Rabu, 16 Oktober 2019

KISAH WAFATNYA BUNDA SUCI



Materi Keputrian
KISAH WAFATNYA MARYAM IBU ISA AL MASIH
(Oleh Wahab bin Munabbih) dalam Aqis Bil Qisthu Hlm 150-135)
Ialah cerita ini dari Wahab bin Munabih, neneknya Idris, dia mengatakan:” Saya telah menemukan sebagian kitabnya Nabi Isa Al Masih. Beliau berkata kepada ibunya:” Ibu..., sesungguhnya dunia ini adalah kampung yang akan punah, kampung yang akan melayang. Sesungguhnya akhirat itulah kampung yang langgeng. Untuk itu wahai ibuku tercinta, marilah pergi (bersama saya....)”.
Kemudian ibu dan anak itu pergi ke gunung di Libanon. Di gunung keduanya berpuasa siang hari dan malamnya untuk menengakkan shalat malam. Mereka makan dari dedaunan pepohonan dan minum air hujan saja, dan dari sana mereka tinggal sangat lama.
Suatu hari Nabi Isa as turun gunung menuju salah satu jurang mencari daun-daunan untuk berbuka puasa bersama. Saat Nabi Isa as, turun gunung meninggalkan ibunya, ternyata ibunya didatangi malaikat maut (yang sebelumnya Maryam tidak tahu kalau sesosok itu malaikat maut). Malaikat maut itu mendekati seraya berkata salam... .
“Assalamu’alaika wahai Maryam..., orang yang patuh ibadah puasa dan shalat pada malam harinya.” “Siapakah engkau?” Jawab Maryam, “Sungguh sekujur badan sangat gemetar karena takut mendengar suaramu dan kewibawaanmu.”
“Saya adalah malaikat maut!” Jawab malaikat,”saya tidak mengenal kasihan terhadap anak-anak karena kecilnya, tidak mengenal kemuliaan terhadap mereka yang sudah tua atau mengenal karena kebesaran dia. Sebab sayalah yang bertugas mencabut roh.”
“Wahai malaikat maut..., engkau ke sini untuk berkunjung saja atau memangnya untuk mencabut roh saya?”
“bersiap-siaplah engkau mati , wahai Maryam!” Tegas Malaikat.
“Apakah engkau tidak mengizinkan untukku, supaya menunggu sampai kedatangan anak kesayanganku, yang menjadi buah hatiku dan penawar kesusahanku.”
“Saya tidak diperintahkan untuk itu.” Tegas Malaikat maut. “Dan saya hanya sebatas hamba yang takut terhadap perintah. Demi Allah, saya tidak akan mampu mencabut roh seekor nyamuk pun, kecuali saya sudah diperintah oleh Tuhan Allah. Hal ini agar saya tidak menyia-nyiakan waktu sedetik pun, sehingga saya mencabut roh mu ditempat ini juga!”
“Wahai Malaikat maut.” Jawab Maryam. “Kalau engkau sudah menerima perintah dari Allah Ta’ala, maka tunaikan saja perintah itu.”
Maka Malaikat maut mendekati dia tatkala  duduk beribadah, lalu ruh Maryam dicabut dan mati.”
Nabi Isa as telah terlambat datang tidak seperti biasanya. Bahkan ia kembali sampai masuk waktu ashar akhir (mendekati Maghrib). Dia membawa sayur mayur sekaligus kubis. Sesampai (di padepokan) dia mendapati ibunya masih menyangka ibunya terduduk shalat.
Setelah meletakkan sayur mayur, kemudian Nabi Isa as ikut shalat di samping ibunya sampai larut malam.
Tengah malam sunyi senyap, waktunya berbuka bagi Nabi Isa Al masih. Dia memanggil halus kepada ibunya, “Assalamu’alaika wahai ibu! Sesungguhnya telah masuk waktu malam, waktunya berbuka bagi orang yang berpuasa, serta waktu tegaknya orang-orang yang beribadah kepada Allah. Mengapa ibu tidak jua berdiri beribadah kepada Tuhan yang Maha Pengasih?”
(Tapi ibu itu tetap diam dalam duduknya yang disangka terduduk karena shalat yang ketiduran). Nabi IsaAl Masih lantas mengulang perkataan terhadap ibunda.
“Ibu sesungguhnya dalam tidur memang ada kenikmatan.” Nabi Isa pun lantas berdiri menghadap kiblat beribadah, tidak berbuka karena tidak bersama ibu, kemudian Isa pun melanjutkan shalat malam sampai dua pertiga malam. Hal ini dilakukan karena berbuat santun terhadap ibu, tidak berbuka kecuali bersama-sama ibunda.
“Assalamu’alaika, wahai ibunda.” Lirih Nabi Isa Al Masih (Karena tidak ada sahutan) dia lantas melanjutkan ibadah sampai terbit fajar pagi. Pagi yang agak kelam ini, ia meletakkan pipinya ke pipi ibunda, meletakkan mulutnya ke mulut ibunda desertai tangisan keras karena ibu ibu disangka tidak beribadah sama sekali. Dia menyeru keras.
“Assalamu’alaika, wahai ibunda!” sungguh malam telah habis dan disambut oleh pagi. Adalah waktu untuk menunaikan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih.
Seketika itu menangislah seluruh malaikat langit,jin-jin disekitarnya, gunung-gunung pun berguncang (sebab kerasnya Nabi Isa yang tidak mengetahui kalau ibunda sudah meninggal).
Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepada malaikat, bertanya:”Apakah sebab yang membuat kalian menangis?”
“Tuhan kami, Engkau sangat Maha Mengetahui...(apa-apa sebab yang kami tangiskan).”
“Ya sesungguhnya Aku Maha Mengetahui dan Aku Maha Kasih dan Sayang.”
Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba ada suara yang berseru kepada Nabi Isa Al Masih.
“Wahai Isa, angkatlah wajahmu. Sesungguhnya ibundamu itu sudah meninggal dunia, dan Allah Ta’ala sudah melipat gandakan pahalamu.”
Wajah yang masih terangkat kemudian menangis tersedu-sedu sambil merintih sangat dalam...
“Lalu siapa lagi kawan disaat sunyi? Saat aku sendiri? Serta siapa lagi yang dapat aku ajak bertukar pikiran? Bersenda gurau dalam perantauanku? Dan siapa lagi yang membantu aku dalam ibadahku?” Keadaan seperti ini Allah berfirman kepada gunung ,”Wahai gunung, berilah Isa nasehat.”
Gunungpun memberikan nasehat kepada Isa,”Wahai Isa, apa artinya kesusahanmu ini!” Atuakah Allah, Engkau menghendaki agar dia menjadi pendamping yang menggembirakanmu?”
Berangkat dari nasehat itu, kemudian Nabi Isa Al Masih turun gunung, singgah dari desa ke desa untuk mencari dari kalangan tempat tinggal kalangan Bani Israil.
Nabi Isa berkata kepada Bani Israel di sana,”Assalamu’alaikum, wahai Bani Israel.”
“Kami ini siapa?” Jawab mereka,”Sungguh bagus wajahmu sampai-sampai menyinari rumah kami.”
“Saya adalah Rasul Allah, Nabi Isa Al Masih. Dimana ibu telah meninggal dunia dalam perjalanan, tolonglah saya untuk memandikan, mengafani dan memakamkan. Dia sekarang ada di gunung sana. Mereka Bani Israel menjawab, “Wahai Rasul Allah, sesungguhnya di gunung tsb banyak sekali ular-ular besar dan ular-ular ganas lainnya, yang sama sekali belum pernah dilalui oleh nenek kami atau ayah kami sejak 300 tahun yang lalu.”
Nabi Isa Al Masih memaklumi keadaan mereka. Diapun lantas kembali naik gunung tanpa hasil sesuai kehendaknya. (Atas kehendak Allah Ta’ala), beliau berjumpa dengan 2 orang pemuda yang gagah-gagah. Isa bersalaman kepada mereka, lalu menyampaikan maksudnya yang tadi gagal. “sesungguhnya ibu telah meninggal dunia dalam perjalanan di gunung ini. Untuk itu tolonglah saya untuk mempersiapkan pemakaman.”
Salah seorang diantara dua laki-laki gagah ternyata menjelaskan :” Ini adalah malaikat Mikail, dan saya sendiri malaikat Jibril. Dan ini obat pengawet tubuh serta kain kafan dari Tuhanmu.”
Sesaat para bidadari cantik jelita dari syurga turut serta membantu memandikan dan mengkafani (jenazah Maryam). Malaikat Jibril menggali kubur di puncak gunung, kemudian mereka bertiga menshalati dan mengubur di sana.
Kemudian Nabi Isa Al Masih berdo’a kepada Tuhan Allah Ta’ala: “Wahai allah, sesungghnya Engkau Maha Menengar perkataanku dan Maha Mengetahui dimana tempatku/ sedikitpun tidak ada urusanku yang teresmbunyi di hadapan-Mu. Ibu telah meninggal dunia, dan saya tidak mengetahui di saat dia meninggal dunia, maka izinkanlah dia berkata kepada saya.”
Allah mewahyukan kepada Isa:” Sungguh Aku memberikan izin untukmu.”
Nabi Isa Al Masih pergi ke pekuburan ibunda, berdiri dekat tumpukan tanah, lantas berkata kepada ibunda dengan suara lembut sopan:
“Assalamu’alaika , wahai ibunda tercinta... .” Dalam kubur dijawab oleh ibunya,”Wahai anakku tercinta, kesayanganku dan sebagai biji mataku.” Isa kembali berkata, “Ibunda , bagaimana engkau dapat menemukan pembaringan, tempat pengembalian, dan bagaimana pada keadaan kehadiranmu kepada Tuhanmu?”
Jawab ibunda,” Tempat pembaringanku adalah sebaik-baik tempat pembaringan, tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat kembali. Dan masalah aku datang menghadap Tuhanku, yang hanya aku tahu bahwa Dia menerima dengan rela tanpa ada marah.”
“Ibunda...!” Tanya Nabi Isa,”Bagaimana engkau merasakan sakit sakaratul maut?!”
“Demi Allah..!” Jawab ibunda, “ Ialah Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan sebenar-benarnya, bukan hilang rasa sakit dari sakaratul maut di tenggorokan demikian juga kewibawaan menakutkan dari malaikat maut belum sirna dari pelupuk mataku.”
(Setelah itu tidak ada lagi yang tercatat dalam percakapan antara ibunda dan anak). Diakhiri oleh ibunda...
“Alaika salaam wahai kesayanganku, sampai jumpa pada hari kiamat kelak.”
(Miisykatul Anwar, Durratur Nashihiin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar