Rabu, 16 Oktober 2019

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


LAPORAN  PENELITIAN TINDAKAN KELAS





MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SUDUT DAN GARIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW  BAGI SISWA KELAS VII C SMP N 2 KUTASARI TAHUN AJARAN 2018-2019







Diajukan sebagai salah satu syarat
 pemilihan guru berprestasi dan kenaikan pangkat IV/b pada pengembangan profesi









Oleh  :

                                               PRICH PURWATI
                                



SMP NEGERI 2 KUTASARI
Alamat : Jl. Raya Tobong Kutasari (   0281-894743 *   53361

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN PURBALINGGA










LEMBAR PENGESAHAN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama                     :     Prich Purwanti, S.Pd
NIP                       :     1971909081998022002
Jabatan                  :     Guru Madya
Pangkat                 :     Pembina
Golongan              :     IV/a
Menyatakan bahwa laporan penelitian tindakan kelas  dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Sudut dan Garis dengan Menggunakan Metode Jigsaw Bagi Siswa kelas VII C SMP N 2 kutasari tahun Pelajaran 2018/2019 telah dilaksanakan oleh peneliti.
Kutasari,   Maret 2019
                                                                                    Peneliti
                                                               Prich Purwanti, S.Pd
                                                                              NIP  197109081998022002
Disahkan oleh  :
Kepala Sekolah SMP N 2 Kutasari                             Petugas Perpustakaan


Soderi,S.Pd,M.Pd                                                       Gusti Siskarsari,S.Pd
NIP    1973 1212 2003 12 1005                                 NIP  197908102008012009










MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SUDUT DAN GARIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW  BAGI SISWA KELAS VII C SMP N 2 KUTASARI TAHUN AJARAN 2018-2019


Prich Purwanti

ABSTRAK

            Penelitian  dilakukan  selama tiga bulan dari bulan Januari sampai Maret tahun 2019 di SMP Negeri 2  Kutasari kabupaten Purbalingga dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
            Kegiatan penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari,    Perencanaan (Planning), Pelaksanaan Tindakan (Acting),  Pengamatan  (Observing ) dan Refleksi  (Reflecting). Pada siklus I,  pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada kelompok besar. Pada siklus II, pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada kelompok kecil.
             Data yang diperoleh berupa hasil belajar matematika yang terdiri atas data kondisi awal, data siklus I dan data siklus II. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan data kondisi awal, data siklus I dan data siklus II.
            Sebelum menggunakan metode jigsaw, nilai rata-rata hasil belajar matematika ulangan harian  74 dan 68 . Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar matematika sebesar 80 . Nilai rata-rata hasil belajar matematika pada siklus II sebesar 83.
   Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara teoretik maupun secara empirik, melalui melalui pembelajaran menggunakan metode jigsaw   dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika tentang Sudut dan Garis bagi siswa  kelas VII C SMP  Negeri  2  Kutasari  pada tengah semester  genap tahun  ajaran 2018/2019.

Kata kunci  : Hasil belajar, matematika, Jigsaw




           







Improving Mathematics Learning Outcomes of the Corner and Line using the method of Jigsaw

PRICH PURWANTI

Type text or a website address or translate a document.
ABSTRACT

The study was conducted during the six months from J
anuary to March of 2019 in SMP Negeri 2 Kutasari Purbalingga district with the aim to improve math learning outcomes .
The research activities of classroom action research method consisting of 2 cycles . The steps in each cycle consisting of , Planning ( Planning) , Implementation Measures ( Acting ) , observation ( Observing ) and Reflection ( Reflecting ) . In the first cycle , learning by using
jigsaw in the large group . In the second cycle , learning by using jigsaw in small groups .
Data obtained in the form of math learning outcomes consisting of baseline data first cycle and second cycle of data . Data analysis was performed using the comparative descriptive analysis comparing baseline data first cycle and second cycle of data .
Before using the
jigsaw , the average value of learning mathematics daily test results 74 and 68 . In the first cycle, the average value of 80 math learning outcomes . The average value of the results of learning mathematics in the second cycle of 83 .
The results show that both theoretically and empirically , through learning through
jigsaw method can improve learning outcomes for mathematics on the Corner and Line C seventh grade students of SMP Negeri 2 Kutasari the midle even semester of academic year 2018/2019 .

 Keywords : math learning, outcomes , Jigsaw























BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang  
Selama dua tahun terakhir menurut data-data yang diinformasikan bagian kurikulum, untuk hasil belajar matematika SMP N 2 Kutasari menunjukan gejala lemahnya hasil belajar matematika.

             Bagi siswa SMP Negeri 2 Kutasari, phobia tentang matematika bahwa matematika merupakan matapelajaran yang sulit sampai sekarang masih saja dominan dibandingkan anxiety. Hal ini sering terdengar dari percakapan siswa ketika membicarakan mata pelajaran matematika. Phobia terhadap matematika  berdampak pada lemahnya motivasi belajar yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar matematika. Lemahny a hasil belajar matematika  tersebut,  terjadi  di kelas     VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada  awal tengah semester genap  tahun pelajaran 2018/2019.

           Bertautan dengan rendahnya hasil belajar matematika tersebut dapat dilihat dari nilai  hasil  dua kali ulangan harian.  Ulangan harian pertama dilakukan pada hari Jumat tanggal 7 Februari 2019 jam ke- 4 dan 5 diikuti oleh 25 peserta didik dengan mengambil  kompetensi dasar 3.7 Menggunakan rasio atau perbandingan. Berdasarkan hasil ulangan harian   diperoleh nilai tertinggi 75   dicapai  1, nilai rata-rata 35 dan nilai terendah 10.  Dari hasil ulangan harian  tersebut jumlah siswa yang telah mencapai  kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak  2  atau 0,8 persen, sedangkan jumlah siswa  yang belum mencapai KKM 23  siswa atau  0,92 persen. Ulangan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Februari 2019, jam ke 5 dan 6, diikuti oleh 20 siswa, dengan mengambil 3.8 Menentukan perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai. Berdasarkan nilai ulangan harian kedua tersebut diperoleh nilai tertinggi 35, dicapai oleh 1 siswa, rerata nilai   15 dan  nilai terendah 0. Dari hasil ulangan kedua tersebut diperoleh siwa yang telah mencapai KKM 0 siswa atau 0 persen, siswa yang belum mencapai KKM 20 siswa atau 100 persen. Berdasarkan  hasil  dua ulangan harian   tersebut  ternyata masih banyak sekali siswa yang hasil belajar matematikanya belum memenuhi KKM.
            Sebelum penelitian dimulai, tepatnya pada awal semester genap peneliti  mengajar menggunakan metode ceramah dan kelompok besar, serta ceramah dan tanya jawab juga kelompok terbi yaitu mencatat gejala alam dengan teliti dan membuat kesimpulan sesuai materi himpunan yang sedang dipelajari.    Dalam metode ini peneliti   menerapkan pembelajaran yang menekankan peran aktif, kesiapan, dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak  menggunakan alat peraga tetapi mengggunakan lingkungan belajar,  pendekatan pembelajaran maupun strategi yang bervariasi. 
            Kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran matematika kelas VII C adalah 60.  Kriteria ketuntasan minimal 60 mengandung maksud, siswa dapat dinyatakan telah tuntas jika minimal memperoleh nilai 60 pada setiap mengerjakan tugas dari guru, ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan kenaikan kelas. Jika nilai siswa belum mencapai nilai minimal 60 maka harus diadakan remidi atau perbaikan sampai mencapai nilai batas tuntas minimal. Dengan demikian kondisi ideal atau harapan dari setiap ulangan harian, nilai rata-rata kelas minimal 60 dan nilai yang dicapai setiap siswa minimal juga 60.
            Sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia  Nomor 74 tahun 2008 tentang guru pasal 3 ayat 7, disebutkan bahwa guru harus memiliki kompetensi profesional.  Kompetensi profesional merupakan  kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang  ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan dan teknologi. Guru profesional harus dapat mengembangkan siswa dalam mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Dengan demikian, agar siswa dapat mengaktualisasikan  berbagai  potensi  yang dimiliki, maka idealnya  guru harus merubah paradigma pembelajaran menggunakan metode restriktif   menjadi pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan budaya pembelajaran  yang  menantang. 
            Beracuan pada kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, jika dibandingkan dengan  nilai rata-rata hasil belajar  matematika pada ulangan harian pertama  terdapat kesenjangan. Kesenjangan tersebut adalah  dari nilai rata-rata matematika hasil ulangan harian belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan mengacu pada permendikbud tahun 2013, tentang standar penilaian untuk kelulusan siswa dalam aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan, maka telah ditetapkan target LULUS untuk siswa pada keseluruhan program, termasuk setelah remidial yaitu 60, dengan nilai C. Pada kondisi awal penelitian, telah ditetapkan target nilai minmal 60, perolehan siswa yang belum mencapai target minimal memerlukan tindakan yang berlangsung sampai dengan tercapai target minimal LULUS yaitu 60.
            Pembelajaran ideal dengan paradigma baru adalah pembelajaran yang bervariasi dari segi metode, pendekatan, strategi, teknik, dan menggunakan budaya pembelajaran  yang  menantang.  Pembelajaran yang dilakukan guru selama ini adalah pembelajaran menggunakan metode ceramah dan simulasi yang menggunakan cara konvensional dan belum  memanfaatkan budaya pembelajaran yang baru. Dengan demikian desain pembelajaran yang dilakukan guru, antara yang telah dilaksanakan dengan pembelajaran yang ideal terdapat  kesenjangan.
            Dengan belum tercapainya  kondisi yang diharapkan ini, maka guru perlu mengupayakan solusi yang berupa suatu tindakan  agar nilai rata-rata hasil belajar  matematika meningkat sampai pada kondisi yang diharapkan. Adapun tindakan yang akan dilaksanakan adalah langkah guru langkah pembelajaran dengan  menggunakan metode Jigsaw. Tindakan pada tahap awal adalah menggunakan metode Jigsaw pada kelompok yang terdiri dari maksimal empat peserta didik, dengan pemberian nama kelompok urut  ahli 1,2,3,4pada  kelompok asal 1,2,3,4 pada Jigsaw I dan ahli 1,2,3,4,  pada kelompok asal 1,2,3,4 pada Jigsaw II.  Karena kelas terdiri dari dua kelompok Jigsaw. Sedangkan tahap berikutnya  menggunakan metode Jigsaw pada kelompok kecil yang terdiri dari empat siswa atau empat perwakilan kelompok untuk jigsaw di luar kelas.

B. Identifikasi Masalah
Suatu tindakan untuk memecahkan masalah akan efektif jika tepat penggunaannya. Tindakan untuk memecahkan masalah akan tepat penggunaannya jika permasalahan yang akan diselesaikan jelas dan fokus.  Dengan demikian agar tindakan yang akan diterapkan dalam penelitian ini dapat dengan tepat memecahkan masalah yang ada, maka diperlukan identifikasi masalah. Adapun masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah: (1) Mengapa hasil belajar matematika rendah?.  Pada hal jika ditilik dari pemanfaatan waktu belajar, guru telah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan waktu cukup efektif. (2) Apakah rendahnya hasil belajar matematika disebabkan     karena   peserta didik kurang  aktif  dalam  mengikuti  proses  pembelajaran?.  (3) Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode yang bervariasi dapat  meningkatkan hasil belajar matematika?.   (4)  Apakah pemanfaatan budaya pembelajaran berkarakter yang tepat dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar matematika?.  (5) Apakah  hasil belajar matematika dapat ditingkatkan dengan pembelajaran menggunakan metode Jigsaw?.

C.  Pembatasan Masalah
Pembahasan untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan akan efektif jika permasalahannya jelas dan fokus. Supaya penelitian ini dapat fokus pada penyelesaian permasalahan yang ada, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini mengandung maksud agar permasalahan yang akan diselesaikan maupun tindakan yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut menjadi jelas.
            Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, masing-masing satu variabel terikat atau variabel dependen dan satu variabel bebas. Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika tentang menggunakan Sudut dan garis dalam penyelesaian masalah. Sedangkan variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw .
     Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun pelajaran  2018/2019 yang berjumlah 32 peserta didik, yang terdiri dari  siswa laki-laki dan  siswa perempuan.  kompetensi  dasar yang dipakai adalah kompetensi dasar nomor 3.10 Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
.
  Adapun indikator pencapaiannya ada empat yaitu; (1) Menentukan garis. (2). Menentukan sudut. (3).Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sudut dan garis. (4) Melukis sudut dan Garis
            Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw. Jigsaw adalah budaya pembelajaran yang menggunakan kerja sama interaksi antara guru dengan peserta didik.  Pemanfaatan di kelas menggunakan alat peraga dan petunjuk kerja yang dipilih oleh guru.  Tindakan penggunaan metode  Jigsaw dilakukan oleh guru dengan fokus students centered. Tindakan yang dilakukan guru dikelas adalah menjelaskan materi dan membimbing latihan secara interaktif dua arah melalui  alat peraga matematika secara bertahap dan melalui tutor sebaya di dalam dan di luar kelas. Sesuai dengan program tengah semester yang telah disusun, tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw, dilakukan selama 10 jam pelajaran pada minggu pertama, dan ketiga bulan Maret tahun 2019, penelitian dihentikan untuk PTS genap kelas  VII dan  kelas VIII serta PAT kelas IX, dan selesai.
                       

D.  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut  di atas, maka  secara spesifik  dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :  apakah melalui pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw  dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika tentang Sudut dan Garis bagi siswa kelas VII C  SMP  Negeri  2  Kutasari  pada tengah semester  genap tahun  pelajaran 2018/2019 ?.

E.  Tujuan Penelitian

      1.   Tujuan Umum
Penelitian ini fokus pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu secara umum penelitian ini  bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika bagi peserta didik SMP kelas VII  pada standar kompetensi Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
      2.   Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian  ini  bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kompetensi dasar  Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal siswa kelas VII C  SMP  Negeri  2  Kutasari  pada tengah semester   genap tahun  pelajaran 2018/2019 .

F.   Manfaat Penelitian

      1.   Manfaat Teoritis
Secara  teoritis penelitian ini bermanfaat :  (1)  Untuk mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang:  Meningkatkan  hasil belajar matematika tentang Sudut dan Garis dengan menggunakan metode Jigsaw bagi siswa  kelas VII C  SMP  Negeri  2  Kutasari  tahun  ajaran 2018/2019.          (2)  Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2.   Manfaat Praktis
            a.   Manfaat bagi peserta didik
                  Bagi  peserta didik penelitian ini bermanfaat untuk:  (1).  Meningkatkan  hasil belajar  matematika  tentang  Sudut dan Garis.  (2).     Terpenuhinya kriteria ketuntasan minimal                      (3). Meningkatkan rasa senang dan motivasi dalam belajar matematika.      (4).  Meningkatkan  pengetahuan dan pemahaman tentang menggunakan  Sudut dan Garis untuk menyelesaikan masalah yang kelak merupakan bagian dari materi ujian nasional.
            b.   Manfaat bagi guru
Bagi  guru  penelitian ini bermanfaat untuk :  (1). Mengembangkan dan mengimplementasikan kompetensi profesional dalam bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan budaya pembelajaran.                          (2). Menyelesaiakan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran khususnya tentang menggunakan  Sudut dan Garis untuk menyelesaikan masalah,        (3). Meningkatkan  kemampuan sumber daya manusia dan rasa tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan  khususnya dikelas yang menjadi tanggungjawabnya.
            c.   Manfaat bagi sekolah
Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk :    (1).  Meningkatkan mutu sekolah dalam bidang akademik khususnya pada mata pelajaran matematika.  (2). Meningkatkan  kualitas sumber daya sekolah baik guru maupun peserta didik.
            d.   Manfaat bagi Perpustakaan
Penelitian ini bagi perpustakaan bermanfaat untuk meningkatkan jumlah referensi perpustakaan.
           




BAB II.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.        Kajian Teori

            Kebenaran  secara teori dalam penelitian perlu dilandasi dengan teori-teori ilmu pengetahuan yang relevan.  Bertalian dengan hal tersebut, berikut akan dipaparkan beberapa teori-teori ilmu pengetahuan yang mendukung  variabel penelitian ini.
1.      Hasil Belajar Matematika tentang Sudut dan Garis
Pada sub bagian dari sub judul ini akan diuraikan tentang empat hal yang berhubungan dengan hasil belajar matematika tentang sudut dan garis. Empat hal tersebut adalah hakikat matematika, hakikat belajar, hasil belajar, dan hasil belajar matematika tentang Sudut dan garis.


a.   Hakikat Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki kontribusi yang sangat penting untuk menentukan seorang siswa naik atau tidak naik kelas maupun lulus atau tidak lulus. Hal ini dukung dengan kejadian di sekolah-sekolah dimana sering terjadi seorang siswa tidak naik ataupun tidak lulus hanya karena nilai matematikanya belum memenuhi standar yang ditetapkan. Pentingnya mata pelajaran matematika dapat dilihat dari struktur kurikulum, baik dari kurikulum  1994,  kurikulum 2004 maupun pada struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada struktur kurikulum  1994,  mata pelajaran matematika  pada jenjang SMP  dalam satu minggu alokasi waktunya enam jam. Pada struktur  kurikulum 2004, mata pelajaran matematika  pada jenjang SMP  dalam satu minggu alokasi waktunya sebanyak lima jam. Sedangkan berdasarkan struktur KTSP, alokasi jumlah jam dalam satu minggu untuk mata pelajaran matematika minimal sebanyak empat jam. Bahkan  kenyataan dilapangan, khusus struktur KTSP untuk mata pelajaran matematika  yang mengalokasikan  dari lima jam. Menurut kurikulum 2013 yang sedang   dilaksanakan di SMP N 2 Kutasari, pada saat laporan penelitian tindakan kelas ini disusun, kemampuan siswa diukur berdasarkan tiga ranah penilaian hasil belajar, yaitu ranah sikap, yang terdiri dari ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa, Kejujuran, Kedisiplinan, dan etika dalam belajar; ranah pengetahuan yang meliputi pemahaman, pengatahuan dan penerapan; ranah katerampilan yang meliputi mencipta, membahas, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal tersebut menjadi bagian dari penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini, yaitu dengan menerapkan metode jigsaw, yang merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif dalam metode pembelajaran yang berbasis CTL (contextual teaching learning).
Sifat alamiah matematika yang dikenal sampai saat ini ada tiga mazhab yang dikenal dengan nama silogisme, formalisme, dan intuitionisme. Mazhab silogisme yang dipelopori oleh filosofi inggris Bertrand Artur Russel tahun 1903 (1872-1970)( Chapman. 1976:2-9 dan Bell. 1978:51-2) berpendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas deduksi dengan prinsip-prinsip logika.  Dengan demikian, matematika dan logika merupakan bidang yang sama dengan seluruh konsep dan dalil matematika yang dapat diturunkan dari logika.
Mazhab formalisme yang dipelopori oleh ahli matematika dari Jerman, David Hilbert berpendapat bahwa sifat alamiah matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab matematika bersangkut paut denga sifat-sifat struktural dari simbol-simbol melalui berbagai sasaran yang menjadi objek matematika.
Mazhab intuitionisme  dipelopori oleh ahli matematika Belanda, Luitzen Egbertus Jan Brower berpendapat bahwa matematika adalah sama dengan bagian dari eksakta dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal manusia (human intellect) dan tidak pada simbol-simbol di atas kertas. Matematika berdasarkan suatu ilham dasar (basic intuition) yang pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bahasa dan simbolisme serta bersifat objektif. ( Hamzah B. Uno,  2007; 126 )
Berdasarkan etimologi,  matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.  Pengertian ini bukannya berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran  akan tetapi  dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi  atau eksperimen disamping penalaran.  Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia secara empiris kemudian diproses dalam dunia rasio diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam  struktur  kognitif sehingga sampai pada konsep-konsep matematika. ( Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika buku 1,  2005; 8)
Berdasarkan definisi naif menurut Suryanto dalam Davis dan Hers( 1981:6-7), hal ini sangat kuat dari kamus dan untuk pemahaman inisialisasi, adalah bahwa matematika adalah sain tentang kuantitas dan ruang. Isi matematika tidak didefinisikan sebagai definisi matematika bisa tentang segala hal sepanjang sebuah subjek yang memperlihatkan pola-pola dalam asumsi-deduksi-konklusi.
Dengan demikian matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang didapat dengan bernalar dan lebih menekankan dalam dunia rasio yang dimulai dari pengalaman secara empiris.
            Berdasarkan uraian di atas, hakikat matematika selaras dengan kepentingan pembelajaran adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar  melalui suatu aktivitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bahasa dan simbolisme serta bersifat objektif.
            b.   Hakikat  Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu  perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya            sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.  (Slameto,  2003 : 2) dan menurut Maier (2001:28-9).   
Nana Sudjana (1989 : 5) berpendapat : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.  Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai  bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Berdasarkan  pendapat-pendapat tersebut di atas maka secara umum belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk  memperoleh suatu  perubahan seluruh aspek tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.



c.   Hakikat Belajar Matematika
Menurut Hamzah B. Uno (2007; 130), hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Schoenfeld dalam Hamzah B. Uno mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan sosial. Berkaitan  dengan hal ini, maka belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit. Demikian dan seterusnya, sehingga dalam belajar matematika harus dilakukan secara hierarkis. Dengan kata lain, belajar matematika pada tahap yang lebih tinggi, harus didasarkan pada tahap belajar yang lebih rendah.
Mazhab konstruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika yang dipentingkan adalah bagaimana membentuk pengertian pada siswa. Hal ini berarti bahwa belajar matematika penekanannya  pada proses siswa belajar, sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator. Dengan demikian orang mempelajari matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri dan aktif mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Aspek afektif dan psikomotorik siswa menurut Marsigit (2012:7-8), adalah aspek yang penting dalam pembelajaran setelah aspek kognitif. Aspek afektif menurut taksonomi Krathwhol, dkk (19810 dan taksonomi dalam Wilson (1971), yang dikutip oleh Marsigit, meliputi menerima keadaan (receiving), merespon (responding), pembentukan nilai (valuing), organisasi dan karakterisasi. Proses internalisasi terjadi bila aspek-aspek taksonomi tersebut menyatu secara hierarkis.
Disamping aspek kognitif dan aspek afektif, aspek ketrampilan motorik (unjuk kerja) juga mempunyai peranan yang tak kalah penting untuk mengetahui ketrampilan siswa dalam memecahkan permasalahan. Dalam kegiatan ini siswa diminta mendemonstrasikan kemampuan dan ketrampilan melakukan kegiatan fisik misalnya melukis segitiga, melukis persegi, melukis lingkaran, dsb. Untuk mengetahui tingkat ketrampilan penilai dapat menggunakan lembar pengamatan.
Oleh karena itu, Marsigit (2012:5-6) menjelaskan bahwa Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah membutuhkan pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran matematika untuk mempelajari cara menggunakan berbagai alat peraga matematika seperti: jangka, kalkulator, penggaris, busur derajat, dsb. Matematika sebagai alat berkomunikasi, pedoman bagi guru dan siswa dalam pembelajaran matematika adalah mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika dengan teman yang lain, mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika, menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain. Agar siswa menyukai matematika maka guru harus mengenali apa yang siswa tahu dan belum tahu, mencari materi dan kegiatan yang menantang dari matematika, siswa perlu mencari teman untuk belajar bersama, dan memberikan situasi dan suasana belajar yang bervariasi yang siswa perlukan.
Menurut Kroll dkk. (NCTM.1992:621), penyelesaian masalah kooperatif meliputi sebuah kelompok kerja siswa pada sebuah masalah yang cukup rumit untuk mencirikan siswa  pada a) mendiskusikan masalah, b) mensistematiskan masalah yang diinformasikan, c) peranan perbedaan asumsi memungkinkan kelompok memanfaatkan sebagai contoh rekaman,  menggunakan kalkulator,  atau skeptis.
Dari pendapat dan teori yang telah di uraikan di atas maka belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan membentuk pengertian sendiri melalui aktif mengkonstruksi ilmu dan pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya serta menerapkan pada situasi nyata. 

            d.      Hasil Belajar
Menurut Reigeluth sebagaimana dikutip Keller menyebutkan bahwa hasil belajar  adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang. Oleh karena itu hasil belajar merupakan efek  yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. 
Hasil pengajaran menurut Reigeluth, dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek yakni, (1) kefektifan pengajaran, (2) efisiensi pengajaran, dan (3) daya tarik pengajaran. Aspek keefektifan pengajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Efisiensi biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan  dan jumlah waktu dan/atau biaya yang terpakai, sedangkan aspek daya tarik pengajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap/terus belajar  (Hamzah B. Uno; 138).
Menurut Slameto (2003 ; 3 ), Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan  dalam arti hasil belajar. Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dalam pengertian merupakan hasil belajar memiliki ciri-ciri khusus.   Terdapat enam ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian hasil  belajar. Ciri-ciri tersebut antara lain : (1). Terjadi secara sadar. Hal ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. (2). Bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. (3). Bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. (4).  Bukan bersifat sementara. Hal ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. (5). Bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah karena perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. (6). Mencakup seluruh aspek tingkah laku.  Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruh tingkah laku dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Hasil belajar yang merupakan perubahan tingkah laku yang telah diperoleh melalui kegiatan  belajar secara aktif  otomatis akan tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa. Sehingga hasil belajar adalah  suatu perubahan yang dicapai oleh  proses usaha yang dilakukan seseorang  dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya yang  tersimpan dengan baik dalam ingatan siswa.
      e.   Hasil  Belajar Matematika tentang  Sudut dan Garis
        Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Atau dengan kata lain, hasil belajar siswa  pada mata pelajaran matematika merupakan apa yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran.
                  Hasil belajar siswa  pada mata pelajaran matematika, diukur mengacu pada tujuan pembelajarannya. Tujuan pembelajarannya dikembangkan dan disusun berdasarkan ranah kognitif Bloom yang meliputi (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, (6) evaluasi.
                  Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Ranah kognitif  terdiri dari enam tingkatan yang secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dapat dijelaskan sebagai berikut :
                  (1)     Tingkat pengetahuan (knowledge),  yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
                  (2)     Tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai kemampuan sesorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
                  (3)     Tingkat penerapan (application),  diartikan sebagai kemampuan sesorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
                  (4)     Tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat  menghubungkan dengan data-data yang lain.
                  (5)     Tingkat sintesis (synthesis),  yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
                  (6)     Tingkat evaluasi (evaluation),  yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki (Hamzah B. Uno, 2007; 140).
                  Sesuai dengan silabus pada semester genap kelas VII, salah satu materi matematika pada semester genap diantaranya adalah . Dengan demikian  hasil belajar siswa menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal,  pada mata pelajaran matematika dalam hal ini mengambil materi  melukis sudut dan garis serta menghitung .
2.   Pembelajaran dengan Menggunakan metode Jigsaw
Pada sub bagian dari sub judul ini akan diuraikan tentang tiga hal yang berhubungan dengan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw. Tiga hal tersebut adalah pengertian metode Jigsaw, hakikat pembelajaran, dan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw.


a.      Pengertian Metode Jigsaw
Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk, 1978 (Krismanto, 2000).
Langkah-langkah pada model ini adalah sebagai berikut.
a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang pada setiap
kelompok. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw
(gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap
siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut.
b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam
sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group” atau
Kelompok Ahli (KA).
c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran
dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya
kepada teman mereka sendiri.
d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka, dan
mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada temannya
dalam kelompok jigsaw tersebut. Hal ini memberikan kemungkinan
siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi baik di dalam
grup jigsaw maupun KA. Keterampilan bekerja dan belajar secara
kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis
pengelompokan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu
mengevaluasi proses pembelajaran mereka.

(Shadik.2009.26-27)


b.   Hakikat Pembelajaran
      Menurut Degeng dalam Hamzah B. Uno, menyebutkan bahwa pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan pelajar . Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. (Hamzah B. Uno, 2007: 83)
      Selaras dengan Degeng, Soedjiarto dalam Hamzah B. Uno, (2007: 106) merekomendasikan bahwa memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan :
               (1)        Learning to know,  yaitu pelajar akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya.
               (2)        Learning to do,  yaitu menerapkan suatu upaya agar murid menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna.
               (3)        Learning to be,  yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri.
               (4)        Learning to live together,  yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.
      Menurut pernyataan-pernyataan di atas maka pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik melalui kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan yang didasarkan pada empat pilar proses pembelajaran, yaitu learning to know,  learning to do,  learning to be,  learning to live together.


c.   Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Jigsaw
Pemanfaatan alat peraga laboratorium matematika dewasa ini tidak lagi merupakan konsumsi bidang bisnis atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut Hannafin dan Peck dalam Hamzah B. Uno, (2007: 126), menyatakan bahwa, potensi media komputer dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Efektivitas proses pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:   (1)  Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pelajaran. (2)  Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik. (3)  Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkatkan minat belajar (multimedia). (4)  Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera. (5)  Mampu menciptakan proses belajar secara berkesinambungan.
Heinich dalam Hamzah B. Uno, (2007: 127) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran.
(1)     Program berbentuk praktik dan latihan (drill and practice). Program ini digunakan apabila peserta didik diasumsikan telah mempelajari konsep, prinsip, dan prosedur sebagai materi pembelajaran.
(2)     Program tutorial. Program ini menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topik-topik tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus.
(3)     Program permainan (games).  Program ini menarik untuk diikuti dan berisikan permainan yang dapat memberi motivasi bagi peserta didik untuk mempelajari informasi yang ada didalamnya.
(4)     Program simulasi (simulation). Program ini berupaya melibatkan peserta didik dalam persoalan mirip dengan situasi yang sebenarnya, namun tanpa risiko yang nyata.
(5)     Program bentuk penemuan (discovery). Dalam program ini, komputer mampu menayangkan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error. Peserta didik harus mencoba sampai berhasil menemukan solusi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Dengan cara ini peserta didik diharapkan dapat lebih memahami prosedur yang ditempuh untuk memecahkan suatu masalah dan mampu mengingatnya lebih lama.
(6)     Program pemecahan masalah (problem solving). Program ini dapat dibedakan menjadi dua jenis  berdasarkan cara yang ditempuh peserta didik dalam memberikan respons. Pertama, peserta didik merumuskan sendiri solusi masalah yang ditampilkan lewat komputer. Kedua, komputer menyediakan jawaban yang mewakili respons peserta didik terhadap masalah yang ditayangkan komputer.
Metode Jigsaw tidak akan terlepas dari peranan komputer. Merujuk pada aplikasi komputer pada pembelajaran seperti yang dikemukakan Heinich,  pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw sejalan dengan program  tutorial  dan program bentuk penemuan (discovery). Hal ini karena pada pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw , menyajikan informasi dan pengetahuan dalam topik-topik tertentu diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus. Disamping itu pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw, juga menyediakan masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik dengan cara trial and error. Peserta didik harus mencoba sampai berhasil menemukan solusi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Karakteristik khusus laboratorium matematika menurut Barson (dalam Cathcart.1977:43-45), adalah sebuah pusat aktivitas; peserta didik ditempatkan dalam sebuah situasi problem-solving dan self-exploration dan discovery, menyediakan sebuah penyelesaian berbasis pada pengalamannya, atau kebutuhannya, dan ketertarikannya.
Karakteristik umum laboratorium matematika terdiri dari beberapa hal:
1.      Ruang yang diorganisasikan sebagai tempat beraktivitas dimana para peserta didik (secara individu, dalam kelompok kecil, atau meliputi seluruh kelas) mungkin bekerja secara terus-menerus pada materi yang berbeda-beda atau pada materi yang rata-rata berbeda.
2.      Ruang adalah kekayaan materi, membuat pemakaian pada komersial, langkah guru, dan langkah peserta didik ditunjukan.
3.      Guru bekerja dengan kelompok kecilnya, atau dengan cara individu, atau dengan seluruh kelas dalam sebuah kemungkinan berpusat peserta didik dari pada atmosfir yang didominasi oleh guru.
4.      Aktivitas adalah selalu open-ended untuk membangkitkan peserta didik kepada perluasan penemuan mereka sejauh yang mereka harapkan.
5.      Pengorganisasian dari kerja laboratorium adalah fleksibel sedemikian sehingga seorang peserta didik dapat berpindah dari satu bentuk aktivitas ke aktivitas yang lain, mengandalkan pada ketertarikannya dan kebutuhannya.
6.      Di sini juga ada sebuah pendekatan  multimedia atau multisensory untuk belajar, menggunakan pita konsep, film-film, objek konkrit, rekaman, pemusatan pada pendengaran (listening center) dan seterusnya.
7.      Buku paket (textbook) , pamflet, dan handout baik buatan guru atau hasil unduhan dari internet, adalah digunakan sebagai referensi materi pelajaran matematika peserta didik.mereka sering tidak bertingkat dan meliputi sebuah variasi besar dalam topik.
Metode Jigsaw,  menurut pendekatan teori Alan Barson, memungkinkan peserta didik mengikuti langkah guru, untuk mencapai derajat keberhasilan yang dikehendaki. Sehingga dalam hal ini metode Jigsaw menyediakan pembelajaran yang memiliki dua arah, pertama langkah peserta didik, diikuti langkah guru, dan selanjutnya langkah guru diikuti langkah peserta didik dalam hal pemanfaatan komputer dan internet serta alat-alat peraga laboratorium matematika.


A.    Hasil Penelitian yang Relevan
1.      Clement (1982:16-30), dalam ringkasan menyampaikan bahwa data dari kelompok testi mengindikasikan bahwa secara signifikan mahasiswa perguruan tinggi melakukan kesalahan dalam formulasi persamaan aljabar dari temuan ini. Protokol data mengindikasikan bahwa kesalahan memiliki dua sumber: sintaktik proses menautkan kata pesan, dan semantik, proses simbolisasi statis. Kesalahan kedua-proses prediksi muncul dengan bebas duduk-dalam, strategi intuitif simbolisasi yang dapat menyebabkan mahasiswa untuk mengapkir sebuah penyelesaian benar mereka sudah dibangkitkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran peneliti tentang kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas VII C SMP N 2 Kutasari.
2.      Poffenberger dan Norton (1959) dalam Bell (1978), dalam sebuah studi di USA menanyakan kepada 390 mahasiswa tahun pertama di universitas tentang faktor yang menentukan bakat terhadap matematika. Seperti beliau berdua mungkin sudah menduganya, daftar faktor-faktor terpenting adalah pengaruh rumah, yang pengharapan dan bakat datang dari orang tua, dan yang kedua pengaruh dari para guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran peneliti tentang peran guru yang harus dimunculkan secara nyata dalam udaya pembelajaran di kelas VII C SMP N 2 Kutasari.

3.      Biggs (1962) dalam Bell (1978), penelitian hubungan antara keinginan, aspek perbedaan dan penampilan dalam aritmetika, dan metode dari pengajaran. Beliau menemukan bahwa sebuah penampilan anak mengandalkan pada tingkat keinginan, sukses, cara dalam mana pembelajaran mengambil tempat dan jenis kelamin dari anak.  Hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran peneliti tentang phobia matematika yang dirasakan akan dapat diubah menjadi anxiety(kecemasan akan keberhasilan) matematika siswa kelas VII C SMP N 2 Kutasari.

4.      Sumarno (2009:71-72) menginformasikan bahwa berdasarkan  hasil belajar siswa yang selalu meningkat mulai dari. awal, siklus I, dan siklus II  maka pembelajaran dengan menggunakan animasi matematika   dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika tentang keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat bagi siswa  kelas VII B  SMP  Negeri  1  Kaligondang  pada semester  genap tahun  pelajaran 2008/2009. Berdasarkan uraian hasil penelitian pada bab IV, yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran dengan menggunakan animasi matematika   dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika maka dapat disimpulkan, hipotesis yang berbunyi  “melalui pembelajaran dengan menggunakan animasi matematika   dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika tentang keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat bagi siswa  kelas VII B  SMP  Negeri  1  Kaligondang  pada semester  genap tahun  pelajaran 2008/2009”, terbukti. Hasil penelitian  ini sejalan dengan pemikiran peneliti yang akan menerapkan metode jigsaw bagi siswa kelas VII C SMP N 2 Kutasari tahun ajaran 2018-2019.

A.    Kerangka Berpikir

            Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat  gambarkan dalam skema berikut mengikuti aliran Kemmis & Wilkinson (1998) dalam John W. Creswell(2008:610):




SISWA:
Hasil belajar sebelum tindakan masih rendah
 
GURU:
Belum menggunakan metode Jigsaw (MJ)matematika
 
     
 

KONDISI
AWAL
 
                                                                                     
        


 

                       
SIKLUS  I  :
Pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw matemat pada kelompok besar yang terdiri 4 siswa
     
                                             Pembelajaran dengan 
       TINDAKAN                menggunakan M J         
SIKLUS II:
Pembelajaran dengan menggunakan ( MJ) matematika pada kelompok kecil yang terdiri  1-4 siswa.
 
        
           



 




Diduga melalui pembelajaran dengan
                                             menggunakan MJ matematika dapat
                                             meningkatkan hasil belajar matematika
          KONDISI                  tentang Sudut dan garis
            AKHIR                  
                                             Bagi SISWA SMP Negeri 2 Kutasari 
                                             Pada tengah semester genap tahun ajaran         
                                             2018/2019
Gambar  1.   Skema kerangka berpikir
      Berdasar pada  skema  kerangka berpikir di atas, alur penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : Pada kondisi awal, sebelum guru menerapkan pembelajaran dengan metode Jigsaw hasil belajar matematika tentang   pada KD 3.7 Menggunakan rasio dan perbandingan dan Kd 3.8 Menentukan perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai      bagi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari  pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019  lemah.
             Lemahnya  hasil belajar matematika tentang menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal,   tersebut merupakan suatu permasalahan yang harus dicarikan solusinya. Tindakan yang dilakukan  guru dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika tersebut adalah dengan melakukan variasi pembelajaran. Variasi pembelajaran yang dilakukan adalah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw.
      Tindakan  penelitian yang dilaksanakan guru melalui pembelajaran interaktif dengan metode Jigsaw  terdiri dari dua siklus.  Pada siklus  I,  pembelajaran dengan menerapkan metode Jigsaw dilakukan pada kelompok besar yang terdiri empat siswa dalam dua kelompok besar jigsaw . Pada proses pembelajaran, peserta didik dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompoknya maksimal empat siswa. Pada siklus II,   pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dilakukan pada kelompok kecil yang terdiri empat sampai satu siswa.  Pada proses pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap kelompoknya empat sampai satu siswa.
            Berdasarkan  kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan skema kerangka berpikir tersebut di atas  diduga:  Melalui pembelajaran dengan menerapkan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang  Sudut dan garis bagi siswa kelas VII C  SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019.
 C.       Hipotesis  Tindakan
            Berdasarkan  kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan skema kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :   Melalui  pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw matematika  dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang Sudut dan garis bagi siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019?






















III.             METODOLOGI  PENELITIAN

A.        Setting Penelitian

            Setting penelitian adalah suatu rancangan tentang pelaksanaan dari  kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini, setting penelitian yang akan diuraikan meliputi dua hal yaitu setting tentang waktu yang akan digunakan dalam proses penelitian dan setting tentang tempat dimana penelitian ini dilaksanakan.
      1.   Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan  selama tiga bulan berturut-turut padatengah semester genap tahun 2019.  Pelaksanaan penyusunan  rencana proposal penelitian dilakukan pada bulan kesatu yaitu bulan Januari. Pada bulan kedua dan keempat yaitu bulan   Februari   sampai dengan bulan Maret minggu ke-3 digunakan untuk persiapan penelitian dan pelaksanaan  penyusunan  instrumen penelitian serta pengumpulan data siklus Idan II. Pembahasan dan analisis data hasil penelitian dilakukan pada minggu kedua sampai minggu keempat bulan Maret.  Bulan Maret atau bulan ketiga dan sekaligus bulan terakhir  digunakan untuk menyusun laporan hasil penelitian.  Tindakan penelitian   dilakukan pada awal dan akhir bulan Maret, sebelum penilaian tengah semester kelas VII  pada semester genap tahun 2019. Sesuai Surat Keputusan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kutasari   Nomor  / / 2019  tanggal   Desmber  2019  tentang pembagian tugas mengajar guru pada tengah  semester genap tahun 2019  peneliti diberi tugas mengajar matematika kelas VII C. Untuk memperjelas setting waktu yang digunakan dalam penelitian ini, keterangan seperti tersebut di atas, dapat disajikan dalam bentuk tabel 1 sebagai berikut:



Tabel  1
SETTING WAKTU PENELITIAN
No
Uraian Kegiatan
Bulan
Jan
Feb
 Mar



1
2

3



4

5
Menyusun rencana proposal penelitian
Persiapan penelitian dan penyusunan instrument penelitian
Pengumpulan data/melakukan tindakan
a.  Siklus I
b.  Siklus II
Pembahasan dan analisis data hasil penelitian
Menyusun laporan penelitian
X

X









X
X
X
X
X



     
2.   Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan  di SMP Negeri 2 Kutasari Kabupaten Purbalingga. Tempat penelitian dipilih di SMP Negeri 2 Kutasari  karena  sesuai  dengan tempat tugas mengajar dari  peneliti. Peneliti tidak akan meneliti  seluruh siswa tetapi hanya mengambil kelas VII C. Selain itu pengambilan subjek penelitian di kelas VII C dilakukan peneliti karena untuk memudahkan  penelitian,  pengamatan maupun dalam pengambilan data.

B.  Subjek Penelitian
            Subjek  dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Kutasari pada tengah semester genap tahun pelajaran 2018/2019.  Kelas VII C  dipilih oleh peneliti sebagai subjek dalam penelitian ini karena kelas VII C merupakan bagian dari salah satu kelas VII diantara tujuh kelas lainnya.  Selain itu kelas VII C merupakan salah satu kelas yang nilai rata-rata ulangan hariannya rendah.
            Kelas VII C berjumlah   32 peserta didik  yang terdiri dari  16 peserta didik laki-laki dan  16 peserta didik perempuan. Dari keseluruhan jumlah siswa kelas VII C sebagian besar orang tuanya  kurang mampu. Menurut data dari guru bimbingan dan konseling maupun wali kelas VII C  sebagian besar orang tua siswa tingkat kepedulian terhadap pendidikan anaknya masih kurang. 

C.         Sumber Data

            Sumber data dalam suatu penelitian terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.  Sumber data  primer adalah data yang diambil dari subjek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang berasal bukan dari subjek penelitian.
            Dalam penelitian ini  menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data  primer  yang  dikumpulkan dalam penelitian ini  diambil dari   hasil  belajar  siswa   yang  berupa  nilai  dari  tes yang telah dikerjakanpeserta didik.  Dalam hal ini tes diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan tindakan untuk memperoleh nilai ulangan harian yang merupakan hasil belajar siswa.  Data sekunder diambil dari hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat ketika proses tindakan berlangsung.

D.        Teknik dan Alat Pengumpulan Data

      1.   Tenik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data hasil penelitian setelah dilaksanakannya suatu tindakan. Teknik pengumpulan data ada dua macam yaitu teknik tes dan teknik non tes.


a).  Teknik Tes
Pengumpulan data melalui teknik tes adalah teknik pengumpulan data hasil penelitian dengan cara memberikan suatu soal atau petunjuk yang harus selesaikan atau dikerjakan oleh subjek penelitian. Sehingga bentuk tes yang dapat digunakan antara lain tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
            b).  Teknik Non Tes
Pengumpulan data melalui teknik non tes adalah teknik data hasil penelitian didapat tidak melalui tes. Bentuk non tes dapat berupa wawancara, pengamatan, chek list.
Teknik  pengumpulan  data  yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes.  Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini  berbentuk pilihan ganda. Bentuk soal esay, pilihan ganda atau objektif tes dipilih oleh peneliti karena memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan dari soal tes berbentuk pilihan ganda karena dapat mencakup semua indikator ketercapaian kompetensi peserta didik yang telah digariskan. Selain itu soal pilihan ganda dapat dikoreksi dengan cepat dan hasilnya tidak dipengaruhi oleh korektor. Teknik  tes ini digunakan untuk mengumpulkan  data kemajuan hasil belajar siswa  setelah adanya tindakan. Teknik non tes dalam penelitian ini menggunakan observasi atau pengamatan.
      2.   Alat Pengumpulan Data
Selaras dengan teknik pengumpulan data yang dipergunakan, maka alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  butir soal tes dan lembar observasi atau pengamatan.  Penyusunan butir soal tes dilakukan oleh peneliti sendiri. Agar butir soal dapat mengukur kompetensi peserta didik sesuai dengan yang diharapkan maka sebelum menyusun butir soal disusun kisi-kisi soal. Sebelum menyusun kisi-kisi soal yang dilakukan peneliti  adalah menentukan  kompetensi dasar, indikator, jumlah soal setiap indikator dan  bentuk soal. Setelah rangkaian kegiatan sebelum menyusun kisi-kisi selesai maka peneliti baru menyusun soal, nomor soal, kunci jawaban dan norma penilaian. Dalam penelitian ini alat pengumpulan data berupa butir soal tes. Butir soal tes digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam mengukur hasil belajar matematika setelah dilakukan tindakan. Sedangkan lembar observasi atau pengamatan digunakan sebagai alat pengumpulan data berupa proses pembelajaran  selama dilakukan tindakan.

E.        Validasi Data

            Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang berupa hasil tes maka validasi data berupa validasi butir soal.     Validasi butir soal tes dalam penelitian ini berupa penyusunan kisi-kisi butir soal sebelum  instrumen atau butir soal tes tersebut disusun.  Penyusunan kisi-kisi soal mutlak diperlukan  sebelum  menyusun butir soal. Dengan  kisi-kisi butir soal maka materi yang yang akan dibuat butir soal. Selain itu indikator pencapaian kompetensi dasar  menjadi jelas. Dengan demikian butir soal yang disusun mengacu pada kisi-kisi butir soal diharapkan  akan menjadi instrumen atau alat pengumpulan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

F.         Analisis Data

            Metode dan jenis data yang dikumpulkan merupakan acuan untuk menganalisis data hasil penelitian.  Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.  Analisis data primer yaitu analisis hasil belajar matematika tentang menghitung sudut dan garis. Hasil belajar matematika tentang menghitung sudut dan garis dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai data awal dan data antar siklus. Data sekunder dianalisis dengan deskriptif komparatif antar siklus.


G.  Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.  Tindakan ini dilakukan  pada tiap-tiap siklus. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari  :   Perencanaan (Planning), Pelaksanaan Tindakan (Acting),  Pengamatan  (Observing ) dan Refleksi  (Reflecting).
      1.   Prosedur Penelitian Siklus I
Pada siklus I,  pembelajaran interaktif dengan menggunakan metode Jigsaw diberikan pada kelompok besar. Dalam pembelajaran ini siswa dikelompokkan menjadi delapan  kelompok besar yang masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa. Langkah-langkah dalam siklus  I  adalah sebagai berikut :
                  a).     Perencanaan (Planning)
Kegiatan   yang   dilakukan   dalam   perencanaan  (planning)  ini  adalah  (1).  Penyusunan  rencana  pelaksanaan  pembelajaran  (RPP).                    (2).  Mempersiapkan   instrumen  pengumpulan data berupa butir soal tes. (3). Mempersiapkan  instrumen pengumpulan data yang berupa lembar observasi atau lembar pengamatan.
                  b).     Pelaksanaan Tindakan (Acting)   
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan, antara lain :  (1).      Dengan alat bantu berupa , lingkungan  serta alat-alat laboratorium matematika yang dibutuhkan, guru melaksanakan pembelajaran interaktif dengan  menggunakan  metode Jigsaw  pada  kelompok  besar.          (2). Melaksanakan tahapan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
                  c).     Pengamatan  (Observing)
Tindakan pada tahap pengamatan atau observing  adalah: (1).  Melalui lembar pengamatan atau lembar observasi melakukan pengamatan tentang jalannya proses  pembelajaran  dari  awal  sampai  akhir  pada  setiap  pertemuan.    (2). Mengoreksi  lembar  jawab  yang  dikerjakan  siswa  pada  akhir tindakan. (3). Mengamati kemajuan belajar peserta didik ditilik dari hasil belajar matematika. (4). Mendokumentasikan hasil belajar matematika yang diperoleh pada akhir tindakan.
                  d).     Refleksi  (Reflecting)
Tindakan pada siklus I direfleksi setelah seluruh rangkaian tindakan siklus I selesai dilakukan. Refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui  sejauh  mana  efektivitas  pelaksanaan tindakan.  Kekurangan dan kelebihan yang timbul  pada pelaksanaan siklus I tersebut,  dipergunakan sebagai bahan pertimbangan  dalam menentukan tindakan pada siklus  berikutnya.
Dua hal yang direfleksi dalam penelitian ini meliputi hasil belajar matematika setelah diberi tindakan dan proses pembelajarannya.  Berdasarkan rekapitulasi hasil belajar, direfleksi tentang kemajuan belajar siswa.  Dari proses pembelajaran, direfleksi tentang  efektivitas penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw. Keaktivan dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran direfleksi berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat.
2.   Prosedur Penelitian Siklus II
Pada  siklus II,  penerapan pembelajaran interaktif  dengan menggunakan metode Jigsaw dilaksanakan pada kelompok kecil  dengan jumlah anggota setiap kelompok dua orang. Langkah-langkah dalam siklus  II  adalah sebagai berikut :
                  a).     Perencanaan (Planning)
Kegiatan   yang   dilakukan   dalam   perencanaan  (planning)  ini  adalah  (1).  Penyusunan  rencana  pelaksanaan  pembelajaran  (RPP).                    (2).  Mempersiapkan   instrumen  pengumpulan data berupa butir soal tes. (3). Mempersiapkan  instrumen pengumpulan data yang berupa lembar observasi atau lembar pengamatan.
                 
                b).       Pelaksanaan Tindakan (Acting)   
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan, antara lain :  (1).    Dengan alat bantu berupa lingkungan , serta alat-alat laboratorium matematika yang dibutuhkan, guru melaksanakan pembelajaran interaktif dengan  menggunakan  Jigsaw  matematika  pada  kelompok  kecil.          (2). Melaksanakan tahapan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.
                 
                 c).      Pengamatan  (Observing)
Tindakan pada tahap pengamatan atau observing  adalah: (1). Melalui lembar pengamatan atau lembar observasi melakukan pengamatan tentang jalannya proses  pembelajaran  dari  awal  sampai  akhir  pada  setiap  pertemuan.    (2). Mengoreksi  lembar  jawab  yang  dikerjakan  siswa pada  akhir tindakan. (3). Mengamati kemajuan belajar siswa ditilik dari hasil belajar matematika. (4). Mendokumentasikan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa pada akhir tindakan.

                  d).     Refleksi  (Reflecting)
Tindakan pada siklus II direfleksi setelah seluruh rangkaian tindakan siklus II selesai dilakukan. Refleksi pada siklus II bertujuan untuk mengetahui  sejauh  mana  efektivitas  pelaksanaan tindakan.  Kekurangan dan kelebihan yang timbul  pada pelaksanaan siklus II tersebut,  dipergunakan sebagai bahan pertimbangan  dalam menentukan tindakan pada siklus  berikutnya jika masih diperlukan.
Dua hal yang direfleksi dalam penelitian ini meliputi hasil belajar matematika setelah diberi tindakan dan proses pembelajarannya.  Berdasarkan rekapitulasi hasil belajar, direfleksi tentang kemajuan belajar peserta siswa.  Dari proses pembelajaran, direfleksi tentang  efektivitas penerapan pembelajaran dengan menggunakan jigsaw matematika. Keaktivan dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran direfleksi berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat.



















BAB IV
HASIL  TINDAKAN  DAN PEMBAHASAN

 

A.        Deskripsi Kondisi Awal

            Phobia  tentang matematika bahwa matematika merupakan matapelajaran yang sulit dan tidak menarik  berdampak pada rendahnya motivasi belajar yang berimplikasi pada lemahnya hasil belajar matematika. Kelas VII C yang merupakan satu dari tujuh kelas paralel di  SMP Negeri 2 Kutasari pada  awal tengah semester genap tahun ajaran 2018/2019, hasil belajar matematikanya  juga rendah.
  Satu kali ulangan harian,  hasil belajar matematika kelas VII C belum mencapai standar  minimal.  hari Jumat tanggal 7 Februari 201( jam ke- 4 dan 5 diikuti oleh 26 siswa dengan mengambil kompetensi dasar 3.7 menggunakan rasio dan perbandingan. Berdasarkan hasil ulangan harian   diperoleh nilai tertinggi 75   dicapai 1 siswa, nilai rata-rata 35 dan nilai terendah 15.  Dari hasil ulangan harian  tersebut jumlah siswa yang telah mencapai  kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak  1 siswa atau 3 persen, sedangkan jumlah peserta didik yang belum mencapai KKM  25  peserta didik atau 97 persen. Ulangan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Maret 2019, jam ke 5 dan 6, diikuti oleh 16 siswa, dengan mengambil kompetensi dasar 3.8 menentukan perbandingan senilai dan berbalik nilai. Berdasarkan nilai ulangan harian kedua tersebut diperoleh nilai tertinggi 35, dicapai oleh 1 siswa, rerata nilai   15 dan  nilai terendah 0. Dari hasil ulangan kedua tersebut diperoleh siwa yang telah mencapai KKM 0 siswa atau 0 persen, siswa yang belum mencapai KKM 16 siswa atau 100 persen. Berdasarkan  hasil  dua ulangan harian   tersebut  ternyata masih banyak sekali peserta didik yang hasil belajar matematikanya belum memenuhi KKM.
            Data selengkapnya mengenai  rekapitulasi  hasil kedua ulangan harian,  yang dilaksanakan sebelum dilakukan tindakan kelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2
REKAPITULASI  NILAI ULANGAN HARIAN
SEBELUM TINDAKAN KELAS
NO
URAIAN
ULANGAN HARIAN   I
ULANGAN
HARIAN   II
1
Nilai tertinggi
75
35
2
Nilai rata-rata
35
15
3
Nilai terendah
15
0
4
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM
1
0
5
Persentase siswa yang telah mencapai KKM
3,8
0
6
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM
96,2
100
7
Persentase siswa yang belum mencapai KKM
39,71
65,62
Dari tabel rekapitulasi nilai ulangan harian sebelum tindakan di atas,  nilai tertinggi 100 terjadi pada ulangan harian pertama . Nilai terendah sebesar 60 terjadi pada ulangan harian pertama.  Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM paling banyak terjadi pada ulangan harian pertama  sejumlah  12 siswa atau  persen. Dari tabel rekapitulasi nilai ulangan harian sebelum tindakan di atas,  nilai tertinggi 80 terjadi pada ulangan harian kedua . Nilai terendah sebesar 60  terjadi pada ulangan harian kedua.  Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM paling banyak terjadi pada ulangan harian kedua  sejumlah  21 siswa atau 65,62  persen .
             

B.  Deskripsi  Hasil  Siklus  I 
      1.   Perencanaan Tindakan
Tindakan pada tahap siklus I direncanakan selama 5 jam pelajaran dengan  3 kali tatap muka. Setiap tatap muka alokasi waktunya 1 jam pelajaran   selama  1 x 40 menit dan 2 jam pelajaran selama 2x 40 menit. Setiap kali tatap muka  proses pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu apersepsi atau pendahuluan,  kegiatan inti, dan penutup. Alokasi waktu untuk, apersepsi atau pendahuluan 10 menit,  kegiatan inti 20 menit atau 60 menit dan penutup alokasi waktunya 10 menit.
Tahap apersepsi atau pendahuluan bertujuan memotivasi siswa untuk memperhatikan dan fokus pada materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kegiatan apersepsi antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar kompetensi  yang harus dikuasai oleh siswa, menyampaikan pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, dan  membahas tugas yang telah dikerjakan siswa di rumah.
Kegiatan  inti   adalah   kegiatan   pokok   yang   dilakukan  dalam  pembelajaran.  Dalam  setiap tatap muka pada siklus  I  kegiatan intinya adalah sebagai berikut :
            a.      Siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok dengan jumlah anggota kelompok masing-masing empat orang dengan anggota yang heterogen dari segi kemampuan, dari delapan kelompok tersebut dibagi lagi dalam tiga bagian yaitu kelompok asal 1, kelompok ahli 2 dan kelompok asal3.
                             b.           Melalui tanya jawab dan demonstrasi matematika yang berisi program  tutorial,  guru menjelaskan materi pembelajaran tentang  seitiga dengan metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang melibatkan peran aktif  siswa secara kelompok maupun individual.
                     c.            Melalui tahapan metode jigsaw matematika yang berisi program bentuk penemuan (discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa.
                     d.            Secara berkelompok, siswa berdiskusi  menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal.
e.      Pembahasan hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap kelompok.
f.      Dengan bimbingan guru, dan melalui jigsaw program  tutorial,  program bentuk penemuan (discovery) dengan cara trial and error siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi siswa.
Tahap ketiga atau terakhir adalah penutup. Tahap ini  merupakan kegiatan yang dilakukan  untuk mengakhiri satu kegiatan tatap muka. Kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup antara lain refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari,  memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
      2.   Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I, merupakan realisasi dari perencanaan tindakan yang telah disusun sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.  Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran,  kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tatap muka  antara  lain:  apersepsi, kegiatan inti, dan penutup. 
Tahap apersepsi atau pendahuluan dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit. Kegiatan apersepsi antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar kompetensi  yang harus dikuasai oleh siswa, menyampaikan pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, membahas tugas yang dikerjakan siswa di rumah dan membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas delapan kelompok siswa dan dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3, yang ditentukan berdasarkan nilai ulangan yang lalu.
Kegiatan inti  dalam  setiap tatap muka pada siklus I  ini berlangsung selama kurang lebih 20 atau 60 menit. Adapun urutan kegiatannya adalah sebagai berikut :
                            a.            Siswa dikelompokkan menjadi lima kelompok kecil yaitu I, II, III, IV, dan VIII.  Karena jumlah siswa dalam kelas VII C 32 siswa, maka masing-masing beranggotakan empat orang siswa, setelah itu dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3 .
                     b.            Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program  tutorial,  guru menjelaskan materi pembelajaran tentang  bangun sudut dan garis dengan metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang melibatkan peran aktif  siswa secara kelompok maupun individual. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa  mengikuti tutorial interaktif  baik secara individu maupun kelompok.
                     c.            Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program bentuk penemuan (discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa  mengikuti alur interaktif  secara kelompok untuk menemukan solusi dari pemecahan masalah.
                     d.            Setelah siswa mengikuti serangkaian tutorial dan latihan pemecahan masalah menggunakan metode jigsaw matematika, secara berkelompok siswa berdiskusi  menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal .
e.      Pembahasan hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap kelompok, setelah kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3, kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan hasil diskusinya dalam tim ahli 2.
                     f. Dengan cara trial and error dan bimbingan guru, siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi siswa.
Penutup merupakan tahapan terakhir untuk mengakhiri satu kegiatan tatap muka. Pada tahap ini alokasi waktu yang digunakan selama 10 menit.  Kegiatan yang dilakukan  antara lain refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan,  bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari,  memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
Pada tahap pelaksanaan tindakan, selain  pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran, juga dilaksanakan observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Sedangkan yang diobservasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun guru selama tindakan penelitian berlangsung dari tahap apersepsi atau pendahuluan, tahap kegiatan inti, maupun penutup.
      3.   Hasil Observasi
Hasil observasi selama proses tindakan pada siklus I ini meliputi  dua hal yaitu proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu deskripsi hasil observasi pada siklus I juga terdiri dari dua hal yaitu deskripsi hasil pengamatan berlangsungnya proses pembelajaran dan deskripsi hasil pembelajaran yang berupa nilai matematika tentang Segitiga.
            a.    Proses Pembelajaran
Setiap tahapan kegiatan pembelajaran  berlangsung dari tahap pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan penutup,  mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan yang terakhir,  semua siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan pendahuluan menuju lagu-latadik matematika. Ketika sampai pada latihan soal untuk didiskusikan terjadi  diskusi aktif  antar anggota kelompok, walaupun masih terlihat ada anggota kelompok yang masih agak pasif.
            b.    Hasil Belajar
Pada akhir siklus I dilakukan pengambilan data hasil belajar matematika siswa. Dari 32 siswa kelas VII C, yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM  sebanyak 22  siswa atau sebesar 100   persen, absen 10. Jumlah siswa yang belum lulus atau belum memenuhi KKM sebanyak 0  siswa atau sebesar   0 persen.  Dari data hasil belajar matematika,  nilai tertingginya 100 diraih 1 siswa,  nilai  terendah 75 sedangkan nilai  rata-rata kelas sebesar 83 .  Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa dapat  dilihat  pada tabel  3  berikut.

Tabel  3
HASIL BELAJAR MATEMATIKA  PADA SIKLUS  I

NO
NILAI
FREKUENSI
PERSENTASE
1
90  - 100
1
4,5
2
80  -  89
20
91
3
70  - 79
1
4,5
4
60  - 69
0
0

JUMLAH
22
100
           

Berdasarkan  tabel  di atas perolehan nilai dikelompokkan menjadi empat kelompok rentang nilai dengan interval setiap rentangnya sama. Empat rentang nilai tersebut adalah 90 - 100 , 80 - 89  , 70 - 79  dan  60 - 69.   Banyaknya siswa yang memperoleh  nilai 90 sampai dengan 100 sebanyak  0 siswa  dari jumlah keseluruhan 30  siswa atau sebesar  0 persen.  Siswa yang mendapatkan nilai  80  sampai dengan 89  sebanyak 29 anak atau sebesar  96,67 persen. Siswa yang mendapatkan nilai   70 sampai dengan 79  sebanyak 1 anak atau sebesar  6,33 persen. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60  sampai dengan  69 sebanyak 0  siswa atau sebesar  0  persen.
Berdasarkan  tabel 3 dan uraian di atas  data hasil belajar matematika pada siklus I  dapat dilihat  dari sajian  histogram berikut ini.




Gambar   2
HISTOGRAM HASIL BELAJAR MATEMATIKA SIKLUS I


      4.   Refleksi
Refleksi pada siklus I ini meliputi dua jenis yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.
            a.    Proses pembelajaran
Pada tatap muka yang pertama, ketika guru memulai pelajaran yaitu pada tahap apersepsi semua siswa memperhatikan penjelasan guru. Antusiasme siswa ini dikarenakan siswa banyak yang penasaran dan ingin tahu peralatan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Ketika guru mulai menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan laksanakan,  semua siswa juga memperhatikan secara serius.
Pada saat mulai pada pembagian kelompok sebagian besar siswa mulai agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Siswa agak ramai dikarenakan penasaran dengan siapa saja anggota kelompoknya. Pada pertemuan tatap muka kedua, tahap apersepsi berjalan lancar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran berlangsung seperti tatap muka sebelumnya.
Ketika mulai kegiatan inti pada tatap muka pertama keadaan kelas gaduh dan siswa berlalu lalang menggeser meja dan kursi. Pengaturan tempat duduk kelompok siswa sedikit gaduh karena baru pertama kali.  Setelah setiap  kelompok baik ahli 2 wakil dari masing-masing keahlian, siap semua, guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan jigsaw matematika diselingi metode tanya jawab dilanjutkan dengan diskusi.
Pada pertemuan kedua kegiatan inti berjalan sesuai rencana. Setiap tahapan kegiatan pembelajaran  dari pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan penutup  semua kelompok terjadi peningkatan semangat belajar dan diskusi aktif  antar anggota kelompok, walaupun masih ada yang pasif dalam mengikuti proses diskusi dan masih kelihatan bingung.
Nilai karakter yang dikembangkan dalam siklus I adalah ketaqwaan yaitu tampak pada awal pelajaran dan akhir pelajaran selalu dimulai dengan berdo’a. Nilai yang lain adalah kerja sama, disiplin, tanggung jawab dan demokrasi, tampak dalam kerja kelompok besar, yaitu kelompok ahli 2, yang berasal dari perwakilan kelompok kecil asal 1. Nilai percaya diri ditampilkan dalam tindakan simulasi oleh siswa yang mendapat tugas maju ke depan kelas.
            b.    Hasil Belajar
Berdasarkan hasil ulangan harian setelah diberikan tindakan pada siklus I, jumlah siswa yang dinyatakan lulus  memenuhi KKM sebanyak 22  siswa atau sebesar 100   persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau belum memenuhi KKM sebanyak 0 siswa atau sebesar 0   persen.  Hasil belajar matematika siswa  ini nilai tertingginya 100  diraih 1 siswa.  Nilai  terendah 75  didapat oleh 1 siswa, sedangkan nilai rata-rata kelasnya sebesar 83 .  Dari hasil belajar pada siklus I ini berarti telah terjadi peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pembelajaran sebelum  penggunaan metode jigsaw matematika dan terjadi peningkatan jumlah siswa yang nilainya telah mencapai KKM.
Berdasarkan uraian refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel  4
REFLEKSI  SIKLUS  I
No
Uraian
Kondisi Awal
Siklus 1
Refleksi
01
Tindakan
Dalam pembelajaran matematika belum menggunakan metode jigsaw matematika
Dalam pembelajaran matematika sudah menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8, masig-masing disebut kelompok asal1, ahli 2, dan asal 3.
Terdapat perubahan dari pembelajaran tanpa menggunakan metode jigsaw matematika menjadi pembelajaran dengan menggunakan menggunakan metode jigsaw matematika
02
Proses pembelajaran
Masih banyak siswa yang pasif, masih ada siswa yang mengantuk, motivasi dan antusiasme  siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah

Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama masih gaduh, siswa berlalu lalang menggeser meja dan kursi.
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar namun masih  terdapat siswa yang pasif.

Terdapat peningkatan motivasi dan antusiasme siswa dalam pembelajaran. Semangat belajar yang tinggi dapat mengurangi siswa yang pasif dalam diskusi. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan tugas dan semangat mengerjakan soal meningkat
03
Hasil Belajar
Ulangan Harian I: Nilai terendah 60.
Nilai Tertinggi 100. Nilai rata-rata . Jumlah siswa yang mencapai KKM   siswa sebesar  persen. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM   siswa sebesar  persen.
. Ulangan Harian II: Nilai terendah .
Nilai Tertinggi . Nilai rata-rata . Jumlah siswa yang mencapai KKM   siswa sebesar  persen. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM   siswa sebesar  persen.
.
Ulangan Harian pada Siklus 1:
Nilai terendah  dicapai  siswa.
Nilai Tertinggi   dicapai  siswa. Nilai rata-rata . Jumlah siswa yang mencapai KKM  siswa sebesar  persen. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM  siswa sebesar  persen.
Deskriptif Komparatif: Nilai terendah yaitu .
Nilai tertinggi tetap .
Nilai rata-rata meningkat dari  menjadi .
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM  siswa atau  persen.
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM  siswa atau  persen.
Refleksi: penggunaan metode jigsaw matematika dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar matematika dan sekaligus meningkatkan  jumlah siswa yang telah mencapai KKM. Karena jumlah siswa yang belum mencapai KKM masih relatif banyak, maka perlu tindakan berikutnya yaitu penggunaan metode jigsaw  matematika pada kelompok kecil yang setiap anggota kelompoknya terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok Geometri 1,2,3, sampai 8, dari masing-masing kelompok dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3, untuk melaksanakan tutor sebaya.




C.  Deskripsi  Hasil  Siklus  II 
      1.   Perencanaan Tindakan
Tindakan pada tahap siklus II direncanakan selama 10 jam pelajaran dengan  6 kali tatap muka. Setiap tatap muka alokasi waktunya 1 jam pelajaran dan 2 jam pelajaran  selama  1x 40 menit dan 2 x 40 menit. Setiap kali tatap muka  proses pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu apersepsi atau pendahuluan,  kegiatan inti, dan penutup. Alokasi waktu untuk, apersepsi atau pendahuluan 10 menit,  kegiatan inti  60  menit dan penutup alokasi waktunya 10 menit.
Tahap apersepsi atau pendahuluan bertujuan memotivasi siswa untuk memperhatikan dan fokus pada materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kegiatan apersepsi antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar kompetensi  yang harus dikuasai oleh siswa, menyampaikan pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, dan  membahas tugas yang telah dikerjakan siswa di rumah.
Kegiatan inti  adalah  kegiatan pokok yang dilakukan dalam pembelajaran.  Dalam   setiap tatap muka pada siklus  II  kegiatan intinya adalah sebagai berikut:
            a.      Siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok dengan jumlah anggota kelompok masing-masing empat orang dengan anggota yang heterogen dari segi kemampuan dengan penamaan 1,2, 3 sampai 8, tiap kelompok dibagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
                            b.            Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program  tutorial,  guru menjelaskan materi pembelajaran dengan metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang melibatkan peran aktif  siswa secara kelompok maupun individual.
                     c.            Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program bentuk penemuan (discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa.
                     d.            Secara berkelompok, siswa berdiskusi  menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal.
e.      Pembahasan hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap kelompok, setelah kelompok ahli kembali ke kelompok asal 3 dan membahas hasil kerja pada kelompok ahli 2 bersama anggota kelompok asal 3.
f.      Dengan bimbingan guru, dan melalui jigsaw program  tutorial,  program bentuk penemuan (discovery) dengan cara trial and error siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi siswa.
Tahap ketiga atau terakhir adalah penutup. Tahap ini  merupakan kegiatan yang dilakukan  untuk mengakhiri satu kegiatan tatap muka. Kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup antara lain refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari,  memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
      2.   Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, merupakan realisasi dari perencanaan tindakan yang telah disusun sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.  Sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran,  kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tatap muka  antara  lain:  apersepsi, kegiatan inti, dan penutup. 
Tahap apersepsi atau pendahuluan dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit. Kegiatan apersepsi antara lain menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan standar kompetensi  yang harus dikuasai oleh siswa, menyampaikan pola kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, mengingatkan materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya, membahas tugas yang dikerjakan siswa di rumah dan membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas empat siswa dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8.
Kegiatan inti  dalam  setiap tatap muka pada siklus II  ini berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Adapun urutan kegiatannya adalah sebagai berikut :
                            a. Siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok yaitu kelompok Geometri I sampai dengan VIII.  Karena jumlah siswa dalam kelas VII H 32 siswa, maka masing-masing beranggotakan empat orang siswa.
                            b. Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program  tutorial,  guru menjelaskan materi pembelajaran segitiga dengan metode tanya jawab, diskusi kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3, maupun demonstrasi yang melibatkan peran aktif  siswa secara kelompok maupun individual. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa  mengikuti tutorial interaktif  baik secara individu maupun kelompok.
                            c. Melalui metode jigsaw matematika yaitu menggunakan format hasil unduhan yang berisi program bentuk penemuan (discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa  mengikuti alur interaktif  secara kelompok untuk menemukan solusi dari pemecahan masalah.
                            d. Setelah siswa mengikuti serangkaian tutorial dan latihan pemecahan masalah melalui metode jigsaw matematika, secara berkelompok siswa berdiskusi  menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal .
e.         Pembahasan hasil diskusi kelompok asal 3 dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap kelompok ahli 2 dan memberikan penilaian atas pekerjaan kelompok ahli 2 lain, dalam kelompok asal 3.
                            f.  Dengan cara trial and error dan bimbingan guru, siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi siswa.
Penutup merupakan tahapan terakhir untuk mengakhiri satu kegiatan tatap muka. Pada tahap ini alokasi waktu yang digunakan selama 10 menit.  Kegiatan yang dilakukan  antara lain refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan,  bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman untuk semua materi yang telah dibahas dan dipelajari,  memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara berkelompok maupun individu.
Pada tahap pelaksanaan tindakan, selain  pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran, juga dilaksanakan observasi. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Sedangkan yang diobservasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun guru selama tindakan penelitian berlangsung dari tahap apersepsi atau pendahuluan, tahap kegiatan inti, maupun penutup. Observasi pelaksanaan tindakan juga dilaksanakan pada saat ulangan yang menggunakan  sebagai penyerta buku bse, karena ulangan yang dilaksanakan adalah close book. Perbedaan pelaksanaan ulangan dengan proses pembelajaran adalah dalam ulangan pekerjaan dilaksanakan secara individual dan waktunya khusus.
      3.   Hasil Observasi
Hasil observasi selama proses tindakan pada siklus II ini meliputi  dua hal yaitu proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu deskripsi hasil observasi pada siklus II juga terdiri dari dua hal yaitu deskripsi hasil pengamatan berlangsungnya proses pembelajaran dan deskripsi hasil pembelajaran yang berupa nilai matematika tentang luas dan volume bangun ruang.
            a.    Proses Pembelajaran
Setiap tahapan kegiatan pembelajaran  berlangsung dari tahap pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan penutup,  mulai pertemuan pertama sampai dengan pertemuan yang terakhir,  semua siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan lagu-latadik matematika. Ketika sampai pada latihan soal untuk didiskusikan, terjadi  diskusi aktif  antar anggota kelompok. Diskusi antar anggota dalam satu kelompok terlihat lebih hidup dan lebih serius dan tidak ada anggota kelompok yang pasif. Semua anggota kelompok terlibat aktif dalam diskusi dan keberanian mengemukakan pendapatnya lebih baik.
            b.    Hasil Belajar
Pada akhir siklus II dilakukan pengambilan data hasil belajar matematika siswa. Dari 32 siswa kelas VII C, yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM  sebanyak  27 siswa atau sebesar  84,9 persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau belum memenuhi KKM sebanyak  5  siswa atau sebesar  15,1 persen.  Dari data hasil belajar matematika,  nilai tertingginya 100 diraih 10 siswa,  nilai  terendah 40 dicapai 5 siswa sedangkan nilai  rata-rata kelas sebesar  78.  Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa dapat  dilihat  pada tabel  5 berikut.



Tabel  5
HASIL BELAJAR MATEMATIKA  PADA SIKLUS  II
NO
NILAI
FREKUENSI
PERSENTASE
1
90 – 100
10
31,25
2
80    -    89
0
0
3
70   -   79
12
37,50
4
60  -  69
10
31,25

JUMLAH
32
100
           

Berdasarkan  tabel  di atas perolehan nilai dikelompokkan menjadi tiga kelompok rentang nilai dengan interval setiap rentangnya sama. Tiga rentang nilai tersebut adalah 70 - 79    , 80  -  89  dan 90-100.   Banyaknya siswa yang memperoleh  nilai  70 sampai dengan 70 sebanyak 8 siswa  dari jumlah keseluruhan 32  siswa atau sebesar 25 persen.  Siswa yang mendapatkan nilai  80 sampai dengan 89  sebanyak 8 anak atau sebesar 25 persen.. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 90 sampai dengan 100 sebanyak  16 siswa atau sebesar 50 persen.



Berdasarkan  tabel 5 dan uraian di atas,  data hasil belajar matematika pada siklus II dapat dilihat  dari sajian  histogram berikut ini.


Gambar   3
HISTOGRAM HASIL BELAJAR MATEMATIKA SIKLUS II



      4.   Refleksi
Refleksi pada siklus II ini meliputi dua jenis yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.
            a.    Proses pembelajaran
Pada tatap muka yang pertama, ketika guru memulai pelajaran yaitu pada tahap apersepsi semua siswa memperhatikan penjelasan guru. Antusiasme siswa ini dikarenakan siswa banyak yang penasaran dan ingin tahu kegiatan pembelajarannya seperti apa. Ketika guru mulai menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan laksanakan,  semua siswa juga memperhatikan secara serius.
Pada saat mulai pada pembagian kelompok sebagian besar siswa mulai agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Siswa agak ramai dikarenakan penasaran dengan siapa saja anggota kelompok yang baru. Pada pertemuan tatap muka tersebut, tahap apersepsi berjalan lancar. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran berlangsung seperti tatap muka yang sudah direncanakan dalam case studi atau rencana pelaksanaan pembelajaran..
Ketika mulai kegiatan inti pada tatap muka keadaan kelas tidak gaduh dan siswa hanya menggeser meja dan kursi. Meja yang sebelumnya tertata untuk dua siswa, kemudian dijajarkan jadi satu untuk tempat diskusi. Setelah setiap kelompok siap semua, guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika diselingi metode tanya jawab dilanjutkan dengan diskusi serta tutor sebaya.
Pada siklus kedua siswa mengikuti serangkaian pembelajaran dari pembukaan, kegiatan inti, sampai dengan penutup dengan lebih menampilkan bentuk diskusi kelompok dan kerja sama antar kelompok yang baik serta telah memperlihatkan adanya tutor sebaya di dalam kelompok masing-masing maupun antar kelompok, yaitu menerangkan bagaimana model pembuktian teorema pythagoras dipilih dan disusun. Dibandingkan dengan siklus I  terjadi peningkatan semangat belajar dan diskusi aktif  antar anggota kelompok. Dalam proses diskusi semua siswa terlibat aktif dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
Nilai karakter yang dikembangkan dalam siklus I adalah ketaqwaan yaitu tampak pada awal pelajaran dan akhir pelajaran selalu dimulai dengan berdo’a. Nilai yang lain adalah kerja sama, disiplin, tanggung jawab dan demokrasi, tampak dalam kerja kelompok besar. Nilai percaya diri ditampilkan dalam tindakan presentasi yaitu menempel hasil kerja di media tempel dan memberikan penilaian oleh siswa yang mendapat tugas maju ke depan kelas. Nilai karakter bersungguh-sungguh mulai tampil pada siklus II ini.

            b.    Hasil Belajar
Berdasarkan hasil ulangan harian setelah diberikan tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM sebanyak  27  siswa atau sebesar 84,9   persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau belum memenuhi KKM sebanyak 5 siswa atau sebesar  15,1 persen.  Hasil belajar matematika siswa  ini nilai tertingginya 100 diraih 10 siswa.  Nilai  terendah  40 didapat oleh  5siswa, sedangkan nilai rata-rata kelasnya sebesar  78.
Dari hasil belajar pada siklus II ini,  jika dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I berarti terjadi  nilai rata-rata dari 83  menjadi 78 .   Jumlah siswa yang nilainya telah mencapai KKM meningkat dari 22 siswa menjadi 27  siswa atau dari 100 persen absen 7 siswa ,menjadi  84,9 persendengan absen 0. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM terjadi penurunan dari 20 siswa menjadi  siswa atau dari 0 persen menjadi 0 persen.
Dari 32 siswa kelas VII C, yang dinyatakan lulus atau memenuhi KKM  sebanyak 32 siswa atau sebesar 84,9  persen. Jumlah siswa yang belum lulus atau belum memenuhi KKM sebanyak  5 siswa atau sebesar 15,1  persen.  Dari data hasil belajar matematika,  nilai tertingginya 100 diraih 1  siswa,  nilai  terendah 40 dicapai  siswa sedangkan nilai  rata-rata kelas sebesar 78 , siswa hadir semua.
Berdasarkan uraian refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel  6
REFLEKSI  SIKLUS  II
No
Uraian
Siklus 1
Siklus 2
Refleksi
01
Tindakan
Dalam pembelajaran matematika  menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8.
Dalam pembelajaran matematika sudah menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari  4 siswa, dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8, selain itu kelompok kecil dibagi menjadi kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3.
Terdapat perubahan dari pembelajaran menggunakan metode jigsaw  matematika pada kelompok kecil, tiap kelompok 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8 , menjadi kelompok kecil, tiap kelompok 4  siswa, dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8 dan pembegian siswa dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal3.


02
Proses pembelajaran
Pembentukan kelompok pada pertemuan  masih belum terihat nyata, siswa mempe rlihatkan seolah-olah kelompok hanya untuk hasil kerja, karena setiap siswa menerima lembar kerja satu-satu
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar namun masih  terdapat siswa yang pasif.

Pembentukan kelompok pada pertemuan  kelihatan nyata , siswa cukup menggeser meja dan kursi yang berjajar untuk dihimpitkan.
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar, semua siswa terlibat aktif dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
Kegiatan mempresentasikan hasil kerja kelompok yang sungguh-sungguh merupakan karakter yang berasal dari kerja sama yang baik, melihat dan menilai hasil kerja kelompok lain juga merupakan karakter menghargai hasil karya orang lain dalam arti siswa sanggup menunjukkan karakter berkasih sayang dalam kegiatan belajar  .
Terdapat peningkatan motivasi dan antusiasme siswa dalam pembelajaran.  Penamaan kelompok yang lebih spesifik pada jenis materi yang dipelajari  , berefek pada meningkatnya semangat belajar yang tinggi dan dapat meningkatkan keaktivan siswa sekaligus tidak memberikan kesempatan siswa untuk pasif. Kreativitas dalam mengemukakan pendapat,  dalam menyelesaikan tugas dan semangat mengerjakan soal meningkat, tetapi siswa mengalami pengalaman baru yaitu menyatakan penilaian kepada pekerjaan kelompok lain, dalam hal ini merupakan tutor sebaya.

03
Hasil Belajar
Ulangan Harian pada Siklus I:
Nilai terendah  70 dicapai  1 siswa.
Nilai Tertinggi  100 dicapai  1 siswa. Nilai rata-rata 80. Jumlah siswa yang mencapai KKM  30 siswa sebesar  100 persen . Jumlah siswa yang belum mencapai KKM  0 siswa sebesar  0 persen.
Ulangan Harian pada Siklus II:
Nilai terendah 70 dicapai 8  siswa.
Nilai Tertinggi  100 dicapai   10 siswa. Nilai rata-rata 83 . Jumlah siswa yang mencapai KKM  32 siswa sebesar   100 persen. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM  0 siswa sebesar  0 persen.
Deskriptif Komparatif: Nilai terendah tetap yaitu 70  , namun jumlah siswa yang mendapatkan nilai terendah meningkat  dari  1 siswa   menjadi 8 siswa.
Nilai tertinggi berubah, dari 80 menjadi 100 , namun jumlah siswa yang mendapatkan nilai  lebih  turun dari   29 siswa  menjadi  24 siswa.
Nilai rata-rata naik dari  80 menjadi 83 .
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM meningkat dari 30 siswa menjadi  32 siswa atau dari 100 persen menjadi  persen.
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM menurun dari  0 siswa menjadi   0 siswa atau 0 persen menjadi 0 persen.
Refleksi: penggunaan metode jigsaw  matematika  dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar matematika dan sekaligus tidak meningkatkan  jumlah siswa yang tidak mencapai KKM.

D.  Pembahasan Tiap Siklus dan antar Siklus
      1.   Perencanaan Tindakan
Untuk mengetahui lebih jelas perbandingan maupun perbedaan perencanaan  tindakan yang akan dilaksanakan antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel  7 berikut.



Tabel 7
PERENCANAAN TINDAKAN SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO
SIKLUS  I
SIKLUS  II
1
Siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok kecil, tiap kelompok beranggotakan4 siswa dengan nama kelompok I, II, III sampai VIII dan dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
Siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok kecil, tiap kelompok beranggotakan 4 siswa dengan nama kelompok geometri I , II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
2
Tatap muka  dilaksanakan sebanyak satu kali dan satu kali tes
Tatap muka dilaksanakan  sebanyak satu kali dan satu kali tes
3
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sebanyak 1 jam pelajaran dan 2 jam ulangan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sebanyak 1 jam pelajaran dan 2 jam ulangan
4
Pada tahap kegiatan inti, pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3, sampai 8 dan pembagian kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
Pada tahap kegiatan inti pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok geometri1,2,3 sampai 8 . dan pembagian kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3.
5
Pengambilan hasil belajar setelah selesai tatap muka kedua. Dilaksanakan selama dua jam pelajaran pada jam  pelajaran tersendiri
Pengambilan hasil belajar setelah selesai tatap muka kedua. Dilaksanakan selama dua jam pelajaran pada jam pelajaran tersendiri
6
Bentuk soal yang digunakan untuk ulangan harian berbentuk pilihan ganda dengan empat option dan esay  jumlah  soal  15  butir.
Bentuk soal yang digunakan untuk ulangan harian berbentuk  option dan esay jumlah soal 15 butir.

      2.   Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II penekanannya pada  kegiatan inti pembelajaran.  Pada siklus I, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan  menggunakan metode jigsaw matematika yaitu simulasi secara  kelompok besar asal 1, ahli 2, asal 3, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8. Pada siklus II, pembelajaran matematika menggunakan metode jigsaw matematika secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8 . Secara garis besar pelaksanaan tindakan khususnya kegiatan inti dari pertemuan tatap muka hingga penutup adalah sama.  Berikut ini adalah beberapa tahapan yang sama setiap pelaksanaan kegiatan dari pertemuan tatap muka pertama sampai yang terakhir pada siklus I dan siklus II. Kegiatan tersebut meliputi :
                            a.            Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan tahapan tindakan yang dilaksanakan.
                     b.            Melalui metode jigsaw matematika yang berisi program  tutorial,  guru menjelaskan materi pembelajaran dengan metode tanya jawab, diskusi, maupun demonstrasi yang melibatkan peran aktif  siswa secara kelompok maupun individual. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa  mengikuti tutorial interaktif  baik secara individu maupun kelompok.
                     c.            Melalui jigsaw matematika yang berisi program bentuk penemuan (discovery), guru menyajikan informasi dan pengetahuan dengan latihan pemecahan soal dan juga menyajikan masalah yang harus dipecahkan siswa. Pada kegiatan ini secara bertahap siswa  mengikuti alur interaktif  secara kelompok untuk menemukan solusi dari pemecahan masalah.
                     d.            Setelah siswa mengikuti serangkaian tutorial dan latihan pemecahan masalah menggunakan metode jigsaw matematika, secara berkelompok siswa berdiskusi  menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan latihan soal .
e.      Pembahasan hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi secara bergantian tiap kelompok.
                     f. Dengan cara trial and error dan bimbingan guru, siswa diarahkan untuk menentukan jawaban yang benar dari hasil diskusi siswa.
Adapun yang membedakan pola kegiatan inti antara siklus I dan siklus II adalah menggunakan metode jigsaw matematika pada jumlah anggota kelompok yang sama dan penamaan kelompok yang berbeda.  Pada siklus I siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri atas empat  siswa dengan penamaan kelompok 1,2,3 sampai 8, masuk kelompok besar asal 1, ahli 2 dan asal 3. Pada siklus II siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri atas empat siswa dengan penamaan kelompok geometri 1,2,3 sampai 8, masuk kelompok jigsaw asal 1, ahli 2 dan asal 3.
      3.   Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan pada siklus  I dan  siklus II setiap tatap muka, dari tatap muka pertama sampai tatap muka terakhir. Selengkapnya   data hasil observasi  saat  pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel   8  berikut ini.
Tabel   8
HASIL OBSERVASI SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO
SIKLUS I
SIKLUS II
1
Pada pertemuan tatap muka pertama  saat tahap apersepsi  ketika mulai pada pembagian kelompok besar, siswa agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Pada pertemua tatap muka kedua, tahap apersepsi berjalan lancar.
Pada pertemuan tatap muka pertama  saat tahap apersepsi  ketika mulai pada pembagian kelompok kecil, siswa agak ramai dan saling bertanya antar siswa.
2
Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama masih gaduh, siswa berlalu lalang menggeser meja dan kursi.

Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama tidak begitu gaduh, siswa cukup menggeser meja dan kursi yang berjajar untuk dihimpitkan.
3
Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar namun masih  terdapat siswa yang pasif.

Siswa terlihat tertarik dengan menunjukkan antusiasme yang tinggi pada proses pembelajaran.
Diskusi berjalan lancar, semua siswa terlibat aktif dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
4

Pada akhir kegiatan inti dari pertemuan  pertama sampai dengan pertemuan kedua terjadi peningkatan semangat berdiskusi  aktif antar anggota kelompok dan antar kelompok, walaupun masih ada siswa yang pasif
Pada akhir kegiatan inti dari pertemuan  pertama  terjadi peningkatan semangat berdiskusi  aktif antar anggota kelompok dan antar kelompok. Pada siklus II semua siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan tidak ada lagi siswa yang pasif.
Karakter bertanya dan melihat contoh model e learning yang ada di tempat presentasi yang tersedia menunjukkan karakter kritis dan ingin tahu yang lebih berkembang.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keadaan tersebut tercermin dari kegiatan mengikuti diskusi  aktif antar anggota kelompok dan antar kelompok, yang semula  masih ada siswa yang pasif menjadi semua siswa terlibat aktif berdiskusi.
      4.   Hasil Belajar
Nilai tertinggi, terendah, dan rata-rata hasil belajar matematika  yang diperoleh siswa  setelah  dilaksanakan tindakan dari siklus I dan siklus II dalam penelitian ini dapat  dilihat pada tabel   9  di bawah ini.

Tabel  9
HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIIC
PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
NO
URAIAN
SIKLUS I
SIKLUS II
1
Nilai Tertinggi
100
100
2
Jumlah siswa yang mencapai nilai tertinggi (100)
1
10
3
Nilai Terendah
75
40
4
Jumlah siswa yang mencapai nilai terendah
1
5
5
Nilai Rata - rata
82
78
6
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM


7
Persentase siswa yang telah mencapai KKM
100
84
8
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM
0
15,1
9
Persentase siswa yang belum mencapai KKM
0
0
10
Jumlah siswa yang hadir
27
32

Dari tabel diatas menunjukkan terdapat kenaikan jumlah siswa yang mendapatkan nilai 100  dari 0  siswa menjadi 1 siswa. Jumlah siswa yang mencapai nilai terendah mengalami kenaikan dari 1  siswa menjadi 8 siswa. Nilai Rata – rata naik dari 80 menjadi 83 . Jumlah siswa yang telah mencapai KKM meningkat dari 30 siswa menjadi 32 siswa atau naik dari 100 % menjadi 100 %. Jumlah siswa yang belum mencapai KKM menurun dari 0 siswa menjadi 0 siswa atau turun dari  0%  menjadi  0%.
Berdasarkan uraian dan tabel di atas jika dibandingkan dengan kondisi awal terjadi kenaikan nilai rata-rata hasil belajar matematika yang sekaligus ketuntasan siswa naik.
E.  Hasil  Tindakan
            Ada dua hal penting yang akan diuraikan dan merupakan hasil penelitian ini.  Adapun dua hal penting tersebut meliputi proses yang dilakukan ketika tindakan penelitian  berlangsung dan hasil belajar  matematika  dari siswa setelah diberi tindakan.

      1.   Proses Pembelajaran
Pada kondisi awal, motivasi siswa dalam pembelajaran matematika rendah. Rendahnya motivasi siswa disebabkan guru dalam mengajar belum menerapkan metode, strategi, maupun pendekatan yang bervariatif. Dalam hal ini guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah.         Pada siklus I dan II peneliti  menyusun suatu program  pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I khususnya pada tahap kegiatan inti siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok  dengan satu kelompok terdiri atas empat siswa dan penamaan kelompok dengan nomor 1,2,3 sampai 8, dan untuk kerja secara jigsaw kelompok tersebut dibagi lagi menjadi kelompok asal1, ahli 2 dan asal3 , sedangkan pada siklus II siswa dikelompokkan menjadi delapan kelompok kecil dengan empat sampai tujuh siswa setiap kelompoknya dibagi lagi dalam kelompok asal 1, ahli 2, dan asal 3, dengan memberinama geometri pada setiap kelompok 4, baik masuk kelompok asal 1, ahli 2 , asal 3 asal 4 s.d asal 8. Kegiatan tatap muka pertama sampai terakhir yaitu tatap muka kedua, keaktifan siswa dalam pembelajaran telah muncul. Motivasi siswa untuk mempelajari matematika meningkat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan ketika terlibat dalam diskusi kelompok. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya siswa yang aktif dan tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran.
Berdasarkan  kondisi awal, proses pembelajaran dan  tindakan yang  dilakukan pada siklus I dan siklus II  maka  pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika dapat meningkatkan motivasi dan peran aktif siswa dalam pembelajaran matematika.
      2.   Hasil Belajar
Hasil belajar matematika siswa pada kondisi awal sebelum pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika  masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Hal ini  didasari dari hasil dua kali ulangan harian. Ulangan harian pertama nilai rata-ratanya 35 sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM 31 siswa.
Setelah pada siklus I dilaksanakan program pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika pada kelompok kecil , hasil belajar siswa meningkat akan dan antusiasnya meningkat. Meningkatnya hasil belajar siswa didasari dari hasil ulangan harian yang dilakukan setelah siklus I selesai. Hasil belajar tersebut adalah nilai tertinggi  dicapai  siswa, nilai terendah  dicapai siswa, nilai rata-rata 82 , jumlah siswa yang telah mencapai KKM  ada 22 atau  100 persen, jumlah siswa yang belum mencapai KKM  0 siswa atau sebesar 0 persen, absen 10.
Pada siklus II dilaksanakan program pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika pada kelompok kecil dengan penamaan jenis materi matematika yaitu geometri, hasil belajar siswa lebih meningkat. Meningkatnya hasil belajar siswa didasari dari hasil ulangan harian yang dilakukan setelah siklus II selesai. Hasil belajar tersebut adalah nilai tertinggi 100 dicapai 4 siswa , nilai terendah  40 dicapai 5  siswa, nilai rata-rata 78 , jumlah siswa yang telah mencapai KKM  27 siswa atau  84 %, jumlah siswa yang belum mencapai KKM 5 siswa atau sebesar 0,15 persen.
Berdasarkan  hasil belajar siswa yang selalu meningkat  mulai dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II  maka pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika  dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika tentang sudut dan garis bagi siswa  kelas VII C  SMP  Negeri  2  Kutasari pada tengah   semester  genap tahun  ajaran 2018/2019?.
F. Kendala yang Dihadapi
Berdasarkan teori yang telah disusun, dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika, supaya siswa memiliki pemahaman yang mengkalbu, maka diperlukan langkah siswa yaitu melaksanakan kerja kelompok kecil dengan diperbolehkan mendiskusikan pekerjaan antar kelompok ahli 2 yang sama jenis diskuainya. Pada siklus I, siswa bekerja dengan kelompok kecil dan nama kelompok ditulis dengan angka urut kelompok 1,2,3 sampai dengan kelompok 8 . Pada siklus II, siswa bekerja dengan kelompok kecil dan nama kelompok menggunakan nomor urut .
       Kendala yang ada berasal dari guru, siswa dan sarana prasarana. Dari guru mungkin kurang efektif dan efisien dalam melaksanakan program pembelajaran karena banyak aktivitas lain di luar jam pembelajaran seperti mengikuti pelatihan-pelatihan. Dari siswa mungkin ada program pembelajaran yang relatif baru, seperti adanya moving class. Sarana prasarana yang kurang memadai seperti terbatasnya bahan dan peralatan kerja yang terhitung terbatas jumlahnya sehingga belum  dapat merata di setiap  kelas, khususnya kelas penelitian.
G. Faktor-faktor Pendukung                                                                                            
 Faktor-faktor pendukung yang mendukung pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika ada yang berasal dari guru, siswa dan sarana prasarana. Faktor yang berasal dari guru memberikan peluang untuk memanfaatkan budaya pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika secara lebih cermat lagi khususnya dalam penyusunan program pembelajaran yang baru. Guru telah memperoleh bekal teknologi sebagai hasil budaya yang diperlukan dalam pembelajaran secara memadai. Faktor yang berasal dari siswa memberikan penerimaan yang positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw matematika, tampak dari antusiasnya dalam mengikuti pelajaran. Sarana prasarana yang lengkap yang mudah dijangkau guru dan siswa juga merupakan faktor yang memberikan dukungan positif.
H. Alternatif Pengembangan
Alternatif pengambangan yang dapat dilaksanakan dalam pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika adalah pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya. Siswa yang menjadi model di kelas dalam kelompok kecil khususnya, dan dalam kelompok di kelasnya pada umumnya, bisa memberikan teladan dalam mengikuti rangkaian proses pembelajaran. Keteladanan tersebut dapat dilihat dari segi hasil belajar maupun dari segi karakter yang dimilikinya.
           

 


















BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian pada bab IV di atas yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran menggunakan metode jigsaw matematika    dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika maka dapat disimpulkan, hipotesis yang berbunyi  melalui pembelajaran menggunakan metode jigsaw  dapat  meningkatkan  hasil  belajar matematika tentang sudut dan garis bagi siswa  kelas VII C SMP  Negeri  2  Kutasari  pada tengah semester  genap tahun  ajaran 2018/2019, terbukti.
     

      B.  Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, peneliti merekomendasikan bahwa dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika kelas VII di SMP Negeri 2 Kutasari, perlu diupayakan agar semua siswa aktif  dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu kepada guru matematika khususnya kelas VII agar  menumbuhkembangkan  motivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.  Alternatif  untuk menumbuhkembangkan motivasi siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran adalah tidak cukup hanya melalui pembelajaran menggunakan metode jigsaw, tetapi guru juga harus membiasakan mengadakan moving class, dan kolaborasi dengan rekan sejawat.                  
                        Untuk mengefektifkan kinerja dan peran aktif siswa dalam pembelajaran maka  pada kegiatan inti  dibuat  kelompok  dengan  jumlah  anggota yang relatif kecil misalnya empat sampai lima siswa. Untuk melatih keberanian mengemukakan pendapat dan untuk meningkatkan semangat dan motivasi belajar, maka petugas presentasi hasil kerja kelompok sebaiknya bergantian, antara kelompok asal 1, ahli 2 dan asal 3. 
         Untuk menumbuhkan karakter yang ditentukan dalam rencana pembelajaran, guru harus menampilkan sosok teladan bukan hanya dari pihak guru sendiri akan tetapi yang terpenting adalah dari pihak peserta didik. Sehingga siswa memiliki tutor sebaya dalam memadankan karakter yang harus dimiliki.

C.        SARAN
Saran peneliti sehubungan dengan hasil penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru matematika, dan siswa.
      1.   Kepala Sekolah
Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi serta peran aktif siswa dalam pembelajaran matematika, perlu menekankan kepada guru matematika untuk memanfaatkan budaya pembelajaran terkini. Pemanfaatan salah satu budaya pembelajaran yang dapat digunakan adalah menggunakan metode jigsaw.
Bertalian dengan hal tersebut diharapkan kepala sekolah mempersiapkan guru agar menguasai  budaya pembelajaran sekaligus mempersiapkan sarana prasarana yang memadai baik soft ware maupun hard ware untuk mengimplementasikan teknologi terkini tersebut.

      2.   Guru
Menindaklanjuti hasil penelitian ini, guru matematika diharapkan selalu berupaya untuk  mendesain  pembelajaran yang inovatif dan bervariasi agar hasil belajar siswa dapat optimal. Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, guru matematika hendaknya menggunakan pembelajaran menggunakan metode jigsaw. Guru hendaknya memiliki kolaborasi dengan sejawat agar dapat menggunakan pembelajaran menggunakan metode jigsaw, apabila membutuhkan kenyamanan dalam pembelajaran menggunakan metode jigsaw.      
      3.   Siswa
Hasil belajar matematika dapat optimal jika siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias, aktif dan kreatif. Oleh karena itu agar siswa memperoleh hasil belajar matematika yang memuaskan, siswa harus mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh.












DAFTAR PUSTAKA
AR, Syamsuddin, S. Damaianti,Vismaia.2009.Metodologi PenelitianPendidikan  
              Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ary,Donald,Chester Jacobs,Lucy,R,Asqhar.1985.Introduction To Research    In                Education Third Edition. USA: CBC College Publish   University Press LTd.
Bell, Frederick, H.,1978. Teaching and Learning Mathematics           (In Secondari
           School). USA: WMC. Brown Company.

Chapman, L.R., et.all.© 1976, The Process Of Learning Mathematics.
            Great Britain : Pergamon Press LTd.
Creswel, John W.,.2008. Educational Research. New Jersey: Pearson
            Education.

Clement, John.1982. Algebra Word Problem Solutions Thought Processes
             Underlying A Common Misconseption. USA: NCTM.             

Cathcart, W. George. 1977. The Mathematics Laboratory. NCTM:   Virginia USA

 Depdiknas.   2002.  Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ). Jakarta :  Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen.

-------- .   2003.   Kurikulum 2004 Standar Kompetensi  Matematika SMP/MTs.   Jakarta:   Departemen Pendidikan Nasional.   

-------- .  2005.  Buku 1  Materi Pelatihan Terintegrasi matematika.  Jakarta :  Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Djiwandono Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Grasindo

J. Davis, Philip, hers Reuben. 1981. The Mathematical Experience. Makalah. Boston: houghton mifflin.

Hudoyo Herman.  1988.  Mengajar Belajar Matematika.  Jakarta.  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyana, Rohmat.2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:
            Alfabeta.

Maier, Hermann.2001. Kompedium Didaktik Matematika. Bandung:  
              Remaja  Rosda Karya.

Marsigit.2012. Pedoman Umum dan Khusus Pembelajaran Matematika
             SMP. Yudhistira: Jakarta( Unduhan dari:
             http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/marsigit-dr-ma tgl
            12/3/2012: hlm 1-18)

 NCTM.1992. Mathematics Teacher. USA:NCTM

Shadik, Fajar.2009. Metode-metode Pembelajaran Matematika  
           SMP.Yogyakarta: Depdiknas

Slameto.  2003.  Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.  Jakarta  :  Rineka Cipta

Sudjana Nana.  1989.  Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.  Bandung.  Sinar Baru.

Sumarno, Joko.2009..Meningkatkan Hasil belajar Matematika tentang Kelilingdan
Luas Bangun Segitiga dan segiempat Melalui Pembelajaran dengan
     Menggunakan Animasi Matematika. (PTK) Purbalingga: SMP N 1 Keligondang.


 Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta. Bumi Aksara

 









Lampiran.
1. KERANGKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

JUDUL: Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui kerja Kelompok Terbina
1.      Pendahuluan.
a.      Latar Belakang Masalah
b.      Permasalahan
c.       Pemecahan Masalah
2.      Teori
a.      Motivasi Belajar Matematika
b.      Kelompok Belajar Matematika 
3.      Hipotesis
Kerja Kelompok Terbina dapat meningkatkan Motivasi Belajar Matematika
4.      Rencana Pembuktian Hipotesis
Menggunakan metode : cek list, pemeriksaan buku kerja kelompok, penilaian kelompok, penilaian individu, penilaian siswa sendiri, penilaian siswa dengan siswa lain.
5.      Rencana Penelitian
Waktu : Januari 2019- April 2019
6.      Rencana Instrumen Penelitian
7.      Rencana Pelaporan Hasil Penelitian
Waktu: April 2019
8.      Biaya
9.      Kepustakaan
KBBI  Daring kemendikbud
Buku-buku yang menunjang penulisan baik buku psikologi maupun buku matematika pendidikan.
Kutasari,  Januari 2019
Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMP N 2 Kutasari



Soderi, S.Pd, M.Pd
NIP. 19731212 200312 1005

Guru Matematika




Prich Purwanti, S.Pd
NIP. 197109081998022002








2. Siklus I dan Siklus II
Sekolah             : SMP N 2 Kutasari
Mata Pelajaran: Matematika
Kelas/ Semester: 7/2(dua)
Materi               : Sudut dan Garis
Alokasi Waktu:  4 x 40’ ( 4 Jam Pelajaran/ 2 Pertemuan)
A.    Kompetensi Dasar
3.10 Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
4.10Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal.
B.     Indikator
3.10.1. Mengamati kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk tabelit.
3.10.2. Mengamati cara membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang.
3.10.3. Mangenal satuan sudut yang sering digunakan
3.10.4. Mengamati hubungan antar sudut.
3.10.5. Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.

4.10.1. menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
4.10.2. Melukis sudut-sudut tertentu

C.    Tujuan Pembelajaran
3.10.1. Siswa dapat mengamati kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk tabelit.
3.10.2. Siswa dapat mengamati cara membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang.
3.10.3. Siswa dapat mangenal satuan sudut yang sering digunakan
3.10.4. Siswa dapat mengamati hubungan antar sudut.
3.10.5. Siswa dapat menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.

4.10.1. Siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
4.10.2. Siswa dapat melukis sudut-sudut tertentu


D.    Materi Pembelajaran

·         Kedudukan 2 garis.
·         Cara membegi sudut.
·         Satuan Sudut.
·         Hubungan antar sudut.
·         Sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.
Karakter yang dikembangkan : mandiri dan integritas.
E.     Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode        : Jigsaw
F.     Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama: Siklus I
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Karakter
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan salam
Guru mengajak siswa berdo’a
Guru mengabsen siswa


Guru meminta siswa memberikan contoh sudut dan garis
Guru membicarakan pentingnya mempelajari sudut dan garis, yaitu dengan menanyakan bagaimana cara melempar peluru.
Kegiatan Pendahuluan
Siswa menjawab salam
Siswa berdo’a bersama guru
Siswa memberikan keterangan temannya yang absen
Siswa memberikan contoh sudut dan garis.

Siswa mendengarkan pembicaraan guru dan mencoba membuat pertanyaan.
10’
Religius





Integritas



Nasionalisme
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa membuat kelompok diskusi 4. Disebut kelompok asal.
Guru membagikan lembar kerja dan kertas kerja serta bahan kerja kelompok atau dengan menuliskan di papan tulis tugas kelompok asal dan kelompok ahli.

Guru meminta siswa mulai mengarjakan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk pada lembar kerja siswa yaitu membuat tulisan pada bidang keahliannya di kelompok ahli 1,2,34.


Guru memfasilitasi siswa dengan mempersilakan siswa membuka buku paket hlm 120 s.d. 160.

Guru meminta siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan melanjutkan diskusi di kelompok asal dengan bahan diskusi hasil diskusi kelompok ahli.
Guru meminta wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.


Guru meminta siswa menuliskan refleksi dari tugas yang telah diselesaikan secara berkelompok.


Guru meminta satu atau dua kelompok siswa yang sudah selesai untuk presentasi hasil kerja kelompoknya.


Guru meminta siswa memberikan reward berupa aplous kepada kelompok yang sudah mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Guru meminta siswa secara  kelompok untuk mengerjakan soal tugas kuis kelompok dari buku paket hlm 171-180.

Kegiatan Inti
Siswa membentuk kelompok diskusi 4. Siswa membagi tugas dalam ahli 1,2,3,4.
Siswa mengamati lembar kerja dan menuliskan identitas di kertas kerja kelompok yang ditulis di papan tulis..
Siswa secara berkelompok mengerjakan tugasnya sesuai dengan petunjuk lembar kerja berkelompok yaitu membuat tulisan pada bidang keahliannya di kelompok keahlian 1,2,334.
Siswa menuliskan refleksi dari tugas yang telah dikerjakannya yaitu tentang hal-hal yang sudah difahami dan hal-hal yang belum difahami.

Siswa dari kelompok yang sudah  menyelesaikan tugasnya, kemudian
Siswa kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan hasil dari kelompok ahli.



Siswa mewakili kelompok di kelas mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

Siswa memberikan aplous kepada kelompok yang telah selesai presentasi di depan kelas.

Siswa mengerjakan soal tugas kelompok dari buku paket hlm 171-180.
60’
Gotong royong






Nasionalisme






Mandiri






Integritas





Nasionalisme





Nasionalisme




Mandiri 
Penutup
Guru  membimbing siswa membuat rangkuman dari materi tugas kelompok yaitu membuat literasi sudut dan garis.

Guru memberitahukan tugas untuk pertemuan yang akan datang yaitu mengerjakan tugas jigsaw individual / kelompok berkaitan dengan penerapan sudut dan garis.
Penutup
Siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru tentang materi tugas kelompok yaitu membuat literasi sudut dan garis.
Siswa melakukan persiapan untuk mngerjakan tugas individual/kelompok pada pertemuan yang akan datang.
10’


Pertemuan ke 2. (Siklus II)
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Waktu
Karakter
Kegiatan Pendahuluan
Guru memberikan salam
Guru mengajak siswa berdo’a
Guru mengabsen siswa


Guru meminta siswa memberikan contoh penerapan sudut dan garis.
Guru membicarakan pentingnya sudut dan garis, yaitu dengan menanyakan bagaimana cara orang sampai ke puncak gunung.
Kegiatan Pendahuluan
Siswa menjawab salam
Siswa berdo’a bersama guru
Siswa memberikan keterangan temannya yang absen
Siswa memberikan contoh penerapan sudut dan garis

Siswa mendengarkan pembicaraan guru dan mencoba membuat pertanyaan.
10’
Religius





Integritas



Nasionalisme
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa membuat kelompok diskusi 4. Yaitu kelompok jigsaw asal pertemuan yang lalu.
Guru membagikan lembar kerja dan kertas kerja serta bahan kerja kelompok atau menuliskan tugas riset ke luar kelas..

Guru meminta siswa mulai mengarjakan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk pada lembar kerja siswa yaitu mengerjakan riset di luar kelas di taman kelas.


Guru memfasilitasi siswa dengan membuat tabel format laporan hasil riset yang sudah dikerjakan individu/kelompok.


Guru meminta siswa menuliskan refleksi dari tugas yang telah diselesaikan secara berkelompok.


Guru meminta satu atau dua kelompok siswa yang sudah selesai untuk presentasi hasil kerja kelompoknya.


Guru meminta siswa memberikan reward berupa aplous kepada kelompok yang sudah mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Guru meminta siswa secara  kelompok untuk mengerjakan soal tugas kelompok dari buku paket hlm 171-180.

Kegiatan Inti
Siswa membentuk kelompok diskusi 4. Yaitu jigsaw asal pertemuan yang lalu.
Siswa mengamati lembar kerja dan menuliskan identitas di kertas kerja individu/kelompok.
Siswa secara berkelompok mengerjakan tugasnya sesuai dengan petunjuk lembar kerja berkelompok yaitu melakukan riset di luar kelas dan mencatat hasil riset di buku individu/kelompok.




Siswa membuat tabel sesuai fasilitas tabel yang diberikan guru, pada lembar kerjanya, untuk melaporkanyang data hasil riset individu/ kelompoknya tersebut.
Siswa menuliskan refleksi dari tugas yang telah dikerjakannya yaitu tentang hal-hal yang berkaitan dengan penerapan sudut dan garis dan hal-hal yang berkaitan dengan dus gari sejajar dipotong oleh garis transversal.



Siswa dari kelompok yang sudah  menyelesaikan tugasnya, kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
Siswa memberikan aplous kepada kelompok yang telah selesai presentasi di depan kelas.

Siswa mengerjakan soal tugas kelompok dari buku paket hlm 171-180.
60’
Gotong royong






Nasionalisme






Mandiri






Integritas





Nasionalisme





Nasionalisme




Mandiri 
Penutup

Guru memberitahukan tugas untuk pertemuan yang akan datang yaitu mengerjakan tugas individual berkaitan dengan membuat ornamen ubin desain sudut dan garis.
Penutup
Siswa melakukan persiapan untuk mngerjakan tugas individual pada pertemuan yang akan datang berkaitan dengan membuat ornamen ubin berwarna desain sudut dan garis..
10’










Soal siklus I
Kelas : 7C
Waktu : 15’
A.    Pilihlah jawaban yang benar.
1.      Perhatikan gambar berikut.
                                                                                                      
                            A             B           C          D             E
Banyak sinar garis dan ruas garis yang dapat dibuat dari gambar di atas berturut-turut adalah ...
a.       6 dan 7   b. 6 dan 8   c. 7 dan 9    d . 8 dan 10

2.     
3,9 cm
 
X cm
 
D
 
Perhatikan gambar berikut
              A                                                                         B
Text Box: 2 cm                                                
                               Q
3 cm
 
 


                                                               M
Nilai x pada gambar di atas adalah
a.       2,4 cm   b. 2,5 cm  c. 2,6 cm   d. 2,7 cm
B.     Kerjakan soal berikut dengan benar.
H
 
G
 
1.Perhatikan gambar berikut.
 


                                                                                                     
D
 
C
 
A
 
B
 
 



Sebutkan pasangan garis mana sajakah yang saling sejajar dan berpotongan?


Soal Siklus II
Kelas : 7c
Waktu : 15’

A.    Pilihlah jawaban yang benar.
1.      Perhatikan gambar
Nilai dari  +  +  +  +  +  +  +  +  
 






2.      Perhatikan gambar berikut ini.
Besar ÐA + Ð B + Ð C + Ð D + Ð E adalah ...
a.            b.    c.    d.
 








B.     Kerjakan dengan benar.
3.      Perhatikan gambar berikut!
E
 
 




Berdasarkan gambar di atas, hitunglah : a. Nilai x   b. Besar Ð BCF .




KISI-KISI
SOAL SIKLUS I
Sekolah              : SMP N 2 Kutasari
Mata Pelajaran   : Matematika
Kelas / semester : 7C/ 2
Materi                 : Sudut dan Garis 
Waktu                 : 15’

Kompetensi Dasar
Indikator
Bentuk Soal
Nomor Soal
Kunci
3.10 Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal
3.10.1. Mengamati kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk tabelit.

Pilihan ganda
1
D

3.10.2. Mengamati cara membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang
Pilihan ganda
2
C

3.10.1. Mengamati kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan) dalam bentuk tabelit.

Esay
3
(3 kelompok garis sejajar dan garis berpotongan di 9 titik)
Penilaian
Pilihan ganda : S1= Bx 3
Esay :S2= Bx4
N =(S1+s2)x10








SOAL SIKLUS II
Sekolah              : SMP N 2 Kutasari
Mata Pelajaran   : Matematika
Kelas / semester : 7C/ 2
Materi                 : Sudut dan Garis 
Waktu                 : 15’

Kompetensi Dasar
Indikator
Bentuk Soal
Nomor Soal
Kunci
3.10 Menganalisis hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal
3.10.4. Mengamati hubungan antar sudut.

Pilihan ganda
1
D

3.10.4. Mengamati hubungan antar sudut.

Pilihan ganda
2
C

3.10.5. Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis transversal.

Esay
3
a . x=
b.ÐBCF=

Penilaian
Pilihan ganda : S1= Bx 3
Esay :S2= Bx4
N =(S1+s2)x10











3. DATA AWAL I,II, DATA SIKLUS I DAN SIKLUS II
Siswa Kelas 7 C SMP N 2 Kutasari
No
NAMA SISWA
DA I
DAII
SIKLUS I
SIKLUS II
KETERANGAN
1.
Adinta Mei Safana
50
20
80
100

2
Ani Aprila Ningsih


_
40
Siklus I absen
3
Devina Vandani
40
7
80
100

4
Dwi Ardian Nurdianto
49

_
75
Siklus I absen
5
Dwi Tegar Saputra
42
7
80
75

6
Eka Aulia agustin
48
21
100
40

7
Astrina Handayani
69

80
100

8
Fahrizal Nur Rohman
35

_
75
Siklus I absen
9
Fajar Faris Riyanto
35

_
75
Siklus I absen
10
Fauzilloh Jalal Abdul Haris
52

80
75

11
Feliskha Rahmadani
75
21
80
100

12
Hanif Setiawan
45
35
80
75

13
Herlinda Difa Wijaya

0
_
40
Siklus I absen
14
Ifki Fauzani
45
35
_
40

15
Jidan Nazmu Haidan
35
21
85
75

16
Nabila Yulia Priska
22
21
85
100

17
Ragil Saeful Mukmin
22

_
75
Siklus I absen
18
Rayhan Fadhlurrohman
30

80
75

19
Regina Dwi Aulia
43
20
80
100

20
Rido Yulianto
42

_
75
Siklus I absen
21
Rifal Adi Saputra


75
75

22
Riski Dwi Febiyan


80
75

23
Rosa Emilia Rizki
22
35
80
60

24
Sasi Kurniasari
10
14
80
100

25
Sendy Saputra
45

_
75
Siklus I absen
26
Sheli Wulandari
22
14
80
60

27
Solikhin
35

80
75

28
Syifa Salsabila
22
28
85
100

29
Tri Puji Sayoga


80
75

30
Tri Ukhti Hanifah
22
14
_
40
Siklus I absen
31
Trisa Handayani
34
28
90
100

32
Wanda Saputri

0
85
100


Kkm = 60






Nilai tertinggi
75
35
100
100
SI = 10 absen

Nilai terendah
10
0
75
40
SII = Nihil

Rerata


82,045
77,5
SI= info awal

WAKTU SIKLUS


Rabu, 6/2-‘19
Jumat, 1/3-‘19
SII= langsung







Tidak ada komentar:

Posting Komentar