Rabu, 09 Oktober 2019

HAJI NABI MUHAMMAD SAW SESUAI HADITS


IBADAH HAJI
Rukun haji:
1.      Ihrom
2.      Towaf ifadoh
3.      Sa’i antara bukit Sofa dan Marwa
4.      Wuquf di Arofah
Jika rukun haji tidak ditutup, hajinya rusak dan tidak dapat ditutup dengan tebusan. Dengan kata lain harus mengulang haji.
Kewajiban haji:
Yaitu perbuatan-perbuatan yang jika tidak dilakukan jamaah haji, tidak dapat merusak hajinya. Namun, dia wajib membayar denda:
1.      Ihram dari tempat yang sudah ditentukan, untuk haji dan umroh sebagaimana yang telah kami jelaskan.
2.      Menginap di Muzdalifah setelah melakukan towaf ifadlah dari Arofah.
3.      Melempar jumroh di waktunya.
 Sunah Haji menurut Imam syafi’i:
Yaitu menginap di Mina di malam Arofah, berdiam di Mas’aril Haram, yaitu gunung Quzah, tetap berada di Mina selama hari Tasyriq, tanggal 11-13 Dzulhijjah banyak minum air selama di Mina selama hariTasyriq, tanggal 11-13 Dzulhijah, banyak minum air zam-zan, banyak berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT.
Umroh arti berziarah.
Keutamaan dan Siapa yang Wajib Haji.
Hukum ibadah haji adalah rukun Islam dan sepanjang hayat wajib satu kali, baik untuk muslim maupun muslimah, Allah SWT telah berfirman:
“Dari Allah mewajibkan kepada manusia untuk berhaji ke Baitullah, bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan kesana. Dan barangsiapa mengingkari, maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan alam semesta.”(Ali Imran:97)
GAMBARAN PELAKSANAAN HAJI
HADITS NOMOR 2068:
Dari Jabir bin abdullah ra bahwasanya Nabi SAW menunaikan ibadah haji dan kami ikut keluar bersama beliau, ketika kami sampai di tanah Dzul Hulaifah, Asma’ binti Umaisy melahirkan, lalu Rasulullah SAW, bersabda:” Mandilah dan ikatkanlah dengan kain, kemudian ihramlah.” Dan Rasulullah SAW melakukan shalat dalam masjid, kemudian naik unta Qashwa’ (julukan unta Nabi), sehingga ketika sampai di tanah Baida’, beliau bertalbiyah dengan meng-Esakan Allah:”Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah , aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah, tidak ada sekutu bagi-Mu, segala puji, nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu ,Ya Allah, tidak ada sekutu bagi-Mu, segala puji, nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.” Ketika kami sampai di Baitullah beliau mengusap Hajar Aswad, lalu berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan empat kali. Kemudian beliau mendatangi Maqam Ibrahim dan melakukan shalat. Kemudian beliau kembali lagi ke Hajar aswad dan mengusapnya. Kemudian beliau keluar dari pintu menuju ke Shafa, ketika sudah mendekat dari Shafa beliau membaca:”INNA SHAFAA WAL MARWATA MIN SYA’AA-IIRILLAH” (sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah di antara tanda-tanda keagungan Allah), mulailah dengan apa yang telah dimulai oleh Allah. Kemudian beliau menaiki puncak Shafa hingga dapat melihat Baitullah. Kemudian beliau menghadap ke kiblat, lalu membaca kalimat tauhid dan takbir dan mengucapkan:” LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAASYARIIKALAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WAHUWA’ALAA KULLI SYAI-IN QADIR. LAA ILLAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU ANJAZA WA’ADAHU WANASHARA ‘ABDAHU WAHAZAMAL AHZAABA WAHDAHU” (Tiada tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya bagi-Nya segala kerajaan, dan segala puji. Dan  Allah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan golongan-golongan musuh sendirian). Kemudian beliau berdo’a seperti itu tiga kali lalu beliau turun ke Marwah. Ketika kedua kakinya menginjak tengah-tengah lembah, beliau berlari-lari kecil dan ketika kami mendaki, beliau berjalan biasa hingga sampai di Marwah. Beliau berbuat di Marwah sebagaimana yang beliau lakukan di Shafa.
Kemudian perawi melanjutkan hadits dan di dalamnya disebutkan:”tatkala tiba hari Tarwiyah, beliau dan para sahabat berangkat ke Mina dan Nabi SAW, menaiki kendarannya. Di  tempat itu (Mina) beliau melakukan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Keudian beliau berhenti sejenak hingga matahari terbit, lalu meneruskan perjalanan ke Arofah. Beliau mendapatkan kemahnya telah turun di tempat itu hingga matahari tergelincir, beliau menyuruh disiapkan unta Qashwa’nya. Dan disiapkanlah unta tersebut untuknya. Beliau mendatangi ke tengah lembah dan berpidato di tengah-tengah manusia, setelah menyerukan adzan dan iqamah, beliau shalat Zhuhur kemudian menyerukan iqomah, lalu melakukan shalat Ashar. Di antara kedua shalat itu beliau tidak melakukan shalat apapun. Kemudian berkendaraan menuju ke tempat wuquf. Beliau merapatkan perut untanya ke batu-batu besar untuk jalan orang lewat di hadapannya. Beliau menghadap kiblat dan tidak henti-hentinya beliau wuquf hingga matahari terbenam dan awan kuning mulai menghilang dan bulatan matahari telah terbenam semua, lalu beliau kembali dan telah mengikat erat tali kendali unta Qashwa’ hingga kepala unta itu menyentuh tempat duduk kendaraan. Beliau memberi isyarat dengan tangan kanannya dan bersabda:”Wahai manusia, tenanglah, tenanglah.” Setiap mendatangi padang pasir, beliau mengendorkan tali untanya sedikit hingga unta itu dapat berjalan mendaki. Hingga sampai di Muzdalifah, beliau melakukan shalat sunnah di antara Maghrib dan Isya’. Beliau tidur miring hingga fajar terbit, dan beliau melakukan shalat Subuh tatkala waktu Subuh sudah tampak jelas dengan satu adzan dan iqamat. Kemudian beliau berangkat dengan berkendaraan dan ketika sampai di Masy’aril Haram, beliau menghadap kiblat lalu berdo’a, mengagungkan Allah, dan membaca tahlil kepada-Nya. Beliau tidak henti-hentinya wuquf hingga terbit fajar terang benderang, lalu beliau kembali sebelum matahari terbit. Ketika sampai di lembah Muhassirin, beliau sedikit mempercepat kendaraannya, kemudian menempuh jalan tengah yang menuju ke Jumroh Al Kubra. Ketika sampai di Jumroh dekat pohon, beliau melempar tujuh kerikil dengan membaca takbir pada setiap kerikil, setiap biji batu sebesar kelingking. Beliau melempar dari tengah-tengah lembah itu. Kemudian beliau menuju ke tempat pemotongan kurban dan memotong hewan. Kemudian Rasulullah SAW menaiki kendaraannya menuju Baitullah untuk melakukan thawaf ifadhah dan melakukan shalat Zhuhur di Makkah.”(HR Muslim dengan panjang).
Kandungan Hadits:
1. Hadits ini mengandung banyak makna penting. Secar khusus Ibnu Mundair menyusun tentang makna-makna itu. Makna itu mencapai seratus lima puluh lebih, baik dalam bidang pikih maupun lainnya.
2. Dzul Hulaifah adalah miqat penduduk Madinah dan orang yang datang dari sana meskipun bukan penduduknya.
3. Sunat mandi bagi wanita haid karena ihram apalagi orang lain.
4. Sunat ihram sesudah shalat.
5. Wajib ihram dari miqat.
6. Sah ihramnya wanita haid atau nifas.
7. Sunat hanya mengucapkan talbiyah Nabi SAW. Boleh mengucapkan talbiyah lain.
8. Sunat menyentuh Hajar Aswad ketika memulai thawaf dan berjalan cepat pada tiga putaran pertama dari thawaf qudum atau umrah dan subat berjalan biasa pada empat putaran yang lain.
9. sunat dua rokaat thowaf di dekat ,aqam Ibrahim. Namun boleh dilakukan di bagian manapun dari Masjidil Haram.
10. Keluar ke Shafa dan wajib memulai sa’i dari sana. Setelah naik bukit Shafa, sunat menghadap kiblat melihat Ka’bah, mengulang-ulang do’a tersebut, tiga kali dan berjalan cepat di antara dua mil Hijau ketika sa’i antara Shafa Marwa. Lalu berbuat hal serupa di atas Marwa.
11. Memulai sa’i dari Shafa dan mengakhirinya di Marwa. Sa’i sebanyak tujuh kali, sama dengan tiga kali pulang pergi ditambah sekali. Setiap pulang pergi dua kali.
12. Sunat berjalan menuju Mina pada hari Tarwiah untuk haji denagn berjalan atau berkendaraan. Yang terbaik berkendaraan.
13.  Sunat menunaikan shalat lima waktu fardhu di Mina mulai Zhuhur sampai shubuh. Lalu menuju ke Arofah setelah matahari terbit.
14. Perintah mendirikan kemah di Masy’ar-masy’ar.
15. Perintah khutbah sebelum shalat Dzuhur di Arofah.
16. Boleh wuquf di setiap bagian dari arofah. Salah persepsi sebagian orang, bahwa wuquf tidak sah, kecuali dengan menaiki Jabal Rahmah.
17. Sunat menghadap kiblat da n memperbanyak do’a sambil mengangkat tangan di tempat wuquf sampai matahari terbenam.
18. Sunat bertolak dari Arofah setelah yakin matahari terbenam ke Muzdalifah dengan tenang dan santai.
19. Jama’ shalat Maghrib dan Isya’ di Muzdalifah pada saat sampai di Muzdalifah dengan satu adzan dan dua iqomat.
20. Tidak diperintahkan Shalat sunat antara Maghrib dan Isya’.
21. Sunat segera menunaikan shalat Shubuh, wuquf di Mas’aril Haram sampai terbenam matahari, menghadap kiblat sambil berdo’a, takbir, tahlil, dan bertolak dari Muzdalifah ke Mina sebelum matahari terbit.
22. Sunat berjalan cepat di jurang Muhasir, sebab itu tempat murka Allah.
23 . Wajib melempar jumroh Aqobah dengan tujuh kerikil sebesar biji sayur dengan menempatkan kota Mekkah di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan. Sunat takbir ketika melempar, lalu menyembelih kurban orang yang wajib, lalu mencukur atau mengurangi rambut.
24.Thawaf ifadhah wajib dan termasuk rukun haji. Setelah itu, halal   segala sesuatu yang haram ketika ihram.
25. orang yang melempar jumroh pada hari raya dan belum Thawaf Ifadah, halal baginya segala sesuatu kecuali wanita.
HADITS NOMOR 2969
Dari Khuzaimah, bin Tsabit ra bahwasanya Nabi SAW telah selesai bertalbiyah dalam haji atau umrah, beliau memohon keridaan Allah dan surga, dan berlindung dengan rahmat Allah dari siksaan api neraka.”(HR Syafi’i dengan sanad yang lemah)
Kandungan hadits:
1.      Sunat berdo’a setelah talbiyah
2.      Do’a terbaik adalah meminta ridha dan rahmat kepada Allah serta meminta lindungan dari neraka.
HADITS NOMOR 2970
Dari Jabir ra, ia berkata:” Rasulullah Saw bersabda:”Aku berkurban di sini dan Mina seluruhnya adalah tempat pemotongan kurban, maka berkurbanlah di tempat kemah-kemahmu. Aku wuquf di sini dan arofah seluruhnya adalah tempat berhenti/ wuquf. Aku wuquf di sini dan Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wuquf.”(HR Muslim).
Kandungan hadits:
1.      Boleh menyembelih hewan hadyu dengan cara nahr atau dzakh di bagian manapun dari Mina.
2.      Boleh wuquf di bagian manapun dari Arofah dan Muzdalifah.
HADITS NOMOR 2971
Dari Anas ra, ia berkata:”Di antara kami ada yang membaca talbiyah dan tidak ada yang melarangnya, dan ada pula yang membaca takbir dan tidak ada yang melarangnya.”(Muttafaq Alaih).
Kandungan hadits:
1.      Sunat talbiyah pada hari arofah. Tidak apa-apa jika talbiyah diganti dengan takbir.
2.      Talbiyah tidak terhenti, kecuali ketika melempar jumrah Aqobah.

Sumber: Buku tematis Quran Hadits nomor 6 halaman 360’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar