Minggu, 20 Oktober 2019

THE HOLY JOURNEY TO HAJI (Bagian 9)

Prich Purwanti
(... haji tidak rofas, tidak fasik dan tidak jidal .... . QS Al Baqarah ayat 197)

Novel


AKU BUKAN KRSTEN
Meskipun anak sd negeri, inpres sd pertamaku, kenudian pindah ke sd negeri biasa. Aku tetap mengikuti pengajian bagi anak-anak kecil di gedung dakwah muhammadiyah kabupaten purbalingga. Letaknya di alun-alun purbalingga. Temanku banyak sekali hampir semua siswa sekolah dasar se kabupaten. Setiap berangkat jalan kaki dari rumah. Itu akan melewati rumah si Ali yang ayahnya berjualan mebel. Dia pernah bilang, islam itu ktp, begitu. Dalam hati aku ingat terus akan perkataannya itu. Apa maksudnya ya?
     Lama-lama aku ingat lagi akan hal ku. Sebagai anak sekolah dasar di sekolah negeri yang bagus dan terkenal yaitu sd negeri 1 bancar. Sekolahanku  menjadi tempat praktek calon guru dari sekolah guru. Salah satu guru bahasa Indonesiaku adalah putra seorang pendeta kristen. Untuk acara perpisahan guru praktek, maka aku dan beberapa temanku sering diundang berlatih sandiwara di rumah bapa pendeta. Aku senang sekali. Aku ingin berkenalan dengan ayahnya seorang pendeta itu. Namun sayang setiap berlatih bapa pendeta tidak di rumah. Aku belum pernah mengetahui seorang pendeta seperti ayahnya itu.
     Dari dua hal tersebut, aku memahami apa kata si Ali, yang rumahnya dekat dengan rumah pendeta di timur gereja Jawa. Si Ali kayaknya berangkat haji bareng aku. Dia mengatakan hal yang dulu dari siapa ya. Apakah seorang yang pintar agama sejak kecil? Aku dididik ibuku tidakk membenci teman apalagi guru. Aku pun tidak membedakan siapa guruku yang islam dan siapa guruku yang kristen. Yang aku tahu dari ibu, yang juga suka menari di gereja dulu ketika kecil, bahwa aku hanya boleh belajar mengaji di rumah. Pergi shalat ke masjid tidak bebas bagi aku. Harus bersama ibu dan saudara-saudara khususnya di bulan suci Ramadhan.
     Ketika aku mahasiswa, aku berdoa agar kedua orang tuaku bisa pergi haji. Meskipun biaya untuk memenuhi perkuliahanku cukup besar, karena aku sudah mendapatkan beasiswa, semoga kedua orang tuaku bisa cepat memenuhi panggilan Allah ke Baitullah. Alhamdulillah, ketika aku telah berkeluarga, kedua ayah ibuku menunaikan ibadah haji di tahun 2004, berarti doaku di dengar Allah.
     Aku sendiri pergi haji belum terpikir, walaupun bernah membicarakan pada ibuku akan hal tersebut. Ketika aku telah lupa akan pembicaraan tersebut, Allah yang memanggil, menyuruh ibu dan ayahku mengusik aku untuk mendaftar haji dengan biaya Rp 25.000.000,00, pembayaran untuk mendapatkan porsi haji. Aku mendapatkan porsi tahun 2016. Padahal mendaftar di tahun 2010, ketika mengambil post graduate, karena tugas pgri pusat dan tugas tambahan di dinas pendidikan sebagai litbang. Hampir semua temanku yang bekerja di sk tambahan menunaikan ibadah haji. Ada beberapa orang yang bekerja tambahan lintas haji yang pergi haji bareng aku, yaitu Ibu Khomsiatu, Bapak Joko Sumarno.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar