IMTAQ
KEUTAMAAN
–KEUTAMAAN
HADIS
NOMOR 1788:
Dari
Ibnu abbas ra, ia berkata:”Ibrahim saw membawa ibu Ismail (Hajar) dan anaknya
yakni Ismail di mana Hajar masih menyusukan anaknya itu, dan Ibrahim
menempatkan Hajar di dekat Baitullah di bawah suatu pohon yang besar di atas
zam-zam di sebelah atas Masjidil Haram; dan waktu itu di Makkah belum ada
manusia dan tidak ada air. Ibrahim menempatkan Hajar dan Ismail di sana dan
hanya menyediakan satu kantong yang berisi korma dan satu bejana yang berisi
air. Kemudian Ibrahim pergi meninggalkan tempat itu, maka ibu Ismail
mengejarnya dan bertanya:”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi meninggalkan
tempat ini dan aku tinggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang pun manusia
dan tidak ada sesuatu?” Hajar berulangkali mengucapkan pertanyaan itu, tetapi
Ibrahim tidak menghiraukannya. Hajar bertanya lagi:”Apakah Allah yang
memerintahkan engkau berbuat demikian?” Ibrahim menjawab:”Benar.” Hajar
berkata:”Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami,” Kemudian Hajar
kembali ke tempat semula. Ibrahim SAW melanjutkan perjalanannya, dan ketika
sampai di Tsaniyah yang istri dan anaknya sudah tidak melihatnya, ia
menghadapkan mukanya ke arah Baitullah dengan mengangkat kedua tangannya seraya
berdo’a:”Robbi innii askantu min dzurriyyatii bi waadin ghairidzii zar’in ‘inda
baitikal mukarrami rabbanaa li yuqiimush-shalaata faj’al af’idatam
minan-naasitahwii ilaihim warzuqhum minats-tsamarati la’allahum
yasykuruu.”(Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati; wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur).
Ibu
Ismail selalu meneteki dan minum dari air yang disediakan oleh Ibrahim itu
sehingga ketika air yang disediakan oleh Ibrahim itu sehingga ketika air yang
berada di bejana itu habis maka ia merasa haus dan haus pula abaknya. Hajar
selalu memperhatikan anaknya, dan ia naik ke Shafa sebuah bukit yang paling
dekat kemudian ia berdiri di atas bukit itu dan melihat ke arah lembah
kalau-kalau ia melihat seseorang tetapi ia tidak melihatnya maka ia turun dari Shafa
sehingga bilamana ia sampai ke lembah ia memandang ke atas kemudian berjalan
cepat seperti jalannya orang yang bersemangat sampai melewati lembah itu
kemudian naik ke Marwah dan berdiri di atas nya untuk melihat kalau-kalau ada
seseorang tetapi ia tidak melihatnya. Hajar berbuat seperti itu tujuh kali.
Ibnu
Abbas ra mengatakan bahwasanya Nabi SAW, bersabda :”Oleh karena itulah, manusia
(jama’ah haji) melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah. Ketika Hajar berada di
atas Marwah (untuk yang ke tujuh kalinya) ia mendengar suara yang
mengatakan:”Tenanglah.” Yang ditujukan kepada dirinya. Ia memperhatikan suara
itu dan ia mendengar lagi, ia lantas berkata:” Suaramu telah terdengar,
kalau-kalau engkau membawa air tolonglah kami.”
Tiba-tiba
ada malaikat mengorek dengan telapak kakinya yakni di tempat yang terkenal
dengan zam-zam. Malaikat itu mengorek dengan telapak kakinya-ada yang
mengatakan dengan telapak kakinya-ada yang mengatakan dengan sayapnya-sehingga
keluarlah air, kemudian Hajar berusaha mengumpulkan air itu dan membatasinya
dengan tangan serta mengisi bejananya itu. Mata air itu mengeluarkan air dengan
derasnya setelah diambilnya.” Dalam riwayat lain dikatakan:”Sesuai dengan yang
diambilnya.”
Ibnu
Abbas ra mengatakan bahwasanya Nabi SAW bersabda:”Semoga Allah melimpahkan
rahmat kepada Ibu Ismail; seandainya ia membiarkan zam-zam itu merupakan sumber
yang sangat besar manfaatnya.” Ibnu abbas melanjutkan ceritanya:”Kemudian Hajar
dapat minum dan meneteki anaknya. Malaikat lantas berkata kepadanya:”Janganlah
kamu khawatir akan disia-siakan, karena disini ada Baitullah yang akan dibangun
oleh anakmu ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan
penghuni (penjaga) Baitullah. Baitullah waktu itu hanya merupakan tanah yang
agak tinggi seperti gardu di mana bila ada banjir maka airnya itu lewat
disebelah kanan dan kirinya. Kemudian lewatlah disitu suatu rombongan dari suku
Jurhum atau keluarga besar Jurhum yang datang dari arah Kada’ dan berhenti di
bawah Makkah. Mereka melihat ada burung yang terbang di situ maka mereka
berkata:”Sesungguhnya burung itu pasti beterbangan di atas air padahal
sepanjang pengetahuan kami di lembah ini tidak ada air.” Kemudian mereka
mengirim satu atau dua ratusan penyelidik dan akhirnya mereka menemukan sumber
air itu dan di situ ada ibu Ismail. Mereka bertanya:”Bolehkah kami tinggal di
dekatmu?” Ibu Ismail menjawab:”Boleh, tetapi kamu sekalian tidak berhak untuk
menguasai air ini.” Mereka menjawab:”Baiklah.”
Ibnu
Abbas ra mengatakan bahwasanya Nabi SAW bersabda:”Ibu Ismail merasa senang
dengan datangnya keluarga besar Jurhum karena ia suka bergaul. Maka bertempat
tinggallah mereka dan mengajak pula kepada keluarganya untuk tinggal
bersama-sama dengan mereka sehingga akhirnya di situ ada beberapa keluarga. Dan
anak itu (Ismail) meningkat dewasa, ia mempelajari bahasa Arab kepada mereka
dan ketika ia telah dewasa; ia sangat mengagumi mereka. Ketika ia telah
menemukan seseorang di antara mereka untuk dijadikan istri maka mereka segera
mengawinkannya; dan wafatlah ibu Ismail. Sesudah Ismail kawin, datanglah
Ibrahim untuk melihat anaknya yang telah ditinggalkannya; tetapi ia tidak
bertemu denga Ismail, kemudian ia menanyakan tentang keadaan Ismail kepada
istrinya, dan istriinya menjawab:” Ia sedang berburu untuk kami.” Kemudian
Ibrahim menanyakan kepada istri Ismail tentang kehidupan dan keadaan mereka,
dan dijawab oleh istri Ismail:”Keadaan kami sangat menyedihkan, kami berada
dalam kesukaran.” Dan ia mengeluh kepada Ibrahim, kemudian Ibrahim
berkata:”Bila suamimu datang, maka sampaikanlah salamku, kepadanya, dan
katakanlah kepadanya agar ia segera mengganti bandul/kayu pintunya yang sebelah
bawah. Ketika Ismail datang, ia merasa seolah-olah ada sesuatu, kemudian ia
bertanya:”Apakah ada seseorang yang datang?” Istrinya menjawab:”Benar, tadi ada
seseorang yang sudah tua, yang sifatnya begini, begini datang ke sini. Ia
menanyakan tentang keadaan kami dan saya pun menceritakannya. Ia menanyakan tentang keadaan kami dan saya
pun menceritakannya. Ia menanyakan tentang bagaimana kehidupan kami, maka saya
memberitahukan bahwa kami berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan dan
berada dalam kesulitan.” Ismail bertanya:”Apakah ia berpesan sesuatu kepadamu?”
Istrinya menjawab:”Ya, ia berpesan agar saya menyampaikan salam kepadamu, dan
berpesan pula agar engkau segera mengganti bandul / kayu pintumu yang sebelah
bawah.” Ismail berkata:”Itu adalah ayahku. Beliau memerintahkan kepadaku agar aku
menceraikan kamu maka kembalilah kamu kepada keluargamu.” Kemudian Ismail
menceraikan istrinya itu dan kawin lagi dengan wanita Jurhum yang lain. Selang
beberapa lama, Ibrahim datang lagi tetapi tidak bertemu dengan Ismail, kemudian
ia masuk dan bertanya kepada istri Ismail, lalu dijawab:”Ibrahim
bertanya:”Bagaimana keadaanmu?”, serta menanyakan pula tentang kehidupan dan
keadaan mereka. Istri Ismail menjawab:”Kami berada dalam kebehagiaan dan
kemudahan,” serta ia memuji kepada Allah. Ibrahim bertanya:”Apakah yang biasa
kamu makan?” Istri Ismail menjawab :”Daging.” Ibrahim bertanya:” Apa yang biasa
kamu minum?” Istri Ismail menjawab:”Air.” Ibrahim lantas berdo’a:”Allahumma
baariklahum fil lahmi wal-maa’ii, (Wahai Allah berkahilah mereka di dalam apa
yang mereka makan daging dan minum air.)”
Nabi
SAW bersabda:”Waktu itu mereka belum mendapatkan biji-bijian niscaya Ibrahim
mendo’akannya buat mereka.”
Ibnu
Abbas ra melanjutkan ceritanya:”Daging dan air itu tidak pernah tidak ada bagi
seorang pun penduduk Makkah.” Dalam riwayat lain dikatakan:”Ibrahim datang dan
bertanya:”Dimana Ismail?” Istri Ismail menjawab:”Ia sedang pergi berburu.”
Istri Ismail berkata:”Silahkan masuk untuk makan dan minum,” Ibrahim
bertanya:”Apakah yang biasa ikamu makan dan kamu minum?” Istri Ismail
menjawab:”Kami biasa makan daging dan minum air.” Ibrahim lantas
berdo’a:”Allahummaa baarik lahum fii tha’aamihim wa syaraabihim (Wahai Allah
berkahilah mereka di dalam apa yang mereka makan dan mereka minum.)
Ibnu
Abbas mengatakan bahwasanya Abul Qasim (Muhammad) SAW, bersabda:”Berkah do’a
Ibrahim SAW.” Ibrahim lantas bersabda:”Apabila suamimu datang maka sampaikanlah
salamku kepadanya dan suruhlah ia agar tetap mempertahankan bandul/kayu
pintunya yang sebelah bawah.” Ketika Ismail datang, ia lantas bertanya:”Apakah
ada seseorang yang datang?” Istrinya menjawab:”Benar, ada seseorang yang datang
sudah tua yang sifatnya sangat baik datang kepada kami, menanyakan engkau
kepadaku maka saya ceritakan, menanyakan kepadaku tentang bagaimana kehidupan kami
maka saya beritahukan bahwa kami berada dalam kebahagiaan.” Ismail
bertanya:”Apakah ia berpesan sesuatu kepadaku?” Istrinya menjawab:”Ya, ia
menyampaikan salam untuk engkau serta memerintahkan agar engkau mempertahankan
bendul/kayu pintumu yang sebelah bawah.” Ismail berkata:”Itu adalah ayahku dan
kamulah yang diibaratkan sebagai bandul itu. Beliau memerintahkan agar aku
tetap mempertahankan kamu.” Kemudian setelah beberapa lama Ibrahim datang dan
waktu itu Ismail sedang membuat anak panah di bawah pohon besar yang berada di
dekat zam-zam. Ketika Ismail melihat Ibrahim, ia segera bangkit mendekati
ayahnya kemudian keduanya saling berpelukan sebagaimana layaknya seorang ayah
dengan anaknya dan seorang anak dengan ayahnya, kemudian Ibrahim bersabda:”Sesungguhnya
Allah memerintahkan kepadaku untuk membangun sebuah rumah di sini.” Ibrahim
menunjuk tanah yang agak tinggi yang berada di dekatnya. Dan ketika itulah
Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah dan Ismail mengangkat batu
itu. Ibrahim terus membangun sehingga ketika bangunan itu sudah cukup tinggi
maka Ibrahim mengambil satu batu dan diletakannya lalu beliau berdiri di atas
batu itu. Sementara Ibrahim sedang membangun dan Ismail sedang mengangkat batu,
keduanya berdo’a:”Rabbana taqabbalminna innaka antas – samii-ul-‘aliim”(Wahai
Tuhan kami terimalah apa yang kami perbuat ini, sesungguhnya Engkaulah Dzat
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). ... (hadis masih ada lanjutannya)
(HR.Bukhari)
Wallahua'lambisawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar