(... haji tidak rofas, tidak fasik dan tidak jidal .... . QS Al Baqarah ayat 197)
Novel
AKU BUKAN KRSTEN
Meskipun
anak sd negeri, inpres sd pertamaku, kenudian pindah ke sd negeri biasa. Aku
tetap mengikuti pengajian bagi anak-anak kecil di gedung dakwah muhammadiyah
kabupaten purbalingga. Letaknya di alun-alun purbalingga. Temanku banyak sekali
hampir semua siswa sekolah dasar se kabupaten. Setiap berangkat jalan kaki dari
rumah. Itu akan melewati rumah si Ali yang ayahnya berjualan mebel. Dia pernah
bilang, islam itu ktp, begitu. Dalam hati aku ingat terus akan perkataannya
itu. Apa maksudnya ya?
Lama-lama aku ingat lagi akan hal ku.
Sebagai anak sekolah dasar di sekolah negeri yang bagus dan terkenal yaitu sd
negeri 1 bancar. Sekolahanku menjadi
tempat praktek calon guru dari sekolah guru. Salah satu guru bahasa Indonesiaku
adalah putra seorang pendeta kristen. Untuk acara perpisahan guru praktek, maka
aku dan beberapa temanku sering diundang berlatih sandiwara di rumah bapa
pendeta. Aku senang sekali. Aku ingin berkenalan dengan ayahnya seorang pendeta
itu. Namun sayang setiap berlatih bapa pendeta tidak di rumah. Aku belum pernah
mengetahui seorang pendeta seperti ayahnya itu.
Dari dua hal tersebut, aku memahami apa
kata si Ali, yang rumahnya dekat dengan rumah pendeta di timur gereja Jawa. Si
Ali kayaknya berangkat haji bareng aku. Dia mengatakan hal yang dulu dari siapa
ya. Apakah seorang yang pintar agama sejak kecil? Aku dididik ibuku tidakk
membenci teman apalagi guru. Aku pun tidak membedakan siapa guruku yang islam
dan siapa guruku yang kristen. Yang aku tahu dari ibu, yang juga suka menari di
gereja dulu ketika kecil, bahwa aku hanya boleh belajar mengaji di rumah. Pergi
shalat ke masjid tidak bebas bagi aku. Harus bersama ibu dan saudara-saudara
khususnya di bulan suci Ramadhan.
Ketika aku mahasiswa, aku berdoa agar
kedua orang tuaku bisa pergi haji. Meskipun biaya untuk memenuhi perkuliahanku
cukup besar, karena aku sudah mendapatkan beasiswa, semoga kedua orang tuaku
bisa cepat memenuhi panggilan Allah ke Baitullah. Alhamdulillah, ketika aku
telah berkeluarga, kedua ayah ibuku menunaikan ibadah haji di tahun 2004,
berarti doaku di dengar Allah.
Aku sendiri pergi haji belum terpikir,
walaupun bernah membicarakan pada ibuku akan hal tersebut. Ketika aku telah
lupa akan pembicaraan tersebut, Allah yang memanggil, menyuruh ibu dan ayahku
mengusik aku untuk mendaftar haji dengan biaya Rp 25.000.000,00, pembayaran
untuk mendapatkan porsi haji. Aku mendapatkan porsi tahun 2016. Padahal
mendaftar di tahun 2010, ketika mengambil post graduate, karena tugas pgri
pusat dan tugas tambahan di dinas pendidikan sebagai litbang. Hampir semua
temanku yang bekerja di sk tambahan menunaikan ibadah haji. Ada beberapa orang
yang bekerja tambahan lintas haji yang pergi haji bareng aku, yaitu Ibu
Khomsiatu, Bapak Joko Sumarno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar