Selasa, 08 Oktober 2019

Hadits Yang Berkaitan dengan Haji






IMTAQ
KEUTAMAAN –KEUTAMAAN
HADIS NOMOR 1788:
Dari Ibnu abbas ra, ia berkata:”Ibrahim saw membawa ibu Ismail (Hajar) dan anaknya yakni Ismail di mana Hajar masih menyusukan anaknya itu, dan Ibrahim menempatkan Hajar di dekat Baitullah di bawah suatu pohon yang besar di atas zam-zam di sebelah atas Masjidil Haram; dan waktu itu di Makkah belum ada manusia dan tidak ada air. Ibrahim menempatkan Hajar dan Ismail di sana dan hanya menyediakan satu kantong yang berisi korma dan satu bejana yang berisi air. Kemudian Ibrahim pergi meninggalkan tempat itu, maka ibu Ismail mengejarnya dan bertanya:”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi meninggalkan tempat ini dan aku tinggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada sesuatu?” Hajar berulangkali mengucapkan pertanyaan itu, tetapi Ibrahim tidak menghiraukannya. Hajar bertanya lagi:”Apakah Allah yang memerintahkan engkau berbuat demikian?” Ibrahim menjawab:”Benar.” Hajar berkata:”Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami,” Kemudian Hajar kembali ke tempat semula. Ibrahim SAW melanjutkan perjalanannya, dan ketika sampai di Tsaniyah yang istri dan anaknya sudah tidak melihatnya, ia menghadapkan mukanya ke arah Baitullah dengan mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a:”Robbi innii askantu min dzurriyyatii bi waadin ghairidzii zar’in ‘inda baitikal mukarrami rabbanaa li yuqiimush-shalaata faj’al af’idatam minan-naasitahwii ilaihim warzuqhum minats-tsamarati la’allahum yasykuruu.”(Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati; wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur).
Ibu Ismail selalu meneteki dan minum dari air yang disediakan oleh Ibrahim itu sehingga ketika air yang disediakan oleh Ibrahim itu sehingga ketika air yang berada di bejana itu habis maka ia merasa haus dan haus pula abaknya. Hajar selalu memperhatikan anaknya, dan ia naik ke Shafa sebuah bukit yang paling dekat kemudian ia berdiri di atas bukit itu dan melihat ke arah lembah kalau-kalau ia melihat seseorang tetapi ia tidak melihatnya maka ia turun dari Shafa sehingga bilamana ia sampai ke lembah ia memandang ke atas kemudian berjalan cepat seperti jalannya orang yang bersemangat sampai melewati lembah itu kemudian naik ke Marwah dan berdiri di atas nya untuk melihat kalau-kalau ada seseorang tetapi ia tidak melihatnya. Hajar berbuat seperti itu tujuh kali.
Ibnu Abbas ra mengatakan bahwasanya Nabi SAW, bersabda :”Oleh karena itulah, manusia (jama’ah haji) melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah. Ketika Hajar berada di atas Marwah (untuk yang ke tujuh kalinya) ia mendengar suara yang mengatakan:”Tenanglah.” Yang ditujukan kepada dirinya. Ia memperhatikan suara itu dan ia mendengar lagi, ia lantas berkata:” Suaramu telah terdengar, kalau-kalau engkau membawa air tolonglah kami.”
Tiba-tiba ada malaikat mengorek dengan telapak kakinya yakni di tempat yang terkenal dengan zam-zam. Malaikat itu mengorek dengan telapak kakinya-ada yang mengatakan dengan telapak kakinya-ada yang mengatakan dengan sayapnya-sehingga keluarlah air, kemudian Hajar berusaha mengumpulkan air itu dan membatasinya dengan tangan serta mengisi bejananya itu. Mata air itu mengeluarkan air dengan derasnya setelah diambilnya.” Dalam riwayat lain dikatakan:”Sesuai dengan yang diambilnya.”
Ibnu Abbas ra mengatakan bahwasanya Nabi SAW bersabda:”Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail; seandainya ia membiarkan zam-zam itu merupakan sumber yang sangat besar manfaatnya.” Ibnu abbas melanjutkan ceritanya:”Kemudian Hajar dapat minum dan meneteki anaknya. Malaikat lantas berkata kepadanya:”Janganlah kamu khawatir akan disia-siakan, karena disini ada Baitullah yang akan dibangun oleh anakmu ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan penghuni (penjaga) Baitullah. Baitullah waktu itu hanya merupakan tanah yang agak tinggi seperti gardu di mana bila ada banjir maka airnya itu lewat disebelah kanan dan kirinya. Kemudian lewatlah disitu suatu rombongan dari suku Jurhum atau keluarga besar Jurhum yang datang dari arah Kada’ dan berhenti di bawah Makkah. Mereka melihat ada burung yang terbang di situ maka mereka berkata:”Sesungguhnya burung itu pasti beterbangan di atas air padahal sepanjang pengetahuan kami di lembah ini tidak ada air.” Kemudian mereka mengirim satu atau dua ratusan penyelidik dan akhirnya mereka menemukan sumber air itu dan di situ ada ibu Ismail. Mereka bertanya:”Bolehkah kami tinggal di dekatmu?” Ibu Ismail menjawab:”Boleh, tetapi kamu sekalian tidak berhak untuk menguasai air ini.” Mereka menjawab:”Baiklah.”
Ibnu Abbas ra mengatakan bahwasanya Nabi SAW bersabda:”Ibu Ismail merasa senang dengan datangnya keluarga besar Jurhum karena ia suka bergaul. Maka bertempat tinggallah mereka dan mengajak pula kepada keluarganya untuk tinggal bersama-sama dengan mereka sehingga akhirnya di situ ada beberapa keluarga. Dan anak itu (Ismail) meningkat dewasa, ia mempelajari bahasa Arab kepada mereka dan ketika ia telah dewasa; ia sangat mengagumi mereka. Ketika ia telah menemukan seseorang di antara mereka untuk dijadikan istri maka mereka segera mengawinkannya; dan wafatlah ibu Ismail. Sesudah Ismail kawin, datanglah Ibrahim untuk melihat anaknya yang telah ditinggalkannya; tetapi ia tidak bertemu denga Ismail, kemudian ia menanyakan tentang keadaan Ismail kepada istrinya, dan istriinya menjawab:” Ia sedang berburu untuk kami.” Kemudian Ibrahim menanyakan kepada istri Ismail tentang kehidupan dan keadaan mereka, dan dijawab oleh istri Ismail:”Keadaan kami sangat menyedihkan, kami berada dalam kesukaran.” Dan ia mengeluh kepada Ibrahim, kemudian Ibrahim berkata:”Bila suamimu datang, maka sampaikanlah salamku, kepadanya, dan katakanlah kepadanya agar ia segera mengganti bandul/kayu pintunya yang sebelah bawah. Ketika Ismail datang, ia merasa seolah-olah ada sesuatu, kemudian ia bertanya:”Apakah ada seseorang yang datang?” Istrinya menjawab:”Benar, tadi ada seseorang yang sudah tua, yang sifatnya begini, begini datang ke sini. Ia menanyakan tentang keadaan kami dan saya pun menceritakannya.  Ia menanyakan tentang keadaan kami dan saya pun menceritakannya. Ia menanyakan tentang bagaimana kehidupan kami, maka saya memberitahukan bahwa kami berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan dan berada dalam kesulitan.” Ismail bertanya:”Apakah ia berpesan sesuatu kepadamu?” Istrinya menjawab:”Ya, ia berpesan agar saya menyampaikan salam kepadamu, dan berpesan pula agar engkau segera mengganti bandul / kayu pintumu yang sebelah bawah.” Ismail berkata:”Itu adalah ayahku. Beliau memerintahkan kepadaku agar aku menceraikan kamu maka kembalilah kamu kepada keluargamu.” Kemudian Ismail menceraikan istrinya itu dan kawin lagi dengan wanita Jurhum yang lain. Selang beberapa lama, Ibrahim datang lagi tetapi tidak bertemu dengan Ismail, kemudian ia masuk dan bertanya kepada istri Ismail, lalu dijawab:”Ibrahim bertanya:”Bagaimana keadaanmu?”, serta menanyakan pula tentang kehidupan dan keadaan mereka. Istri Ismail menjawab:”Kami berada dalam kebehagiaan dan kemudahan,” serta ia memuji kepada Allah. Ibrahim bertanya:”Apakah yang biasa kamu makan?” Istri Ismail menjawab :”Daging.” Ibrahim bertanya:” Apa yang biasa kamu minum?” Istri Ismail menjawab:”Air.” Ibrahim lantas berdo’a:”Allahumma baariklahum fil lahmi wal-maa’ii, (Wahai Allah berkahilah mereka di dalam apa yang mereka makan daging dan minum air.)”
Nabi SAW bersabda:”Waktu itu mereka belum mendapatkan biji-bijian niscaya Ibrahim mendo’akannya buat mereka.”
Ibnu Abbas ra melanjutkan ceritanya:”Daging dan air itu tidak pernah tidak ada bagi seorang pun penduduk Makkah.” Dalam riwayat lain dikatakan:”Ibrahim datang dan bertanya:”Dimana Ismail?” Istri Ismail menjawab:”Ia sedang pergi berburu.” Istri Ismail berkata:”Silahkan masuk untuk makan dan minum,” Ibrahim bertanya:”Apakah yang biasa ikamu makan dan kamu minum?” Istri Ismail menjawab:”Kami biasa makan daging dan minum air.” Ibrahim lantas berdo’a:”Allahummaa baarik lahum fii tha’aamihim wa syaraabihim (Wahai Allah berkahilah mereka di dalam apa yang mereka makan dan mereka minum.)
Ibnu Abbas mengatakan bahwasanya Abul Qasim (Muhammad) SAW, bersabda:”Berkah do’a Ibrahim SAW.” Ibrahim lantas bersabda:”Apabila suamimu datang maka sampaikanlah salamku kepadanya dan suruhlah ia agar tetap mempertahankan bandul/kayu pintunya yang sebelah bawah.” Ketika Ismail datang, ia lantas bertanya:”Apakah ada seseorang yang datang?” Istrinya menjawab:”Benar, ada seseorang yang datang sudah tua yang sifatnya sangat baik datang kepada kami, menanyakan engkau kepadaku maka saya ceritakan, menanyakan kepadaku tentang bagaimana kehidupan kami maka saya beritahukan bahwa kami berada dalam kebahagiaan.” Ismail bertanya:”Apakah ia berpesan sesuatu kepadaku?” Istrinya menjawab:”Ya, ia menyampaikan salam untuk engkau serta memerintahkan agar engkau mempertahankan bendul/kayu pintumu yang sebelah bawah.” Ismail berkata:”Itu adalah ayahku dan kamulah yang diibaratkan sebagai bandul itu. Beliau memerintahkan agar aku tetap mempertahankan kamu.” Kemudian setelah beberapa lama Ibrahim datang dan waktu itu Ismail sedang membuat anak panah di bawah pohon besar yang berada di dekat zam-zam. Ketika Ismail melihat Ibrahim, ia segera bangkit mendekati ayahnya kemudian keduanya saling berpelukan sebagaimana layaknya seorang ayah dengan anaknya dan seorang anak dengan ayahnya, kemudian Ibrahim bersabda:”Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk membangun sebuah rumah di sini.” Ibrahim menunjuk tanah yang agak tinggi yang berada di dekatnya. Dan ketika itulah Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah dan Ismail mengangkat batu itu. Ibrahim terus membangun sehingga ketika bangunan itu sudah cukup tinggi maka Ibrahim mengambil satu batu dan diletakannya lalu beliau berdiri di atas batu itu. Sementara Ibrahim sedang membangun dan Ismail sedang mengangkat batu, keduanya berdo’a:”Rabbana taqabbalminna innaka antas – samii-ul-‘aliim”(Wahai Tuhan kami terimalah apa yang kami perbuat ini, sesungguhnya Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). ... (hadis masih ada lanjutannya) (HR.Bukhari)  

Wallahua'lambisawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar