IBADAH
HAJI
Rukun haji:
1.
Ihrom
2.
Towaf ifadoh
3.
Sa’i antara bukit Sofa dan Marwa
4.
Wuquf di Arofah
Jika
rukun haji tidak ditutup, hajinya rusak dan tidak dapat ditutup dengan tebusan.
Dengan kata lain harus mengulang haji.
Kewajiban
haji:
Yaitu
perbuatan-perbuatan yang jika tidak dilakukan jamaah haji, tidak dapat merusak
hajinya. Namun, dia wajib membayar denda:
1.
Ihram dari tempat yang sudah ditentukan,
untuk haji dan umroh sebagaimana yang telah kami jelaskan.
2.
Menginap di Muzdalifah setelah melakukan
towaf ifadlah dari Arofah.
3.
Melempar jumroh di waktunya.
Sunah Haji menurut Imam syafi’i:
Yaitu
menginap di Mina di malam Arofah, berdiam di Mas’aril Haram, yaitu gunung
Quzah, tetap berada di Mina selama hari Tasyriq, tanggal 11-13 Dzulhijjah
banyak minum air selama di Mina selama hariTasyriq, tanggal 11-13 Dzulhijah,
banyak minum air zam-zan, banyak berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT.
Umroh
arti berziarah.
Keutamaan
dan Siapa yang Wajib Haji.
Hukum
ibadah haji adalah rukun Islam dan sepanjang hayat wajib satu kali, baik untuk
muslim maupun muslimah, Allah SWT telah berfirman:
“Dari
Allah mewajibkan kepada manusia untuk berhaji ke Baitullah, bagi orang yang
mampu mengadakan perjalanan kesana. Dan barangsiapa mengingkari, maka
sesungguhnya Allah tidak membutuhkan alam semesta.”(Ali Imran:97)
GAMBARAN PELAKSANAAN HAJI
HADITS
NOMOR 2068:
Dari
Jabir bin abdullah ra bahwasanya Nabi SAW menunaikan ibadah haji dan kami ikut
keluar bersama beliau, ketika kami sampai di tanah Dzul Hulaifah, Asma’ binti
Umaisy melahirkan, lalu Rasulullah SAW, bersabda:” Mandilah dan ikatkanlah
dengan kain, kemudian ihramlah.” Dan Rasulullah SAW melakukan shalat dalam
masjid, kemudian naik unta Qashwa’ (julukan unta Nabi), sehingga ketika sampai
di tanah Baida’, beliau bertalbiyah dengan meng-Esakan Allah:”Aku penuhi
panggilan-Mu, Ya Allah , aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah, tidak ada sekutu
bagi-Mu, segala puji, nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu ,Ya Allah, tidak ada
sekutu bagi-Mu, segala puji, nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu.” Ketika kami sampai di Baitullah beliau mengusap Hajar Aswad, lalu
berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan empat kali. Kemudian beliau
mendatangi Maqam Ibrahim dan melakukan shalat. Kemudian beliau kembali lagi ke
Hajar aswad dan mengusapnya. Kemudian beliau keluar dari pintu menuju ke Shafa,
ketika sudah mendekat dari Shafa beliau membaca:”INNA SHAFAA WAL MARWATA MIN
SYA’AA-IIRILLAH” (sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah di antara tanda-tanda
keagungan Allah), mulailah dengan apa yang telah dimulai oleh Allah. Kemudian
beliau menaiki puncak Shafa hingga dapat melihat Baitullah. Kemudian beliau
menghadap ke kiblat, lalu membaca kalimat tauhid dan takbir dan mengucapkan:”
LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAASYARIIKALAHU
LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WAHUWA’ALAA KULLI SYAI-IN QADIR. LAA ILLAAHA
ILLALLAAHU WAHDAHU ANJAZA WA’ADAHU WANASHARA ‘ABDAHU WAHAZAMAL AHZAABA WAHDAHU”
(Tiada tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya bagi-Nya segala
kerajaan, dan segala puji. Dan Allah Dzat
Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa
yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan
golongan-golongan musuh sendirian). Kemudian beliau berdo’a seperti itu tiga
kali lalu beliau turun ke Marwah. Ketika kedua kakinya menginjak tengah-tengah
lembah, beliau berlari-lari kecil dan ketika kami mendaki, beliau berjalan
biasa hingga sampai di Marwah. Beliau berbuat di Marwah sebagaimana yang beliau
lakukan di Shafa.
Kemudian
perawi melanjutkan hadits dan di dalamnya disebutkan:”tatkala tiba hari
Tarwiyah, beliau dan para sahabat berangkat ke Mina dan Nabi SAW, menaiki
kendarannya. Di tempat itu (Mina) beliau
melakukan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Keudian beliau
berhenti sejenak hingga matahari terbit, lalu meneruskan perjalanan ke Arofah.
Beliau mendapatkan kemahnya telah turun di tempat itu hingga matahari
tergelincir, beliau menyuruh disiapkan unta Qashwa’nya. Dan disiapkanlah unta
tersebut untuknya. Beliau mendatangi ke tengah lembah dan berpidato di
tengah-tengah manusia, setelah menyerukan adzan dan iqamah, beliau shalat
Zhuhur kemudian menyerukan iqomah, lalu melakukan shalat Ashar. Di antara kedua
shalat itu beliau tidak melakukan shalat apapun. Kemudian berkendaraan menuju
ke tempat wuquf. Beliau merapatkan perut untanya ke batu-batu besar untuk jalan
orang lewat di hadapannya. Beliau menghadap kiblat dan tidak henti-hentinya
beliau wuquf hingga matahari terbenam dan awan kuning mulai menghilang dan
bulatan matahari telah terbenam semua, lalu beliau kembali dan telah mengikat
erat tali kendali unta Qashwa’ hingga kepala unta itu menyentuh tempat duduk
kendaraan. Beliau memberi isyarat dengan tangan kanannya dan bersabda:”Wahai
manusia, tenanglah, tenanglah.” Setiap mendatangi padang pasir, beliau
mengendorkan tali untanya sedikit hingga unta itu dapat berjalan mendaki.
Hingga sampai di Muzdalifah, beliau melakukan shalat sunnah di antara Maghrib
dan Isya’. Beliau tidur miring hingga fajar terbit, dan beliau melakukan shalat
Subuh tatkala waktu Subuh sudah tampak jelas dengan satu adzan dan iqamat.
Kemudian beliau berangkat dengan berkendaraan dan ketika sampai di Masy’aril
Haram, beliau menghadap kiblat lalu berdo’a, mengagungkan Allah, dan membaca
tahlil kepada-Nya. Beliau tidak henti-hentinya wuquf hingga terbit fajar terang
benderang, lalu beliau kembali sebelum matahari terbit. Ketika sampai di lembah
Muhassirin, beliau sedikit mempercepat kendaraannya, kemudian menempuh jalan
tengah yang menuju ke Jumroh Al Kubra. Ketika sampai di Jumroh dekat pohon,
beliau melempar tujuh kerikil dengan membaca takbir pada setiap kerikil, setiap
biji batu sebesar kelingking. Beliau melempar dari tengah-tengah lembah itu.
Kemudian beliau menuju ke tempat pemotongan kurban dan memotong hewan. Kemudian
Rasulullah SAW menaiki kendaraannya menuju Baitullah untuk melakukan thawaf
ifadhah dan melakukan shalat Zhuhur di Makkah.”(HR Muslim dengan panjang).
Kandungan Hadits:
1. Hadits ini mengandung banyak makna penting. Secar khusus Ibnu Mundair menyusun tentang makna-makna itu. Makna itu mencapai seratus lima puluh lebih, baik dalam bidang pikih maupun lainnya.
1. Hadits ini mengandung banyak makna penting. Secar khusus Ibnu Mundair menyusun tentang makna-makna itu. Makna itu mencapai seratus lima puluh lebih, baik dalam bidang pikih maupun lainnya.
2. Dzul Hulaifah adalah
miqat penduduk Madinah dan orang yang datang dari sana meskipun bukan penduduknya.
3. Sunat mandi bagi
wanita haid karena ihram apalagi orang lain.
4. Sunat ihram sesudah
shalat.
5. Wajib ihram dari
miqat.
6. Sah ihramnya wanita
haid atau nifas.
7. Sunat hanya
mengucapkan talbiyah Nabi SAW. Boleh mengucapkan talbiyah lain.
8. Sunat menyentuh
Hajar Aswad ketika memulai thawaf dan berjalan cepat pada tiga putaran pertama
dari thawaf qudum atau umrah dan subat berjalan biasa pada empat putaran yang
lain.
9. sunat dua rokaat
thowaf di dekat ,aqam Ibrahim. Namun boleh dilakukan di bagian manapun dari
Masjidil Haram.
10. Keluar ke Shafa dan
wajib memulai sa’i dari sana. Setelah naik bukit Shafa, sunat menghadap kiblat
melihat Ka’bah, mengulang-ulang do’a tersebut, tiga kali dan berjalan cepat di
antara dua mil Hijau ketika sa’i antara Shafa Marwa. Lalu berbuat hal serupa di
atas Marwa.
11. Memulai sa’i dari
Shafa dan mengakhirinya di Marwa. Sa’i sebanyak tujuh kali, sama dengan tiga
kali pulang pergi ditambah sekali. Setiap pulang pergi dua kali.
12. Sunat berjalan
menuju Mina pada hari Tarwiah untuk haji denagn berjalan atau berkendaraan.
Yang terbaik berkendaraan.
13. Sunat menunaikan shalat lima waktu fardhu di
Mina mulai Zhuhur sampai shubuh. Lalu menuju ke Arofah setelah matahari terbit.
14. Perintah mendirikan
kemah di Masy’ar-masy’ar.
15. Perintah khutbah
sebelum shalat Dzuhur di Arofah.
16. Boleh wuquf di
setiap bagian dari arofah. Salah persepsi sebagian orang, bahwa wuquf tidak
sah, kecuali dengan menaiki Jabal Rahmah.
17. Sunat menghadap
kiblat da n memperbanyak do’a sambil mengangkat tangan di tempat wuquf sampai
matahari terbenam.
18. Sunat bertolak dari
Arofah setelah yakin matahari terbenam ke Muzdalifah dengan tenang dan santai.
19. Jama’ shalat
Maghrib dan Isya’ di Muzdalifah pada saat sampai di Muzdalifah dengan satu
adzan dan dua iqomat.
20. Tidak diperintahkan
Shalat sunat antara Maghrib dan Isya’.
21. Sunat segera
menunaikan shalat Shubuh, wuquf di Mas’aril Haram sampai terbenam matahari,
menghadap kiblat sambil berdo’a, takbir, tahlil, dan bertolak dari Muzdalifah
ke Mina sebelum matahari terbit.
22. Sunat berjalan
cepat di jurang Muhasir, sebab itu tempat murka Allah.
23 . Wajib melempar
jumroh Aqobah dengan tujuh kerikil sebesar biji sayur dengan menempatkan kota
Mekkah di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan. Sunat takbir ketika melempar,
lalu menyembelih kurban orang yang wajib, lalu mencukur atau mengurangi rambut.
24.Thawaf ifadhah wajib
dan termasuk rukun haji. Setelah itu, halal
segala sesuatu yang haram ketika ihram.
25. orang yang melempar
jumroh pada hari raya dan belum Thawaf Ifadah, halal baginya segala sesuatu
kecuali wanita.
HADITS NOMOR 2969
Dari Khuzaimah, bin
Tsabit ra bahwasanya Nabi SAW telah selesai bertalbiyah dalam haji atau umrah,
beliau memohon keridaan Allah dan surga, dan berlindung dengan rahmat Allah
dari siksaan api neraka.”(HR Syafi’i dengan sanad yang lemah)
Kandungan hadits:
1. Sunat
berdo’a setelah talbiyah
2. Do’a
terbaik adalah meminta ridha dan rahmat kepada Allah serta meminta lindungan
dari neraka.
HADITS NOMOR 2970
Dari Jabir ra, ia berkata:”
Rasulullah Saw bersabda:”Aku berkurban di sini dan Mina seluruhnya adalah
tempat pemotongan kurban, maka berkurbanlah di tempat kemah-kemahmu. Aku wuquf
di sini dan arofah seluruhnya adalah tempat berhenti/ wuquf. Aku wuquf di sini
dan Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wuquf.”(HR Muslim).
Kandungan hadits:
1. Boleh
menyembelih hewan hadyu dengan cara nahr atau dzakh di bagian manapun dari
Mina.
2. Boleh
wuquf di bagian manapun dari Arofah dan Muzdalifah.
HADITS NOMOR 2971
Dari Anas ra, ia
berkata:”Di antara kami ada yang membaca talbiyah dan tidak ada yang
melarangnya, dan ada pula yang membaca takbir dan tidak ada yang
melarangnya.”(Muttafaq Alaih).
Kandungan hadits:
1. Sunat
talbiyah pada hari arofah. Tidak apa-apa jika talbiyah diganti dengan takbir.
2. Talbiyah
tidak terhenti, kecuali ketika melempar jumrah Aqobah.
Sumber: Buku tematis
Quran Hadits nomor 6 halaman 360’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar