan esay jumlah soal
15 butir.
|
Bentuk
soal yang digunakan untuk ulangan harian berbentuk option
dan esay jumlah soal 15 butir.
|
2. Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II penekanannya
pada kegiatan inti pembelajaran. Pada siklus I, pembelajaran matematika
dilaksanakan dengan menggunakan metode jigsaw matematika yaitu simulasi secara kelompok besar asal 1, ahli 2, asal 3, tiap kelompok terdiri dari
4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8. Pada siklus II, pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok
kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8 . Secara garis besar
pelaksanaan tindakan khususnya kegiatan inti dari pertemuan tatap muka hingga penutup adalah
sama. Berikut ini adalah beberapa
tahapan yang sama setiap pelaksanaan kegiatan dari pertemuan tatap muka pertama
sampai yang terakhir pada siklus I dan siklus II. Kegiatan tersebut meliputi :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan
dengan tahapan tindakan yang dilaksanakan.
b. Melalui metode jigsaw matematika
yang berisi program tutorial, guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang
melibatkan peran aktif siswa secara
kelompok maupun individual. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa mengikuti tutorial interaktif baik secara individu maupun kelompok.
c. Melalui jigsaw matematika
yang berisi program bentuk penemuan
(discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan
pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa. Pada kegiatan ini secara
bertahap siswa mengikuti alur
interaktif secara kelompok untuk
menemukan solusi dari pemecahan masalah.
d. Setelah siswa mengikuti serangkaian
tutorial dan latihan pemecahan masalah menggunakan metode jigsaw matematika, secara
berkelompok siswa berdiskusi
menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal .
e. Pembahasan
hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap
kelompok.
f. Dengan cara
trial and error dan bimbingan
guru, siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi
siswa.
Adapun yang membedakan pola kegiatan
inti antara siklus I dan siklus II adalah menggunakan metode jigsaw matematika pada jumlah
anggota kelompok yang sama dan penamaan kelompok yang berbeda. Pada siklus I siswa dikelompokkan dalam
kelompok kecil
yang masing-masing kelompok terdiri atas empat siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai
8, masuk kelompok besar asal 1, ahli 2 dan asal 3. Pada siklus II siswa dikelompokkan
dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri atas empat siswa dengan penamaan
kelompok geometri 1,2,3 sampai 8, masuk kelompok jigsaw asal 1, ahli 2 dan asal
3.
3. Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan pada siklus
I dan siklus II setiap tatap
muka, dari tatap muka pertama sampai tatap muka terakhir. Selengkapnya data hasil observasi saat
pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 8 berikut
ini.
Tabel 8
HASIL OBSERVASI SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
1
|
Pada pertemuan tatap muka pertama saat tahap apersepsi ketika mulai pada pembagian kelompok besar,
siswa agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Pada pertemua tatap muka kedua,
tahap apersepsi berjalan lancar.
|
Pada
pertemuan tatap muka pertama saat
tahap apersepsi ketika mulai pada
pembagian kelompok kecil, siswa agak ramai dan saling bertanya antar siswa.
|
2
|
Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama masih
gaduh, siswa berlalu lalang menggeser meja dan kursi.
|
Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama tidak
begitu gaduh, siswa cukup menggeser meja dan kursi yang berjajar untuk
dihimpitkan.
|
3
|
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme
yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar namun masih terdapat siswa yang pasif.
|
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme
yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar, semua siswa terlibat aktif
dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
|
4
|
Pada
akhir kegiatan inti dari pertemuan
pertama sampai dengan pertemuan kedua terjadi peningkatan semangat
berdiskusi aktif antar anggota
kelompok dan antar kelompok, walaupun masih ada siswa yang pasif
|
Pada
akhir kegiatan inti dari pertemuan pertama
terjadi peningkatan semangat
berdiskusi aktif antar anggota
kelompok dan antar kelompok. Pada siklus II semua siswa aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
Karakter bertanya dan melihat contoh model e learning yang ada di tempat
presentasi yang tersedia menunjukkan karakter kritis dan ingin tahu yang
lebih berkembang.
|
Dari tabel di atas menunjukkan
bahwa telah terjadi peningkatan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Keadaan tersebut tercermin dari kegiatan mengikuti diskusi aktif antar anggota kelompok dan antar
kelompok, yang semula masih ada siswa
yang pasif menjadi semua siswa terlibat aktif berdiskusi.
4. Hasil Belajar
Nilai tertinggi, terendah, dan rata-rata hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa setelah
dilaksanakan tindakan dari siklus I dan siklus II dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 9 di
bawah ini.
Tabel 9
HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIIC
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO
|
URAIAN
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
1
|
Nilai
Tertinggi
|
100
|
100
|
2
|
Jumlah
siswa yang mencapai nilai tertinggi (100)
|
1
|
10
|
3
|
Nilai
Terendah
|
75
|
40
|
4
|
Jumlah siswa yang mencapai nilai
terendah
|
1
|
5
|
5
|
Nilai
Rata - rata
|
82
|
78
|
6
|
Jumlah siswa yang telah mencapai
KKM
|
|
|
7
|
Persentase siswa yang telah
mencapai KKM
|
100
|
84
|
8
|
Jumlah siswa yang belum mencapai
KKM
|
0
|
15,1
|
9
|
Persentase siswa yang belum mencapai
KKM
|
0
|
0
|
10
|
Jumlah siswa yang
hadir
|
27
|
32
|
Dari tabel diatas menunjukkan
terdapat kenaikan
jumlah siswa yang
mendapatkan nilai 100
dari 0 siswa menjadi 1 siswa. Jumlah
siswa yang mencapai nilai terendah mengalami kenaikan dari 1 siswa
menjadi 8
siswa. Nilai Rata – rata naik dari 80 menjadi 83 . Jumlah siswa yang telah mencapai KKM meningkat dari 30 siswa menjadi 32 siswa atau naik dari 100 % menjadi 100 %. Jumlah siswa yang belum
mencapai KKM menurun dari 0 siswa menjadi 0 siswa atau turun dari 0% menjadi 0%.
Berdasarkan uraian dan tabel di atas jika dibandingkan dengan
kondisi awal terjadi kenaikan nilai rata-rata hasil belajar matematika yang sekaligus ketuntasan
siswa naik.
E. Hasil Tindakan
1. Proses Pembelajaran
Pada kondisi awal, motivasi siswa dalam pembelajaran matematika
rendah. Rendahnya motivasi siswa disebabkan guru dalam mengajar belum
menerapkan metode, strategi, maupun pendekatan yang bervariatif. Dalam hal ini
guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Pada siklus I dan II peneliti menyusun suatu program pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika. Dalam
pelaksanaan pembelajaran siklus I khususnya pada tahap kegiatan inti siswa
dikelompokkan menjadi empat kelompok dengan satu
kelompok terdiri atas empat siswa dan
penamaan kelompok dengan nomor 1,2,3 sampai 8, dan untuk kerja secara jigsaw
kelompok tersebut dibagi lagi menjadi kelompok asal1, ahli 2 dan asal3 , sedangkan pada siklus II siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok kecil
dengan empat sampai tujuh siswa setiap kelompoknya
dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2, dan asal 3, dengan memberinama
geometri pada setiap kelompok 4, baik masuk kelompok asal 1, ahli 2 , asal 3
asal 4 s.d asal 8. Kegiatan tatap muka pertama sampai
terakhir yaitu tatap muka kedua, keaktifan siswa dalam pembelajaran telah
muncul. Motivasi siswa untuk mempelajari matematika meningkat dilihat dari
antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan ketika terlibat dalam
diskusi kelompok. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya siswa yang aktif
dan tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran.
Berdasarkan kondisi awal,
proses pembelajaran dan tindakan
yang dilakukan pada siklus I dan siklus
II maka pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika
dapat meningkatkan motivasi dan peran aktif siswa dalam pembelajaran
matematika.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar matematika siswa pada kondisi awal sebelum
pembelajaran menggunakan metode
jigsaw matematika
masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Hal ini didasari dari hasil dua kali ulangan harian.
Ulangan harian pertama nilai rata-ratanya 35 sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM 31 siswa.
Setelah pada siklus I dilaksanakan program pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika
pada kelompok kecil , hasil belajar siswa meningkat
akan dan antusiasnya meningkat. Meningkatnya hasil belajar
siswa didasari dari hasil ulangan harian yang dilakukan setelah siklus I selesai. Hasil belajar
tersebut adalah nilai tertinggi dicapai siswa, nilai terendah dicapai siswa,
nilai rata-rata 82 , jumlah siswa yang telah mencapai KKM ada
22 atau 100 persen, jumlah
siswa yang belum mencapai KKM 0 siswa atau sebesar 0 persen, absen 10.
Pada siklus II dilaksanakan program pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika
pada kelompok kecil dengan penamaan
jenis materi matematika yaitu geometri, hasil belajar
siswa lebih meningkat. Meningkatnya hasil belajar siswa didasari dari hasil
ulangan harian yang dilakukan setelah siklus II selesai. Hasil belajar tersebut adalah nilai tertinggi 100 dicapai 4 siswa , nilai
terendah 40 dicapai 5 siswa,
nilai rata-rata 78 , jumlah siswa yang telah mencapai KKM 27
siswa atau 84 %, jumlah siswa
yang belum mencapai KKM 5 siswa atau sebesar 0,15 persen.
Berdasarkan hasil belajar
siswa yang selalu meningkat mulai dari
kondisi awal, siklus I, dan siklus II
maka pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang sudut dan garis bagi
siswa kelas VII C SMP
Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap
tahun ajaran 2018/2019?.
F.
Kendala yang Dihadapi
Berdasarkan teori yang telah disusun, dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika, supaya siswa
memiliki pemahaman yang mengkalbu, maka diperlukan langkah siswa yaitu
melaksanakan kerja kelompok kecil dengan diperbolehkan mendiskusikan pekerjaan
antar kelompok ahli 2 yang sama jenis diskuainya. Pada siklus I, siswa bekerja dengan
kelompok kecil dan nama kelompok ditulis dengan angka urut kelompok 1,2,3
sampai dengan kelompok 8 . Pada siklus II, siswa bekerja dengan kelompok kecil
dan nama kelompok menggunakan nomor urut .
Kendala yang ada berasal
dari guru, siswa dan sarana prasarana. Dari guru mungkin kurang efektif dan
efisien dalam melaksanakan program pembelajaran karena banyak aktivitas lain di
luar jam pembelajaran seperti mengikuti pelatihan-pelatihan. Dari siswa mungkin
ada program pembelajaran yang relatif baru, seperti adanya moving class. Sarana prasarana yang kurang memadai seperti
terbatasnya bahan dan peralatan kerja yang terhitung terbatas jumlahnya
sehingga belum dapat merata di
setiap kelas, khususnya kelas
penelitian.
G. Faktor-faktor Pendukung
Faktor-faktor
pendukung yang mendukung pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode jigsaw
matematika ada yang berasal dari guru, siswa dan sarana prasarana. Faktor yang
berasal dari guru memberikan peluang untuk memanfaatkan budaya pembelajaran
menggunakan metode jigsaw matematika secara lebih cermat lagi khususnya dalam
penyusunan program pembelajaran yang baru. Guru telah memperoleh bekal
teknologi sebagai hasil budaya yang diperlukan dalam pembelajaran secara
memadai. Faktor yang berasal dari siswa memberikan penerimaan yang positif
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika,
tampak dari antusiasnya dalam mengikuti pelajaran. Sarana prasarana yang
lengkap yang mudah dijangkau guru dan siswa juga merupakan faktor yang memberikan
dukungan positif.
H. Alternatif Pengembangan
Alternatif
pengambangan yang dapat dilaksanakan dalam pembelajaran menggunakan metode
jigsaw matematika adalah pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya. Siswa
yang menjadi model di kelas dalam kelompok kecil khususnya, dan dalam kelompok
di kelasnya pada umumnya, bisa memberikan teladan dalam mengikuti rangkaian
proses pembelajaran. Keteladanan tersebut dapat dilihat dari segi hasil belajar
maupun dari segi karakter yang dimilikinya.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian
pada bab IV di atas yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika
dapat meningkatkan
hasil belajar matematika maka
dapat disimpulkan, hipotesis yang berbunyi
melalui pembelajaran menggunakan
metode jigsaw
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang sudut dan garis bagi
siswa kelas VII C SMP Negeri
2 Kutasari pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019, terbukti.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di
atas, peneliti merekomendasikan bahwa dalam rangka meningkatkan hasil belajar
matematika kelas VII di SMP Negeri 2 Kutasari, perlu diupayakan agar semua siswa aktif
dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk
mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu kepada
guru matematika khususnya kelas VII agar
menumbuhkembangkan motivasi siswa
untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Alternatif untuk menumbuhkembangkan motivasi siswa agar
berperan aktif dalam pembelajaran adalah tidak cukup hanya melalui pembelajaran menggunakan metode jigsaw, tetapi guru juga harus
membiasakan mengadakan moving class,
dan kolaborasi dengan rekan sejawat.
Untuk
mengefektifkan kinerja dan peran aktif siswa dalam pembelajaran maka pada kegiatan inti dibuat
kelompok dengan jumlah
anggota yang relatif kecil misalnya empat sampai lima siswa. Untuk melatih keberanian
mengemukakan pendapat dan untuk meningkatkan semangat dan motivasi belajar,
maka petugas presentasi hasil kerja kelompok sebaiknya bergantian, antara kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
Untuk menumbuhkan karakter yang
ditentukan dalam rencana pembelajaran, guru harus menampilkan sosok teladan
bukan hanya dari pihak guru sendiri akan tetapi yang terpenting adalah dari
pihak peserta didik. Sehingga siswa memiliki tutor sebaya dalam memadankan
karakter yang harus dimiliki.
C. SARAN
Saran peneliti sehubungan
dengan hasil penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru matematika,
dan siswa.
1. Kepala Sekolah
Untuk mewujudkan
pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi serta peran
aktif siswa dalam pembelajaran matematika, perlu menekankan kepada guru
matematika untuk memanfaatkan budaya
pembelajaran terkini. Pemanfaatan salah satu budaya pembelajaran yang
dapat digunakan adalah menggunakan
metode jigsaw.
Bertalian dengan hal
tersebut diharapkan kepala sekolah mempersiapkan guru agar menguasai budaya
pembelajaran sekaligus mempersiapkan sarana prasarana
yang memadai baik soft ware maupun hard ware untuk
mengimplementasikan teknologi terkini tersebut.
2. Guru
Menindaklanjuti hasil penelitian ini, guru matematika diharapkan
selalu berupaya untuk mendesain pembelajaran yang inovatif dan bervariasi
agar hasil belajar siswa dapat optimal. Untuk mengoptimalkan hasil belajar
siswa, guru matematika hendaknya menggunakan pembelajaran menggunakan metode jigsaw.
Guru hendaknya memiliki kolaborasi
dengan sejawat agar dapat menggunakan pembelajaran menggunakan metode jigsaw,
apabila membutuhkan kenyamanan dalam pembelajaran menggunakan metode jigsaw.
3. Siswa
Hasil belajar matematika
dapat optimal jika siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias, aktif dan
kreatif. Oleh karena itu agar siswa memperoleh hasil belajar matematika yang
memuaskan, siswa harus mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA
AR, Syamsuddin, S. Damaianti,Vismaia.2009.Metodologi PenelitianPendidikan
Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ary,Donald,Chester Jacobs,Lucy,R,Asqhar.1985.Introduction To Research In Education Third Edition. USA: CBC College Publish University Press LTd.
Bell, Frederick, H.,1978. Teaching
and Learning Mathematics (In
Secondari
School).
USA: WMC. Brown Company.
Chapman, L.R.,
et.all.© 1976, The Process Of
Learning Mathematics.
Great Britain : Pergamon Press
LTd.
Creswel, John W.,.2008. Educational
Research. New Jersey: Pearson
Education.
Clement, John.1982. Algebra Word
Problem Solutions Thought Processes
Underlying A Common Misconseption. USA:
NCTM.
Cathcart, W. George. 1977. The Mathematics Laboratory.
NCTM: Virginia USA
Depdiknas. 2002. Pendekatan
Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen
Dikdasmen.
-------- .
2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi
Matematika SMP/MTs. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
-------- .
2005. Buku 1 Materi Pelatihan Terintegrasi matematika. Jakarta :
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Djiwandono Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta . Grasindo
J. Davis, Philip, hers Reuben. 1981. The
Mathematical Experience. Makalah. Boston: houghton mifflin.
Hudoyo Herman.
1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyana, Rohmat.2004. Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai. Bandung:
Alfabeta.
Maier, Hermann.2001. Kompedium Didaktik Matematika. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Marsigit.2012. Pedoman Umum dan Khusus
Pembelajaran Matematika
SMP. Yudhistira:
Jakarta( Unduhan dari:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/marsigit-dr-ma tgl
12/3/2012: hlm 1-18)
NCTM.1992. Mathematics Teacher. USA:NCTM
Shadik, Fajar.2009. Metode-metode Pembelajaran
Matematika
SMP.Yogyakarta: Depdiknas
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta
Sudjana
Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru.
Sumarno, Joko.2009..Meningkatkan Hasil belajar
Matematika tentang Kelilingdan
Luas Bangun Segitiga dan segiempat Melalui Pembelajaran dengan
Menggunakan Animasi Matematika. (PTK) Purbalingga: SMP N 1 Keligondang.
Uno Hamzah B. 2007. Model
Pembelajaran (Menciptakan Proses belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif).
Jakarta . Bumi
Aksara
Lampiran.
1. KERANGKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS
JUDUL: Meningkatkan Motivasi
Belajar Matematika Melalui kerja Kelompok Terbina
1.
Pendahuluan.
a.
Latar Belakang Masalah
b.
Permasalahan
c.
Pemecahan Masalah
2.
Teori
a.
Motivasi Belajar Matematika
b.
Kelompok Belajar Matematika
3.
Hipotesis
Kerja Kelompok Terbina dapat meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika
4.
Rencana Pembuktian Hipotesis
Menggunakan metode : cek list, pemeriksaan buku kerja kelompok,
penilaian kelompok, penilaian individu, penilaian siswa sendiri, penilaian
siswa dengan siswa lain.
5.
Rencana Penelitian
Waktu : Januari 2019- April 2019
6.
Rencana Instrumen Penelitian
7.
Rencana Pelaporan Hasil Penelitian
Waktu: April 2019
8.
Biaya
9.
Kepustakaan
KBBI Daring kemendikbud
Buku-buku yang menunjang penulisan baik buku psikologi maupun buku
matematika pendidikan.
Kutasari, Januari 2019
Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMP N 2 Kutasari
Soderi, S.Pd, M.Pd
NIP. 19731212 200312 1005
|
Guru Matematika
Prich Purwanti, S.Pd
NIP. 197109081998022002
|
2. Siklus I dan Siklus II
Sekolah
: SMP N 2 Kutasari
Mata Pelajaran: Matematika
Kelas/ Semester: 7/2(dua)
Materi
: Sudut dan Garis
Alokasi Waktu:
4 x 40’ ( 4 Jam Pelajaran/ 2 Pertemuan)
A. Kompetensi Dasar
3.10 Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis
sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
4.10Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan
antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis
transversal.
B. Indikator
3.10.1. Mengamati
kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk tabelit.
3.10.2. Mengamati cara
membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang.
3.10.3. Mangenal satuan
sudut yang sering digunakan
3.10.4. Mengamati hubungan
antar sudut.
3.10.5. Menemukan sifat
sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.
4.10.1. menggunakan
sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
4.10.2. Melukis
sudut-sudut tertentu
C. Tujuan Pembelajaran
3.10.1. Siswa
dapat mengamati kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam
bentuk tabelit.
3.10.2. Siswa dapat
mengamati cara membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang.
3.10.3. Siswa dapat
mangenal satuan sudut yang sering digunakan
3.10.4. Siswa dapat mengamati
hubungan antar sudut.
3.10.5. Siswa dapat
menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.
4.10.1. Siswa dapat
menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
4.10.2. Siswa dapat
melukis sudut-sudut tertentu
D. Materi Pembelajaran
·
Kedudukan 2 garis.
·
Cara membegi sudut.
·
Satuan Sudut.
·
Hubungan antar sudut.
·
Sifat sudut jika dua garis
sejajar dipotong garis transversal.
Karakter yang dikembangkan : mandiri dan integritas.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Jigsaw
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama: Siklus I
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Waktu
|
Karakter
|
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan salam
Guru mengajak siswa
berdo’a
Guru mengabsen siswa
Guru meminta siswa
memberikan contoh sudut dan garis
Guru membicarakan
pentingnya mempelajari sudut dan garis, yaitu dengan menanyakan bagaimana
cara melempar peluru.
|
Kegiatan Pendahuluan
Siswa menjawab salam
Siswa berdo’a bersama
guru
Siswa memberikan
keterangan temannya yang absen
Siswa memberikan
contoh sudut dan garis.
Siswa mendengarkan
pembicaraan guru dan mencoba membuat pertanyaan.
|
10’
|
Religius
Integritas
Nasionalisme
|
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa
membuat kelompok diskusi 4. Disebut kelompok asal.
Guru membagikan lembar
kerja dan kertas kerja serta bahan kerja kelompok atau dengan menuliskan di
papan tulis tugas kelompok asal dan kelompok ahli.
Guru meminta siswa
mulai mengarjakan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk pada lembar kerja
siswa yaitu membuat tulisan pada bidang keahliannya di kelompok ahli 1,2,34.
Guru memfasilitasi
siswa dengan mempersilakan siswa membuka buku paket hlm 120 s.d. 160.
Guru meminta siswa
pada kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan melanjutkan diskusi di
kelompok asal dengan bahan diskusi hasil diskusi kelompok ahli.
Guru meminta wakil
kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Guru meminta siswa
menuliskan refleksi dari tugas yang telah diselesaikan secara berkelompok.
Guru meminta satu atau
dua kelompok siswa yang sudah selesai untuk presentasi hasil kerja
kelompoknya.
Guru meminta siswa
memberikan reward berupa aplous
kepada kelompok yang sudah mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Guru meminta siswa
secara kelompok untuk mengerjakan soal
tugas kuis kelompok dari buku paket hlm 171-180.
|
Kegiatan Inti
Siswa membentuk
kelompok diskusi 4. Siswa membagi tugas dalam ahli 1,2,3,4.
Siswa mengamati lembar
kerja dan menuliskan identitas di kertas kerja kelompok yang ditulis di papan
tulis..
Siswa secara
berkelompok mengerjakan tugasnya sesuai dengan petunjuk lembar kerja
berkelompok yaitu membuat tulisan pada bidang keahliannya di kelompok
keahlian 1,2,334.
Siswa menuliskan
refleksi dari tugas yang telah dikerjakannya yaitu tentang hal-hal yang sudah
difahami dan hal-hal yang belum difahami.
Siswa dari kelompok
yang sudah menyelesaikan tugasnya,
kemudian
Siswa kembali ke
kelompok asal dan mendiskusikan hasil dari kelompok ahli.
Siswa mewakili
kelompok di kelas mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
Siswa memberikan aplous kepada kelompok yang telah
selesai presentasi di depan kelas.
Siswa mengerjakan soal
tugas kelompok dari buku paket hlm 171-180.
|
60’
|
Gotong royong
Nasionalisme
Mandiri
Integritas
Nasionalisme
Nasionalisme
Mandiri
|
Penutup
Guru membimbing siswa membuat rangkuman dari
materi tugas kelompok yaitu membuat literasi sudut dan garis.
Guru memberitahukan
tugas untuk pertemuan yang akan datang yaitu mengerjakan tugas jigsaw
individual / kelompok berkaitan dengan penerapan sudut dan garis.
|
Penutup
Siswa membuat
rangkuman dengan bimbingan guru tentang materi tugas kelompok yaitu membuat
literasi sudut dan garis.
Siswa melakukan
persiapan untuk mngerjakan tugas individual/kelompok pada pertemuan yang akan
datang.
|
10’
|
|
Pertemuan ke 2. (Siklus II)
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Waktu
|
Karakter
|
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan salam
Guru mengajak siswa
berdo’a
Guru mengabsen siswa
Guru meminta siswa
memberikan contoh penerapan sudut dan garis.
Guru membicarakan
pentingnya sudut dan garis, yaitu dengan menanyakan bagaimana cara orang
sampai ke puncak gunung.
|
Kegiatan Pendahuluan
Siswa menjawab salam
Siswa berdo’a bersama
guru
Siswa memberikan
keterangan temannya yang absen
Siswa memberikan
contoh penerapan sudut dan garis
Siswa mendengarkan
pembicaraan guru dan mencoba membuat pertanyaan.
|
10’
|
Religius
Integritas
Nasionalisme
|
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa
membuat kelompok diskusi 4. Yaitu kelompok jigsaw asal pertemuan yang lalu.
Guru membagikan lembar
kerja dan kertas kerja serta bahan kerja kelompok atau menuliskan tugas riset
ke luar kelas..
Guru meminta siswa
mulai mengarjakan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk pada lembar kerja
siswa yaitu mengerjakan riset di luar kelas di taman kelas.
Guru memfasilitasi
siswa dengan membuat tabel format laporan hasil riset yang sudah dikerjakan
individu/kelompok.
Guru meminta siswa
menuliskan refleksi dari tugas yang telah diselesaikan secara berkelompok.
Guru meminta satu atau
dua kelompok siswa yang sudah selesai untuk presentasi hasil kerja
kelompoknya.
Guru meminta siswa
memberikan reward berupa aplous
kepada kelompok yang sudah mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Guru meminta siswa
secara kelompok untuk mengerjakan soal
tugas kelompok dari buku paket hlm 171-180.
|
Kegiatan Inti
Siswa membentuk
kelompok diskusi 4. Yaitu jigsaw asal pertemuan yang lalu.
Siswa mengamati lembar
kerja dan menuliskan identitas di kertas kerja individu/kelompok.
Siswa secara berkelompok
mengerjakan tugasnya sesuai dengan petunjuk lembar kerja berkelompok yaitu
melakukan riset di luar kelas dan mencatat hasil riset di buku
individu/kelompok.
Siswa membuat tabel
sesuai fasilitas tabel yang diberikan guru, pada lembar kerjanya, untuk
melaporkanyang data hasil riset individu/ kelompoknya tersebut.
Siswa menuliskan
refleksi dari tugas yang telah dikerjakannya yaitu tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penerapan sudut dan garis dan hal-hal yang berkaitan dengan
dus gari sejajar dipotong oleh garis transversal.
Siswa dari kelompok
yang sudah menyelesaikan tugasnya,
kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
Siswa memberikan aplous kepada kelompok yang telah
selesai presentasi di depan kelas.
Siswa mengerjakan soal
tugas kelompok dari buku paket hlm 171-180.
|
60’
|
Gotong royong
Nasionalisme
Mandiri
Integritas
Nasionalisme
Nasionalisme
Mandiri
|
Penutup
Guru memberitahukan
tugas untuk pertemuan yang akan datang yaitu mengerjakan tugas individual
berkaitan dengan membuat ornamen ubin desain sudut dan garis.
|
Penutup
Siswa melakukan
persiapan untuk mngerjakan tugas individual pada pertemuan yang akan datang
berkaitan dengan membuat ornamen ubin berwarna desain sudut dan garis..
|
10’
|
|
Soal
siklus I
Kelas
: 7C
Waktu
: 15’
A.
Pilihlah jawaban yang benar.
1.
Perhatikan gambar berikut.
A B C D
E
Banyak sinar garis dan ruas garis yang dapat dibuat dari
gambar di atas berturut-turut adalah ...
a.
6 dan 7 b. 6 dan 8
c. 7 dan 9 d . 8 dan 10
2.
Perhatikan gambar berikut
|
|
|
A
B
Q
|
|||
M
Nilai x pada gambar di atas adalah
a.
2,4 cm b. 2,5 cm
c. 2,6 cm d. 2,7 cm
B.
Kerjakan soal berikut dengan
benar.
|
|
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Sebutkan pasangan garis mana sajakah yang
saling sejajar dan berpotongan?
Soal
Siklus II
Kelas
: 7c
Waktu
: 15’
A.
Pilihlah jawaban yang benar.
1.
Perhatikan gambar
Nilai dari + + + + + + + +
2.
Perhatikan gambar berikut ini.
Besar ÐA + Ð B + Ð C + Ð D + Ð E adalah ...
a.
b. c. d.
B.
Kerjakan dengan benar.
3.
Perhatikan gambar berikut!
|
|||
Berdasarkan gambar di atas, hitunglah : a.
Nilai x b. Besar Ð BCF .
KISI-KISI
SOAL
SIKLUS I
Sekolah : SMP N 2 Kutasari
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas /
semester : 7C/ 2
Materi : Sudut dan Garis
Waktu : 15’
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Bentuk Soal
|
Nomor Soal
|
Kunci
|
3.10
Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis transversal
|
3.10.1.
Mengamati kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk
tabelit.
|
Pilihan
ganda
|
1
|
D
|
|
3.10.2.
Mengamati cara membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang
|
Pilihan
ganda
|
2
|
C
|
|
3.10.1. Mengamati kedudukan dua garis
(sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk tabelit.
|
Esay
|
3
|
(3
kelompok garis sejajar dan garis berpotongan di 9 titik)
|
Penilaian
|
Pilihan
ganda : S1= Bx 3
|
Esay :S2=
Bx4
|
N
=(S1+s2)x10
|
|
SOAL
SIKLUS II
Sekolah : SMP N 2 Kutasari
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas /
semester : 7C/ 2
Materi : Sudut dan Garis
Waktu : 15’
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Bentuk Soal
|
Nomor Soal
|
Kunci
|
3.10
Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis transversal
|
3.10.4.
Mengamati hubungan antar sudut.
|
Pilihan
ganda
|
1
|
D
|
|
3.10.4.
Mengamati hubungan antar sudut.
|
Pilihan
ganda
|
2
|
C
|
|
3.10.5.
Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.
|
Esay
|
3
|
a . x=
b.ÐBCF=
|
Penilaian
|
Pilihan
ganda : S1= Bx 3
|
Esay :S2=
Bx4
|
N
=(S1+s2)x10
|
|
3. DATA AWAL I,II, DATA
SIKLUS I DAN SIKLUS II
Siswa
Kelas 7 C SMP N 2 Kutasari
No
|
NAMA SISWA
|
DA I
|
DAII
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
KETERANGAN
|
1.
|
Adinta Mei Safana
|
50
|
20
|
80
|
100
|
|
2
|
Ani Aprila Ningsih
|
|
|
_
|
40
|
Siklus I absen
|
3
|
Devina Vandani
|
40
|
7
|
80
|
100
|
|
4
|
Dwi Ardian Nurdianto
|
49
|
|
_
|
75
|
Siklus I absen
|
5
|
Dwi Tegar Saputra
|
42
|
7
|
80
|
75
|
|
6
|
Eka Aulia agustin
|
48
|
21
|
100
|
40
|
|
7
|
Astrina Handayani
|
69
|
|
80
|
100
|
|
8
|
Fahrizal Nur Rohman
|
35
|
|
_
|
75
|
Siklus I absen
|
9
|
Fajar Faris Riyanto
|
35
|
|
_
|
75
|
Siklus I absen
|
10
|
Fauzilloh Jalal Abdul Haris
|
52
|
|
80
|
75
|
|
11
|
Feliskha Rahmadani
|
75
|
21
|
80
|
100
|
|
12
|
Hanif Setiawan
|
45
|
35
|
80
|
75
|
|
13
|
Herlinda Difa Wijaya
|
|
0
|
_
|
40
|
Siklus I absen
|
14
|
Ifki Fauzani
|
45
|
35
|
_
|
40
|
|
15
|
Jidan Nazmu Haidan
|
35
|
21
|
85
|
75
|
|
16
|
Nabila Yulia Priska
|
22
|
21
|
85
|
100
|
|
17
|
Ragil Saeful Mukmin
|
22
|
|
_
|
75
|
Siklus I absen
|
18
|
Rayhan Fadhlurrohman
|
30
|
|
80
|
75
|
|
19
|
Regina Dwi Aulia
|
43
|
20
|
80
|
100
|
|
20
|
Rido Yulianto
|
42
|
|
_
|
75
|
Siklus I absen
|
21
|
Rifal Adi Saputra
|
|
|
75
|
75
|
|
22
|
Riski Dwi Febiyan
|
|
|
80
|
75
|
|
23
|
Rosa Emilia Rizki
|
22
|
35
|
80
|
60
|
|
24
|
Sasi Kurniasari
|
10
|
14
|
80
|
100
|
|
25
|
Sendy Saputra
|
45
|
|
_
|
75
|
Siklus I absen
|
26
|
Sheli Wulandari
|
22
|
14
|
80
|
60
|
|
27
|
Solikhin
|
35
|
|
80
|
75
|
|
28
|
Syifa Salsabila
|
22
|
28
|
85
|
100
|
|
29
|
Tri Puji Sayoga
|
|
|
80
|
75
|
|
30
|
Tri Ukhti Hanifah
|
22
|
14
|
_
|
40
|
Siklus I absen
|
31
|
Trisa Handayani
|
34
|
28
|
90
|
100
|
|
32
|
Wanda Saputri
|
|
0
|
85
|
100
|
|
|
Kkm = 60
|
|
|
|
|
|
|
Nilai tertinggi
|
75
|
35
|
100
|
100
|
SI = 10 absen
|
|
Nilai terendah
|
10
|
0
|
75
|
40
|
SII = Nihil
|
|
Rerata
|
|
|
82,045
|
77,5
|
SI= info awal
|
|
WAKTU SIKLUS
|
|
|
Rabu, 6/2-‘19
|
Jumat, 1/3-‘19
|
SII= langsung
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar